Metode Analisis Data Perbandingan komposisi hasil tangkapan

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data menggunakan metode deskriptif komparatif. Metode komparatif yaitu melakukan perbandingan terhadap kedua perlakuan lampu yang berbeda. Metode deskriftif yaitu menjelaskan berupa kalimat dari tabel dan grafik hasil perbandingan yang telah dilakukan. Perlakuan pertama menggunakan lampu tabung tanpa reflektor dan perlakuan kedua yaitu lampu tabung dengan reflektor. Data yang diambil berupa nilai iluminasi pada medium udara, medium air, dan komposisi hasil tangkapan. Data tersebut diolah secara komparatif kemudian dijelaskan secara deskriftif dengan berbagai pustaka sebagai pendukungnya. Data hasil penelitian diolah menggunakan software MS-Excell dan Surfer 8.0 untuk melihat pola sebaran cahaya secara vertical dan horizontal. Radar diagram MS-Excell digunakan dalam menampilkan profil iluminasi cahaya pada medium udara. Surfer 8.0 digunakan untuk mengolah data hasil iluminasi cahaya pada medium air, untuk menampilkan profil iluminasi cahayanya. Surfer Surface Mapping System merupakan perangkat lunak untuk pengolahan data spasial dan analisa tiga dimensi. Dalam bidang oseanografi, surfer banyak digunakan untuk mengolah dan menampilkan data batimetri, topografi, arus, pola sebaran dan sebagainya. Surfer juga mempermudah dan mempercepat konversi data ke dalam bentuk peta kontur, plot permukaan. wireframe, vektor, gambar, relief, dan post map modul praktikum Oseanografi Umum ITK IPB, 2012. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Iluminasi Cahaya

Pada perikanan bagan, cahaya merambat dari medium udara ke air. Perbedaan kerapatan kedua medium tersebut akan mengurangi iluminasi cahaya yang merambat dari udara ke air. Cahaya yang masuk ke dalam air mengalami pengurangan iluminasi. Penelitian ini melakukan pengukuran iluminasi cahaya menggunakan lampu tanpa perlakuan dan lampu dengan perlakuan berupa reflektor. Reflektor yang digunakan berupa kerucut berwarna perak yang dipasang di bawah rumah bagan. Lampu tabung tanpa reflektor memancarkan cahaya ke segala arah, sedangkan lampu tabung dengan perlakuan reflektor memancarkan cahaya yang terfokus pada area jaring.

4.1.1 Iluminasi cahaya pada medium udara 1 Lampu tabung

tubular lamp tanpa reflektor pada medium udara Lampu tabung tanpa reflektor menghasilkan cahaya yang memancar ke segala arah dengan nilai iluminasi yang berbeda. Cahaya dengan iluminasi yang rendah memancar ke arah atas, sedangkan cahaya beriluminasi tinggi ke arah samping dan bawah. Iluminasi cahaya yang dipancarkan ke arah samping lampu jauh lebih besar dibandingkan dengan ke arah bawah. Penyebabnya, cahaya yang dipancarkan ke arah samping berasal dari permukaan sisi tabung lampu yang lebih luas dibandingkan dengan bagian bawah. Cahaya iluminasi tertinggi terdapat pada sudut 120 o dan 240 o sebesar 184 lux. Adapun nilai iluminasi terendah adalah pada sudut 0 o dan 360 o sebesar 32 lux. Nilai iluminasi cahaya pada semua sudut pengukuran relatif tidak sama. Tabel 3 adalah tabel nilai iluminasinya dan Gambar 11 adalah profil cahaya iluminasi lampu tabung tanpa reflektor pada medium udara. Tabel 3 Nilai iluminasi cahaya lampu tabung tanpa reflektor pada medium udara Sudut O Nilai lux 0 360 32 15 345 55 30 330 81 45 315 132 60 300 144 75 285 151 90 270 167 105 255 171 120 240 184 135 225 179 150 210 173 165 195 155 