Tabel 3 Total waktu operasi yang disediakan pada jadwal induk
3.3 Model
Model dalam karya ilmiah ini sebagian besar didasarkan pada tulisan Blake dan
Donald 2002 yang telah mengembangkan model PLBB untuk menjadwalkan ruang
operasi. Dalam karya ilmiah ini pemodelan dilakukan
untuk menentukan
jadwal penggunaan ruang operasi yang dapat
meminimumkan perbedaan alokasi waktu operasi pada jadwal induk operasi dengan
target alokasi waktu operasi. Output yang dihasilkan dalam model karya ilmiah ini
meliputi jadwal penggunaan ruang operasi untuk semua tipe kamar dan proporsi
penggunaan kamar operasi untuk semua divisi bedah.
Dalam model penjadwalan pada karya ilmiah ini digunakan beberapa himpunan
sebagai berikut: I
: himpunan tipe ruang operasi, J
: himpunan divisi bedah, K
: himpunan hari kerja. Model penjadwalan ini menggunakan tiga
indeks sebagai penyusun jadwal, yaitu: I
: indeks untuk tipe ruang operasi, ,
J : indeks untuk divisi bedah,
, K
: indeks untuk hari kerja, .
Parameter yang digunakan dalam model penjadwalan kamar operasi ialah:
: banyaknya ruang operasi tipe i yang tersedia di hari k unit,
: total jam kerja untuk menjalankan operasi di kamar tipe i pada hari k
jam, : total alokasi waktu untuk divisi
bedah j jam, : target alokasi waktu untuk divisi
bedah j jam, : waktu
yang tersedia
untuk menjalankan operasi divisi bedah j
pada jadwal induk operasi, seperti pada kolom kedua Tabel 3 jam,
: total waktu untuk menjalankan operasi dalam satu periode pada
jadwal baru jam, :
total waktu untuk menjalankan operasi dalam satu periode pada
jadwal induk operasi jam, :
total kamar operasi yang tersedia untuk divisi bedah j di hari k unit,
: total kamar operasi tipe i yang
tersedia untuk divisi bedah j unit, :
banyaknya kamar operasi tipe i yang tersedia untuk divisi bedah j
pada hari k pada jadwal induk operasi unit.
Selain itu, diperlukan pula pendefinisian suatu variabel keputusan:
: banyaknya kamar operasi tipe i yang tersedia untuk divisi bedah j
pada hari k unit, : kekurangan waktu pelaksanaan
operasi pada divisi bedah j jam, : kelebihan
waktu pelaksanaan
operasi pada divisi bedah j jam. Asumsi
Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam memodelkan jadwal ruang operasi adalah
sebagai berikut: 1 periode penjadwalan penggunaan ruang
operasi adalah satu minggu, 2 pola pelaksanaan operasi pada minggu
berikutnya sama dengan pola pada minggu sebelumnya,
3 hanya ada satu divisi bedah yang
ditetapkan untuk setiap kamar operasi pada hari tertentu,
4 pelaksanaan operasi hanya dilakukan di
hari kerja Senin sampai dengan Jumat, 5
setiap operasi dengan divisi bedah tertentu dilaksanakan di ruang operasi
yang sesuai dengan divisi bedah tersebut, 6
proporsi waktu operasi yang disediakan oleh pihak rumah sakit dari jadwal induk
operasi sama dengan proporsi waktu operasi pada jadwal yang telah dialokasi
ulang,
7 jam buka pada jadwal induk dan jadwal
yang telah dialokasi ulang adalah sama.
Biaya Penalti Rumah
sakit diasumsikan
sudah memunyai total alokasi waktu untuk setiap
divisi bedah seperti pada Tabel 3. Adanya kebijakan baru dari pemerintah berupa
pengurangan anggaran yang diberikan kepada rumah sakit, sehingga rumah sakit membuat
kebijakan baru berupa pengurangan jam
Divisi Total Waktu
Persentase Bedah umum
208.5 jam 47.5
Darurat 6 jam
1.4 Bedah kemih
130 jam 29.7
Bedah mata 43 jam
9.8 Bedah mulut
22 jam 5
THT 29 jam
6.6 Total
438.5 jam 100
operasional. Hal tersebut mengakibatkan rumah sakit harus menyusun target alokasi
waktu operasi yang baru. Rumah sakit sangat mengharapkan target alokasi waktu dapat
terpenuhi, namun hal tersebut sangat sulit dilakukan.
Banyaknya kendala
mengakibatkan terjadi kekurangan ataupun kelebihan waktu operasi dari target alokasi
waktu operasi. Didefinisikan sebagai biaya
penalti yang disebabkan oleh perbedaan alokasi waktu operasi pada jadwal induk
dengan target
alokasi waktu
untuk menjalankan operasi.
Ketika target tidak terpenuhi ada dua kemungkinan yang terjadi. Jika total alokasi
waktu untuk divisi bedah j kurang dari target alokasi waktu untuk divisi bedah j maka
diberikan biaya
penalti sebesar
kekurangannya . Jika total alokasi waktu
untuk divisi bedah j lebih dari target alokasi waktu untuk divisi bedah j maka diberikan
biaya penalti sebesar kelebihannya .
