Poliomielitis Campak Imunisasi Dasar

Vaksin DPT diberikan dengan dosis 0,5 ml secara intramuskular baik untuk imunisasi dasar maupun untuk ulangan Hadinegoro,2008. Anak-anak dengan demam tinggi harus menunggu hingga demam hilang untuk imunisasi DTP. Anak yang mengalami reaksi alergi atau mengalami gangguan sistem saraf dalam waktu 7 hari setelah pemberian vaksin DPT-1 tidak boleh melanjutkan vaksin berikutnya. Vaksinasi DPT tidak dianjurkan untuk orang dewasa dan anak diatas 7 tahun. Dianjurkan vaksinasi DT Difteri Tetanus untuk usia 11 tahun keatas CDC, 2007.

2.5.4. Poliomielitis

Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis yang menyerang medulla spinalis sehingga menyebabkan kelumpuhan anggota gerak bawah. Virus polio umumnya menyebar secara oro-faecal, namun dalam beberapa kasus dapat menyebar secara oral ke oral. Poliomielitis sangat infeksius dari 7 sampai 10 hari sebelum dan setelah timbul gejala, tetapi virusnya dapat ditemukan di tinja dalam 3 minggu sampai 6 minggu Suyitno, 2008. Vaksin poliomielitis yang digunakan adalah vaksin Salk Inactivated Polio Vaccin dan vaksin Sabin Oral Polio Vaccin Baratawidjaja dan Rengganis, 2009. Di Indonesia jenis imunisasi polio yang digunakan adalah jenis Sabin yang telah dilaksanakan sejak tahun 1980 dan pada tahun 1990 telah mencapai UCI universal of child immunization Suyitno, 2008. Vaksin Salk disuntikkan secara subkutan dengan jadwal imunisasi pertama saat anak berumur 3 bulan, yang kedua 4 minggu setelah imunisasi pertama, dan yang ketiga adalah 6 sampai 7 bulan sesudah imunisasi kedua Hassan dan Alatas, 2005. Vaksin ini memberikan imunitas terhadap infeksi polio sistemik, tetapi tidak terhadap infeksi intestinal Baratawidjaja dan Rengganis, 2009. Vaksin Sabin diberikan secara oral sesuai dengan rute masuk alamiah virus Baratawidjaja dan Rengganis, 2009. Vaksin ini diberikan pertama kali sejak bayi dengan dosis 2 tetes. Virus vaksin ini menempel pada usus dan merangsang pembentukkan antibodi di saluran cerna dan di darah. Jadwal imunisasi yang diberikan pada vaksin Sabin dimulai pada saat lahir, kemudian Universitas Sumatera Utara dilanjutkan dengan tiga kali imunisasi dalam rentan waktu 2 bulan. Setelah imunisasi keempat, maka dapat dilakukan imunisasi kelima dan keenam pada saat bayi berumur 1,5 tahun dan 5 tahun Suyitno, 2008.

2.5.5. Campak

Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular dan dapat menginfeksi segala usia. Infeksi campak ditandai dengan gejala demam, batuk, flu, konjutivitis, dan kemerahan pada kulit yang menyeluruh Medscape, 2012. Penyakit campak disebabkan oleh virus campak dari paramyxovirus yang sangat sensitif terhadap panas dan mudah rusak pada suhu 37°C. Campak umumnya ditularkan dari droplet infeksi Soegijanto, 2008. Ruam timbul pada hari ketiga sampai hari keempat dari timbulnya demam. Ruam yang timbul berupa maculopapila eritematosa yang dimulai dari daerah leher, belakang telinga, perbatasan rambut di kepala, dan meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 24 jam. Setelah tiga atau empat hari ruam kemerahan itu akan berubah warna menjadi kecoklatan hingga kehitaman dan mengalami deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan Soegijanto, 2008. Ada dua jenis vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan dan vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan Muslihatun,2010. Vaksin campak dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan pada umur 9 bulan Hadinegoro ,2008. Imunisasi ulangan perlu diberikan pada saat anak masuk SD atau usia 6 tahun Muslihatun, 2010. Imunisasi campak tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker, pasien transplantasi organ, pasien yang mendapat pengobatan imunosupresi jangka panjang, dan anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat bisa mendapat imunisasi campak Soegijanto, 2008. Reaksi KIPI pada imunisasi campak banyak ditemukan pada pemberian vaksin campak dari virus yang dimatikan. Gejala KIPI dari imunisasi campak berupa demam lebih dari 39,5°C pada hari kelima sampai hari keenam setelah imunisasi yang Universitas Sumatera Utara berlangsung selama 2 hari dan gangguan sistem saraf pusat pada reaksi KIPI berat Muslihatun, 2010.

2.6. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi Dasar Anak

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Sayurmatinggi Tapanuli Selatan tahun 2011

2 73 89

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

0 43 71

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 1 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU DAN STATUS IMUNISASI DASAR BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DAERAH Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu Dan Status Imunisasi Dasar Balita Dengan Status Gizi Balita Di Daerah Polokarto Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Sukoharjo.

0 2 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, USIA DAN PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR BAYI DI DESA JAPANAN Hubungan Tingkat Pengetahuan, Usia Dan Pekerjaan Ibu Dengan Status Imunisasi Dasar Bayi Di Desa Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Tahun 2012.

0 5 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, USIA DAN PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR BAYI DI DESA JAPANAN Hubungan Tingkat Pengetahuan, Usia Dan Pekerjaan Ibu Dengan Status Imunisasi Dasar Bayi Di Desa Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Tahun 2012.

0 6 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, PENDAPATAN KELUARGA DAN PERAN KELUARGA DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR

0 0 11

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi Anak di Sekolah Dasar Negeri 064979 Medan

0 0 29

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi Anak di Sekolah Dasar Negeri 064979 Medan

0 0 17

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi Anak di Sekolah Dasar Negeri 064979 Medan

0 0 20