180 153 Sumber : Data primer, 2010 Cahaya yang dipancarkan oleh lampu tabung pada sudut 120 o dan 240 o berasal dari permukaan sisi luar lampu dan sisi dalam lampu yang melewati celah di antara tabung spiral. Hal ini yang menyebabkan nilai iluminasinya mencapai maksimum sebesar 184 lux. Pada sudut 0 o dan 360 o , cahaya yang terpancar terhalang oleh kepala lampu, sehingga iluminasinya hanya sedikit yang terukur. Iluminasi cahaya antara sudut 150 o sampai 210 o cenderung bernilai sama. Hal ini disebabkan karena pancaran cahaya hanya bersumber dari lampu tabung bagian bawah dan mengarah pada sudut 180 o . Karena sumber cahayanya hanya berasal dari bagian bawah lampu, iluminasi yang dihasilkan juga rendah dan relatif sama. Iluminasi terendah pada sudut 0 o dan 360 o sebesar 32 lux. Hal ini disebabkan karena pada sudut pengukuran tersebut perambatan cahaya terhalang oleh penutup kepala lampu. Gambar 10 menunjukkan bahwa semua bagian sisi tabung, bagian permukaan luar dan dalam memancarkan cahaya ke segala arah. Cahaya yang memancar ke arah atas pada sudut 0 o dan 360 o terhalang oleh kepala lampu. Gambar 11 Profil iluminasi cahaya lampu tabung tanpa reflektor pada medium Pancaran cahaya pada lampu tabung lebih banyak mengarah ke sudut 45 o - 150 o dan 210 o -315 o atau lebih banyak memancar ke arah samping di sekeliling lampu. Sementara lampu yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan pada bagan mensyaratkan arah pancaran cahaya hanya secara mendatar di dalam air. Dengan demikian, lampu tabung lebih memungkinkan jika penggunaannya dengan cara ditenggelamkan. Jika lampu tabung digantungkan di atas permukaan air, maka jarak antara lampu dengan air sebaiknya tidak terlalu jauh. Ini dimaksudkan agar seluruh cahaya yang memancar ke samping masuk ke dalam air. Adapun jika lampu ditenggelamkan ke dalam air, maka jarak antara lampu dengan permukaan air juga diusahakan agar tidak terlalu jauh. Pemasangan lampu dengan jarak yang jauh di dalam air mengakibatkan cahaya lampu yang memancar ke arah samping semakin berkurang. Semakin berkurangnya pancaran cahaya ke arah samping menyebabkan cahaya yang masuk ke dalam perairan akan tinggi. Dengan demikian, pancaran cahaya yang masuk ke dalam perairan dapat menarik ikan untuk mendekati cahaya meskipun keberadaan ikan jauh dari sumber cahaya. Nilai iluminasi lux Profil iluminasi cahaya 2 Lampu tabung tubular lamp bereflektor pada medium udara Penggunaan lampu tabung bereflektor ditujukan agar pancaran cahaya memusat ke arah bawah. Pancaran cahaya ka arah samping menghasilkan nilai iluminasi 0 lux, karena terhalang oleh dinding reflektor. Pancaran cahaya ke arah bawah bernilai iluminasi tinggi, karena merupakan akumulasi iluminasi dari cahaya langsung dan cahaya pantul. Pengukuran iluminasi cahaya lampu tabung bereflektor pada setiap sudut pengukuran memberikan nilai yang sangat berbeda. Nilai iluminasi cahaya lampu tabung bereflektor ditunjukkan pada Tabel 4 dan profil iluminasi cahayanya dijelaskan pada Gambar 12. Tabel 4 Nilai iluminasi cahaya lampu tabung bereflektor pada medium udara Sumber : Data primer, 2010 Tabel 4 menunjukkan nilai iluminasi cahaya lampu tabung bereflektor pada medium udara. Pada sudut 0 o sampai sudut 90 o dan sudut 270 o sampai sudut 360 o memiliki nilai iluminasi 0 lux. Iluminasi cahaya tertinggi sebesar 562 lux terdapat pada sudut 180 o . Iluminasi cahaya bernilai rendah