Untuk membuat penjadwalan operasi yang baru dibutuhkan proporsi waktu untuk
setiap divisi bedah. Rumah sakit ingin mendapatkan
proporsi waktu
untuk melakukan kegiatan operasi pada jadwal
induk operasi sama dengan proporsi waktu operasi setelah dialokasi ulang, sehingga
dapat digunakan rumus .
Fungsi objektif dalam masalah ini adalah meminimalkan biaya penalti yang
disebabkan perbedaan alokasi waktu operasi pada jadwal induk dengan target alokasi
waktu untuk melaksanakan operasi. Fungsi objektif tersebut dimodelkan sebagai berikut:
dengan .
Kendala: Kendala yang digunakan sebagai berikut:
1 Selisih waktu pelaksanaan operasi pada
divisi bedah j, yaitu jumlah jam operasi kamar tipe i yang tersedia untuk divisi
bedah j pada hari k diusahakan untuk mencapai target alokasi waktu untuk
divisi bedah j, yaitu
2 Jumlah kamar operasi tipe i yang tersedia
untuk semua divisi bedah pada hari k harus sama dengan jumlah kamar operasi
tipe i yang tersedia pada hari k.
3 Jumlah kamar operasi yang tersedia
untuk divisi bedah j pada hari k, tidak melebihi total kamar operasi tipe
yang tersedia, yaitu
4 Batasan maksimum jumlah kamar operasi
tipe i yang tersedia untuk divisi bedah j pada hari k , yaitu
, .
5 Jumlah kamar operasi tipe untuk divisi
bedah , tidak melebihi total kamar
operasi yang tersedia pada hari , yaitu
6 Kekurangan waktu yang tersedia untuk
menjalankan operasi dengan waktu yang ditargetkan oleh rumah sakit maksimal 10
jam.
7 Semua variabel keputusan bernilai
bilangan bulat positif.
IV STUDI KASUS
4.1
Deskripsi Masalah
Untuk memahami
permasalahan penjadwalan ruang operasi di rumah sakit
menggunakan PLBB, dalam karya ilmiah ini diberikan contoh kasus. Misalkan suatu rumah
sakit umum memiliki beberapa divisi bedah, yaitu bedah umum, darurat, bedah kemih,
bedah mata, bedah mulut, dan THT. Operasi pembedahan yang berlangsung di rumah sakit
sangat
memerlukan ruangan
untuk menjalankan kegiatan tersebut, sehingga
rumah sakit menyediakan kamar operasi yang terdiri atas empat tipe, yaitu Mawar, Melati,
Tulip, dan Anggrek. Dalam kasus normal rumah sakit
diasumsikan hanya melayani permintaan operasi pada hari kerja saja. Selama satu
minggu diasumsikan terdapat lima hari kerja, yaitu hari Senin sampai Jumat dengan
banyaknya jam kerja berbeda-beda seperti pada Tabel 1.
Tabel 4 Target alokasi waktu operasi untuk divisi bedah j
Diasumsikan bahwa jam buka pada jadwal induk, jadwal pada model 1 dan 2
sama, sedangkan pada model 3 berbeda. Awalnya rumah sakit menggunakan jadwal
induk operasi yang dibuat secara manual atau menggunakan pemrograman untuk membantu
kelancaran proses penjadwalan operasi di rumah sakit dengan total waktu operasi yang
disediakan oleh rumah sakit dalam seminggu
sebesar 438.5 jam per minggu seperti pada Tabel 3. Namun total waktu tersebut
harus dikurangi karena kebijakan pemerintah mengurangi anggaran operasional untuk
rumah sakit. Hal yang ingin dihindari oleh pihak rumah sakit ialah total alokasi waktu
untuk divisi bedah j tidak berbeda jauh dengan target alokasi waktu untuk divisi
bedah j. Dalam studi kasus ini jadwal baru akan dibuat berdasarkan tiga model yang
berbeda.
Total waktu operasi pada model 1 diperoleh dengan mengurangi jumlah kamar
operasi untuk tipe Mawar dan Melati menjadi masing-masing tersedia empat kamar setiap
hari. Sedangkan untuk tipe Tulip dan Anggrek satu kamar sehingga total waktu operasi pada
model 1
sebesar 397.5 jam per minggu. Untuk model 2 total waktu operasi diperoleh
dengan cara mengubah jumlah kamar operasi untuk tipe Mawar dan Melati. Pada hari Senin
hingga Kamis total kamar operasi yang tersedia di tipe Mawar dan Melati ialah empat
kamar. Untuk hari Jumat jumlah kamar yang tersedia di tipe Mawar dan Melati yaitu
masing-masing tiga kamar. Sedangkan untuk tipe Tulip dan Anggrek menjadi satu kamar
setiap hari sehingga diperoleh total kamar operasi pada model 2
sebesar 383 jam per minggu.
Pengurangan total waktu operasi pada model 3 dilakukan dengan cara mengurangi
jumlah kamar operasi yang serupa dengan model 1 dan mengurangi jam buka operasi
pada kamar tipe Melati. Pada hari Senin hingga Kamis buka pukul 08.00-15.00 dan
hari Jumat buka pukul 09.00-15.00 sehingga didapat total waktu operasi
sebesar 387.5 jam per minggu.
Berikut akan ditampilkan target alokasi waktu operasi ketiga model untuk divisi
bedah j yang disajikan pada Tabel 4. Data awal yang dipergunakan dalam makalah ini
yaitu jadwal induk operasi yang telah dijelaskan pada Subbab 3.2.
4.2 Parameter