11
Kelas tiga : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau untuk keperluan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas empat : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama.
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Air
Pencemaran Air. Pencemaran air dapat diartikan sebagai masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat atau energi, dan komponen lain ke dalam air atau berubahnya tatanan komposisi air oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
kualitas air turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02MENKLH1988. Ada tiga penyebab utama tercemarnya badan air, yaitu 1 peningkatan
konsumsi atau penggunaan air sehubungan dengan peningkatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat, 2 terjadinya pemusatan penduduk dan industri diikuti buangan
limbahnya, 3 rendahnya investasi sosial ekonomi dan sosial budaya untuk memperbaiki lingkungan hidup, seperti investasi untuk pembuatan sanitasi dan
keperluan lain Brown, 1987. Menurut Hynes 1972 ada dua jenis sumber pencemar perairan, yaitu point
source dan non point source. Point source adalah pencemaran yang dapat diketahui secara pasti sumbernya, misalnya limbah industri, sedangkan non point source adalah
pencemaran yang tidak diketahui secara pasti sumbernya, yaitu pencemar yang masuk ke perairan bersama air hujan dan limpasan permukaan.
Tata Guna Lahan. Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap
bentuk campur tangan kegiatan intervensi manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik
material maupun spiritual Arsyad, 1989. Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata dari suatu proses yang lama dari adanya interaksi
yang tetap, adanya keseimbangan, serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas
12
penduduk diatas lahan dan keterbatasan-keterbatasan di dalam lingkungan tempat hidup As-syakur dkk., 2010.
Menurut Viessman et al., 1977, dalam Taufik 2003, perubahan penutupan lahan memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap aliran sungai dan karakteristik
aliran permukaan DAS. Perubahan penutupan lahan akan mempengaruhi kapasitas infiltrasi tanah dan perubahan penggunaan lahan yang merubah sifat atau ciri vegetasi
dapat memberikan dampak penting waktu dan volume aliran. Perubahan penggunaan lahan dapat meningkatkan atau menurunkan volume aliran permukaan serta laju
maksimum dan waktu aliran suatu DAS. Pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai dengan pengelolaan vegetasi atau tata guna lahan adalah agar DAS secara
keseluruhan dapat berperan atau memberikan manfaat sebesar-besarnya secara lestari bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup serta kesejahteraannya, sehingga
selain dapat menampung perkembangan dan dinamika kegiatan ekonomi masyarakat setempat maka pengelolaan tersebut diharapkan dapat mengantisipasi permasalahan
yang mungkin terjadi. Menurut Mahmudi 2002, kegiatan tata guna lahan yang bersifat merubah
tipe atau jenis penutupan lahan dalam suatu DAS seringkali dapat memperbesar atau memperkecil hasil air, perubahan dari suatu jenis vegetasi ke jenis vegetasi lainnya
adalah umum dalam pengelolaan sumberdaya alam. Penebangan hutan, perladangan berpindah, atau perubahan tata guna lahan hutan menjadi areal pertanian, padang
rumput atau pemukiman adalah contoh yang sering dijumpai di daerah-daerah yang sedang tumbuh. Terjadinya perubahan tata guna lahan dan jenis vegetasi tersebut
dalam skala besar dan bersifat permanen akan mempengaruhi besar kecilnya air pada sistem hidrologi. Perubahan atau perkembangan pola penggunaan lahan dipengaruhi
oleh dua faktor utama, yaitu faktor alami dan faktor manusia. Faktor alami antara lain tanah, air, iklim, pola musim dan land form, erosi dan kemiringan lahan. Faktor
manusia berpengaruh lebih dominan dibanding faktor alami dan dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan pengaruh luar seperti kebijakan nasional dan
internasional. Pengaruh penggunaan lahan terhadap aliran sungai utama erat kaitannya dengan fungsi vegetasi sebagai penutup lahan dan sumber bahan organik
13
yang dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi. Disamping itu, secara fisik vegetasi akan menahan aliran permukaan dan meningkatkan surface detention dan depression
storage simpangan permukaan sehingga menurunkan besar aliran sungai. Manan 1997 mengemukakan, keberadaan hutan pada suatu DAS dapat
mengurangi terjadinya erosi dan sedimentasi, sehingga dapat menghasilkan kualitas air yang tinggi. Luasan hutan dan perlakuan yang dilakukan dalam pengelolaannya,
secara langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang dihasilkan. Selain itu, perubahan lahan menjadi daerah pemukiman cenderung mengakibatkan
dampak negatif, khususnya bila ditinjau dari laju erosi. Pada lahan terbuka terjadinya erosi tanah akan semakin tinggi, karena permukaan tanah yang tidak terlindung akan
mengakibatkan air hujan yang jatuh ke tanah akan menggerus permukaan tanah lalu membawa hasil gerusan ke dalam badan perairan sehingga mutu perairan berubah.
14
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2011 di Sub DAS
Cisadane hulu Gambar 2. Analisis contoh air dilakukan di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup - Institut Pertanian Bogor PPLH-IPB dan laboratorium fisika-
kimia Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan ITSL IPB.
3.2. Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, GPS Global Positioning System, termometer, kertas lakmus, spidol, kertas label, serta
alat-alat untuk mengukur kualitas air di lapangan, sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk analisis air di laboratorium adalah : aquades, dan bahan-bahan kimia
lainnya yang sesuai dengan kebutuhan analisis. Alat yang digunakan antara lain oven, pipet, tabung reaksi, labu takar, timbangan sartorius, AAS, Spektrofotometer dan
lain-lain.
3.3. Pelaksanaan Penelitian
3.3.1. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi pengambilan contoh air dilakukan berdasarkan komposisi jenis tanah dan penggunaan lahan yang berbeda dari hulu ke hilir, yaitu tepatnya di Desa
Srogol, Cibalung, Pamoyanan, Mulyaharja dan Empang. Deskripsi lokasi pengambilan contoh air yaitu sebagai berikut :
1. Lokasi Srogol Lokasi penelitian yang pertama yaitu pada ketinggian 525 m diatas
permukaan laut dpl, di daerah Srogol 106 49
’
35,3”BT – 06 44
’
56,1”LS, tepatnya di Kampung Pangarakan, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor Gambar 2a.
Lokasi ini merupakan daerah hulu Sungai Cisadane, rumah penduduk masih sedikit dan terdapat hutan, persawahan, pohon kelapa, pisang, dan bambu di sekitarnya.
Gambar 1 menunjukkan situasi pengambilan contoh air di lokasi penelitian.