pada sudut 105 o dan 255 o sebesar 28 lux. Pada sudut 120 o dan 240 o nilai iluminasi cahaya yang dihasilkan meningkat mencapai 312 lux. Pada sudut 90 o sampai 180 o mengalami peningkatan iluminasi cahaya yang tinggi, sebaliknya pada sudut 180 o sampai 270 o nilai iluminasi cahayanya menurun secara signifikan. Penggunaan reflektor pada lampu tabung berfungsi sebagai pemantul dan pengarah cahaya agar terfokus ke bawah. Pada Gambar 12 ditampilkan arah pancaran cahaya lampu tabung berefektor pada medium udara. Cahaya yang Sudut o Nilai lux 0 360 15 345 30 330 45 315 60 300 75 285 90 270 105 255 28 120 240 312 135 225 427 150 210 512 165 195 536 180 562 memancar ke arah atas dan samping pada sudut 0 o sampai 90 o dan 270 o sampai 360 o bernilai 0. Penyebabnya, pancaran cahaya terhalang oleh dinding reflektor. Dinding reflektor memantulkan cahaya dan memancarkan cahaya ke arah bawah, sehingga pancaran cahaya ke arah atas bernilai iluminasi 0. Gambar 12 Profil iluminasi cahaya lampu tabung bereflektor pada medium udara Iluminasi cahaya yang dipancarkan lampu tabung bereflektor tidak terukur pada sudut 0 o sampai 90 o dan sudut 90 o sampai 270 o , karena terhalang oleh kepala lampu dan dinding reflektor. Berbeda halnya dengan iluminasi cahaya pada sudut 180 o yang mencapai nilai maksimal sebesar 562 lux. Cahaya yang dipancarkan pada sudut tersebut berasal dari permukaan bawah lampu tabung secara langsung serta cahaya yang dipantulkan dari dinding reflektor ke arah bawah. Karena peristiwa pemantulan inilah nilai iluminasi cahayanya mencapai maksimal. Iluminasi cahaya pada sudut 105 o dan 255 o bernilai iluminasi cahaya rendah sebesar 28 lux karena sumber cahayanya hanya berasal dari sebagian sisi luar tabung dan dalam yang keluar melalui celah antar ulir. Iluminasi cahaya mencapai maksimal pada sudut 180 o sebesar 562 lux, karena pada sudut tersebut iluminasi cahaya yang dihasilkan berasal dari cahaya pantul dari seluruh luas permukaan reflektor dan pancaran cahaya langsung dari bagian bawah, sisi permukaan luar dan dalam lampu tabung secara langsung. Selain itu, pancaran cahaya pada sudut Nilai iluminasi lux Profil iluminasi cahaya 180 o merambat lurus tanpa terhalang oleh dinding reflektor. Banyaknya cahaya pancaran lampu dan cahaya pantul menyebabkan nilai iluminasi tinggi. Nilai iluminasi cahaya terkecil pada sudut 115 o dan 255 o sebesar 28 lux. Hal ini terjadi karena pengaruh kemiringan sudut reflektor. Kemiringan sudut reflektor sekitar 60 o -70 o . Pengukuran dilakukan pada jarak 1 m dari lampu. Pancaran cahaya yang terjadi pada sudut 115 o dan 255 o tidak mendapat pantulan dan cahaya hanya berasal lampu tabung secara langsung. Pancaran cahaya lampu tabung bereflektor lebih banyak mengarah pada sudut 105 o sampai 255 o atau lebih banyak memancarkan cahaya ke arah bawah. Hal ini disebabkan bentuk reflektor lampu tabung berupa kerucut berperan dalam memusatkan cahaya, sedangkan warna perak pada reflektor lampu tabung berperan dalam memantulkan cahaya sampai 99. Penggunaan reflektor berbentuk kerucut dan berwarna perak menyebabkan cahaya terfokus pada daerah bawah dan menghasilkan nilai iluminasi yang tinggi sebesar 562 lux. Penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan pada bagan mensyaratkan arah pancaran cahaya mendatar dan terfokus ke dalam perairan. Penggunaan lampu tabung bereflektor menghasilkan iluminasi cahaya ke arah bawah yang tinggi. Dengan demikian, penggunaan lampu tabung bereflektor sangat baik diterapkan pada proses penangkapan ikan dengan bagan. 