- Jumlah dosis obat. - Cara pemberian antigen. Pada pemberian secara intradermal id,
intramuskular im, subkutan sc, organ sasaran adalah kelenjar limfoid regional. Secara intravenous iv berada di limpa, sedangkan pemberian secara
oral akan ke plaque-Peyer’s, dan melalui inhalasi berada di jaringan limfoid brackhial.
- Penambahan dengan zat yang bekerja sinergis dengan antigen, misalnya ajuvan atau antigen lain.
- Sifat molekul antigen, jumlah protein, ukuran, dan daya larutnya. - Faktor genetik penjamu Matondang dan Siregar, 2008.
2.4.1. Status Imun Penjamu
Jenis antibodi yang terdapat dalam tubuh mempengaruhi keberhasilan imunisasi Muslihatun, 2010. Misalnya pada bayi yang semasa janin
mendapatkan antibodi maternal spesifik terhadap virus campak. Bila vaksin virus campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi akan
memberikan hasil yang kurang memuaskan Matondang dan Siregar, 2008. Hal yang serupa terjadi pada air susu ibu ASI yang mengandung IgA
sekretorik SIgA terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi virus polio yang diberikan secara oral Muslihatun, 2010. Bagian
Alergi-Imunologi Bagian IKA FKUIRSCM Jakarta, kadar SIgA polio pada ASI sudah tidak ditemukan lagi setelah bayi berumur 5 bulan. Kadar SIgA yang tinggi
terdapat pada kolostrum. Oleh karena itu vaksinasi polio yang diberikan pada masa pemberian kolostrum, hendaknya ASI tidak diberikan dua jam sebelum dan
sesudah vaksinasi Matondang dan Siregar, 2008. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti
makrofag, limfosit, imunitas seluler, dan imunitas humoral. Imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena terdapat kekurangan
asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. Kadar komplemen dan mobilitas makrofag juga berkurang sehingga respon terhadap vaksin dan toksoid
juga berkurang Matondang dan Siregar, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Faktor Genetik Penjamu
Interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara genetik respon imun manusia dapat dibagi menjadi respon baik, cukup, dan
rendah terhadap antigen tertentu. Seseorang dapat memberikan respon rendah terhadap antigen tertentu, tapi respon yang tinggi terhadap antigen lain. Oleh
karena itu keberhasilan vaksinasi tidak dapat mencapai 100 Matondang dan Siregar, 2008. Untuk keberhasilan imunisasi, seseorang harus berada dalam
keadaan yang imunokompeten Baratawidjaja dan Rengganis, 2009.
2.4.3. Kualitas dan Kuantitas Vaksin