3 Perubahan dan perbedaan nilai iluminasi cahaya pada medium udara antara lampu tabung tanpa reflektor dengan lampu tabung bereflektor Iluminasi cahaya pada medium udara antara lampu tabung tanpa reflektor dan lampu tabung bereflektor memiliki nilai dan profil iluminasi yang berbeda. Nilai iluminasi cahaya pada lampu tabung tanpa refektor relatif kecil antara 32-184 lux. Penambahan reflektor pada lampu tabung menghasilkan pantulan cahaya yang maksimal, sehingga iluminasi cahayanya meningkat mencapai 562 lux. Perubahan nilai iluminasi cahaya ketika diberi perlakuan reflektor kerucut berwarna perak ditunjukkan pada Gambar 13. Gambar 13 Perubahan iluminasi cahaya antara lampu tabung tanpa reflektor dan lampu tabung bereflektor pada medium udara Gambar 13 menjelaskan perbedaan nilai iluminasi cahaya antara lampu tabung tanpa reflektor dengan lampu tabung bereflektor. Pada sudut antara 0 o -90 o , dan 270 o -360 o nilai iluminasi cahaya pada lampu tabung bereflektor tidak terukur sehingga nilai iluminasinya 0 lux. Hal ini berbeda dengan lampu tabung tanpa reflektor yang memiliki nilai iluminasi antara 32-167 lux. Pada sudut pengukuran tersebut lampu tabung tanpa reflektor memancarkan cahaya ke segala arah tanpa adanya hambatan. Adapun pada lampu tabung bereflektor pancaran cahaya terhalang oleh tudung reflektor. Garis berwarna biru terlihat agak mendatar dengan bertambahnya nilai iluminasi relatif rendah disetiap sudutnya dibandingkan lampu tabung bereflektor. Penurunan iluminasi terjadi pada sudut 120 o , 150 o , dan 180 o . Garis berwarna merah menunjukkan nilai iluminasi pada lampu tabung menggunakan reflektor. Garis yang terbentuk adalah parabola yang menunjukkan adanya kenaikan nilai. Nilai iluminasi meningkat secara signifikan dari sudut 90 o ke sudut 180 o . Perbedaan nilai iluminasi terlihat jelas antara sudut 90 o -180 o yaitu pada lampu tabung tanpa reflektor mengalami penurunan, sedangkan pada lampu tabung bereflektor mengalami peningkatan nilai iluminasi yang sangat tinggi mencapai 562 lux.

4.1.2 Iluminasi cahaya pada medium air 1 Lampu tabung

tubular lamp tanpa reflektor pada medium air Lampu tabung tanpa reflektor memancarkan cahaya ke segala arah di areal perairan. Iluminasi cahaya yang dihasilkan memiliki nilai yang berbeda. Datanya ditunjukkan pada Tabel 5 dan profil iluminasi cahaya dijelaskan pada Gambar 14. Iluminasi cahaya pada medium air menggunakan lampu tabung tanpa reflektor hanya dapat terukur pada kedalaman 6 m. Hal ini berbeda dengan hasil ketika diberikan perlakuan reflektor yang mampu mencapai kedalaman 9 m. Iluminasi tertinggi adalah pada kedalaman 1 m dan yang terendah adalah 6 m. Iluminasi berkurang seiring bertambahnya kedalaman. Tabel 5 Nilai iluminasi cahaya lampu tabung tanpa reflektor pada medium air D m Titik Pengukuran m Nilai iluminasi lux 3,9 2,6 1,3 1,3 2,6 3,9 -1 7,8 33,3 54,5 51,7 54,5 33,3 7,8 -2 9,2 23,7 33,7 27,7 33,7 23,7 9,2 -3 6,4 12,3 17,8 12 17,8 12,3 6,4 -4 3,3 9,9 6,8 5,9 6,8 9,9 3,3 -5 1,1 6,6 3,3 2 3,3 6,6 1,1 -6 0,1 2 1,8 1,3 1,8 2 0,1 Sumber : Data primer, 2010 Pada Gambar 14 ditunjukkan profil iluminasi cahaya lampu tabung di dalam medium air. Iluminasi cahaya tertinggi berada pada titik pengukuran 2,6 m pada kedalaman 1 m sebesar 54,5 lux. Arah pancaran cahaya yang terjadi menyebar ke segala arah dan memiliki nilai iluminasi cahaya yang berbeda di setiap titik pengukuran dan kedalaman. Penggunaan lampu tabung tanpa perlakuan reflektor dengan cara menggantungkan lampu apa adanya di bawah rumah bagan, membuat arah pancaran menyebar ke segala arah tidak terfokus sehingga iluminasi yang dihasilkan relatif kecil. . Gambar 14 Profil iluminasi cahaya lampu tabung tanpa reflektor pada medium air Nilai iluminasi cahaya yang terukur berkisar antara 0,1-54,5 lux. Iluminasi cahaya yang tinggi rata-rata terjadi pada kedalaman 1-3 m. Pada kedalaman 4-5 m, nilai iluminasi cahaya cenderung rendah. Iluminasi terendah terjadi pada titik pengukuran 3,9 m pada kedalaman 6 m. Semakin jauh sumber cahaya, nilai ilumnasi cahaya akan semakin berkurang. Pancaran cahaya lampu tanpa reflektor mencapai kedalaman 6 m di bawah permukaan laut. Iluminasi cahaya tertinggi adalah 54,5 lux pada kedalaman 1 m di bawah permukaan laut. Arah pancaran cahaya menyebar ke segala arah. Cahaya tidak dipantulkan atau dibiaskan sehingga kekuatan iluminasinya kecil. Pada Gambar 14 terlihat bahwa cahaya terang pada kedalaman 1-2 m. Hingga kedalaman 3 m pancaran cahaya masih terang meskipun sedikit. Pada kedalaman 3-6 m pancaran cahayanya semakin sedikit. Pada kedalaman 6 m ke bawah, pancaran cahaya tidak terlihat. Jarak posisi pengukuran m K eda la m an m Dengan demikian dapat diartikan bahwa posisi kedalaman yang dekat dengan sumber cahaya mempunyai iluminasi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin bertambah kedalaman, maka semakin kecil nilai iluminasi yang dihasilkan. Karena iluminasi cahaya berbanding lurus dengan jarak. Hal ini dapat dibuktikan dengan rumus E = Ir 2 . Dimana E adalah nilai iluminasi cahaya lux, I adalah nilai intensitas cahaya c = Cd, dan r 2 adalah jarak dari sumber cahaya Cayless dan Maersdeen 1983. 2 Lampu tabung tubular lamp bereflektor pada medium air Penggunaan reflektor pada lampu tabung ditujukan agar arah pancaran cahaya terpusat ke arah bawah bagan. Cahaya yang dipancarkan lampu tabung bereflektor sebagian masuk kedalam air dan sebagian lainnya dipantulkan oleh permukaan air. Profil iluminasi dihasilkan saat proses penangkapan bagan apung. Iluminasi tertinggi ada pada posisi 1,3 m pada kedalaman 1 m di bawah permukaan laut. Iluminasi semakin menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan. Pada posisi 3,9 m dengan kedalaman 7 m, nilai iluminasinya tidak terukur. Pada posisi 0 , 1,3 , 2,6 , dan 3,9 m, pada kedalaman kurang dari 7 m di bawah permukaan laut memiliki nilai iluminasi yang rendah. Tabel 6 menunjukkan nilai iluminasi cahaya lampu tabung bereflektor dan Gambar 15 menjelaskan profil iluminasinya. Tabel 6 Nilai iluminasi cahaya lampu tabung bereflektor pada medium air D m Titik pengukuran m nilai iluminasi lux 3,9 2,6 1,3 1,3 2,6 3,9 -1 5,5 19,25 63 162,5 63 19,25 5,5 -2 4,8 16,5 41,25 78,3 41,25 16,5 4,8 -3 3,5 13,25 33,25 29,0 33,25 13,25 3,5 -4 3,3 11,3 22 19,7 22 11,3 3,3 -5 1,8 9 12,8 10,3 12,8 9 1,8 -6 0,8 6,25 7,25 1,8 7,25 6,25 0,8 -7 3,5 3,75 1,0 3,75 3,5 0 -8 1,75 2 2,3 2 1,75 0 -9 0,5 0,3 0,8 0,3 0,5 0 Sumber : Data primer, 2010 Jarak posisi pengukuran m Gambar 15 Profil iluminasi cahaya lampu tabung bereflektor pada medium air Gambar 15 menunjukkan profil sebaran cahaya lampu tabung bereflektor berdasarkan nilai iluminasinya. Iluminasi cahaya tertinggi pada lampu tabung bereflektor adalah sebesar 162,5 lux pada posisi pengukuran 1,3 m kedalaman 1 m di bawah permukaan air laut. Iluminasi cahaya pada lampu tabung bereflektor lebih besar daripada lampu tabung tanpa reflektor. Penyebabnya adalah, cahaya yang masuk ke dalam perairan merupakan hasil pantulan dari reflektor dan cahaya lampu itu sendiri sehingga nilai iluminasinya tinggi. Arah pancaran cahaya yang terjadi adalah memusat ke arah bawah perairan, sehingga pada kedalaman 9 m, nilai iluminasinya masih terukur. Iluminasi cahaya yang terjadi setelah menggunakan reflektor mencapai kedalaman 9 m di bawah permukaan air laut. Penggunaan reflektor kerucut dan berwarna perak berfungsi dalam pemantulan dan pemusatan cahaya pada bagan apung. Penggunaan cahaya yang terfokus diharapkan mampu meningkatkan efektifitas penangkapan ikan dengan bagan. K eda la m an m 4.2 Komposisi Hasil Tangkapan 4.2.1 Komposisi hasil tangkapan total 1 Berdasarkan jenis organisme Komposisi jenis hasil tangkapan total bagan terdiri atas kembung Rastreliger sp, tembang Sardinella fimbriata, tongkol Auxis thazard, bawal Pampus argentus, cumi-cumi Loligo sp, teri Stolephorus sp, layur Trichiurus sp, dan rebon Mysis sp. Hasil tangkapan didominasi oleh jenis ikan pelagis kecil. Berat setiap jenis hasil tangkapan tersebut dijelaskan pada Gambar 16. Hasil tangkapan secara total menghasilkan jenis ikan yang berbeda. Hal ini disebabkan karakteristik sumberdaya ikan di Palabuhanratu beraneka ragam multispesies. Faktor lainnya adalah pengaruh musim dan teknologi proses penangkapan ikan yang menyebabkan banyak atau sedikitnya hasil tangkapan. Gambar 16 Komposisi berat hasil tangkapan total bagan apung berdasarkan jenis Jenis tembang merupakan hasil tangkapan terberat. Beratnya mencapai 65,8 kg atau 41 dari berat total tangkapan. Selanjutnya kembung seberat 28,2 kg 18, diikuti oleh bawal 20,5 kg 13 , cumi-cumi 16,5 kg 10, tongkol 14 kg 9, layur 8 kg 5, teri 5 kg 3, dan rebon 3 kg 2. Tembang bersifat fototaksis positif yang menyenangi cahaya terang. Habitatnya di sepanjang perairan pantai dan merupakan spesies permukaan Gunarso 1988. Pengoperasian bagan di perairan pantai dengan menggunakan alat bantu cahaya menyebabkan jenis tembang banyak tertangkap. Apalagi waktu penangkapan dilakukan pada bulan Agustus dan September. Organisme dominan kedua yang tertangkap adalah kembung yang merupakan jenis ikan fototaksis positif Pasaribu 1967. Kembung merupakan ikan pelagis yang daerah penyebarannya luas, selalu hidup bergerombol, dapat berenang dengan cepat, dan menyukai makanan berupa zooplankton Gunarso 1988. Penggunaan cahaya pada bagan mengakibatkan terdapat banyak plankton di sekitar bagan dan otomatis mengundang kembung datang. Kedua hal inilah yang menyebabkan kembung banyak tertangkap. Tembang dan kembung sangat mungkin tertangkap oleh bagan. Penyebabnya, musim penangkapan kedua jenis ikan ini berlangsung sepanjang tahun. Data statistik PPN Palabuhanratu 2009 menyebutkan, tembang dan kembung di daratkan sepanjang tahun. Kembung biasanya hidup lebih mendekati pantai dan membentuk gerombolan besar. Daerah penyebarannya di perairan pantai Indonesia dengan konsentrasi terbesar di Laut Jawa Suhendra et al 1990. Dapat dipastikan bahwa Palabuhanratu terdapat sumberdaya ikan kembung yang relatif banyak. Penangkapan menggunakan bagan cukup efektif dalam menangkap ikan kembung. Hal ini dikarenakan, kembung cenderung berada di permukaan perairan pada malam hari dan mencari cahaya. Pasaribu 1967 mengatakan bahwa pada malam hari dalam keadaan gelap, kembung berada di lapisan permukaan. Bagian punggung ikan ini kelihatan berkilau-kilau. Adanya cahaya menyebabkan kembung mudah terlihat. Itulah sebabnya kenapa penangkapan kembung umumnya dilakukan pada malam hari dalam keadaan gelap. Bawal termasuk ikan karnivora pemakan daging, hidup bergerombol dalam jumlah yang kecil dan mencari mangsa ikan kecil dan udang. Ini terlihat dari bentuk giginya yang tajam. Ikan ini tergolong predator sejati. Bawal yang tertangkap bagan kemungkinan besar sedang mencari makanan berupa ikan-ikan kecil dan udang di sekitar bagan Dirjen Perikanan Budidaya 2011. Subani 1989 menambahkan bawal merupakan hasil tangkapan sampingan bagan apung. Jenis tangkapan lainnya berupa cumi-cumi 16,5 kg, atau 10 dari total tangkapan. Cumi-cumi digolongkan sebagai hewan karnivora karena cumi-cumi memakan udang dan ikan-ikan pelagis kecil yang ditangkap dengan tentakelnya Barnes 1987. Menurut Raharjo dan Bengen 1984, komponen makanan yang paling sering ditemukan dalam lambung cumi-cumi adalah ikan-ikan kecil dan crustacea. Habitat cumi-cumi adalah di dasar perairan. Brodziak and Hendrickson 1999, mengatakan bahwa cumi-cumi digolongkan sebagai organisme demersal karena sering berada di dasar perairan. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal. Pada siang hari cumi-cumi berkelompok di dekat dasar perairan dan menyebar di kolom perairan pada malam hari. Cumi-cumi tertangkap karena mendekat ke arah bagan akibat rangsangan cahaya dan mencari makanan berupa ikan-ikan pelagis kecil. Tongkol yang tertangkap bagan seberat 14 kg 9. Jenis ikan ini merupakan hasil tangkapan sampingan pada bagan apung. Tongkol merupakan jenis ikan pelagis, hidup di perairan pantai dan oseanis, dapat mencapai panjang 58 cm, dan tersebar luas di perairan tropis dan sub tropis Paristiwady 2006. Jenis tongkol adalah pemakan ikan-ikan kecil, seperti teri, larva ikan sardine, dan cumi-cumi. Tongkol hanya tertangkap bagan pada sore hari di saat langit masih terang. Menurut Gunarso 1988, tongkol tergolong kelompok jenis ikan predator diurnal. Keberadaan ikan-ikan kecil di sekitar bagan akan mengundang tongkol untuk datang. Layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan sub tropis di dunia Matsuda et al 1975. Ikan ini menyebar hampir di semua perairan pantai Indonesia Dirjen Perikanan Tangkap 1979. Beberapa jenis layur, menurut Nontji 1987, banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa. Menurut Badrudin et al 2004, layur termasuk ikan buas. Hal ini terlihat dari susunan gigi-giginya yang tajam. Makanannya adalah hewan berukuran kecil, seperti rebon, larva udang dan ikan-ikan kecil teri, sardin, dan larva layur. Layur tertangkap karena mencari makan di sekitar bagan. Layur hidup pada perairan pantai yang dalam dengan dasar lumpur. Walau digolongkan dalam jenis ikan demersal, ikan jenis ini biasanya muncul ke pemukaan pada waktu senja untuk mencari makan Wewengkang 2002. Teri dan rebon adalah organisme yang paling sedikit tertangkap pada bagan apung. Padahal teri dan rebon adalah komoditas utama hasil tangkapan bagan. Teri tertangkap seberat 5 kg dan udang rebon tertangkap paling sedikit seberat 3 kg. Sedikitnya hasil tangkapan teri dan rebon disebabkan oleh keberadaan predator yang cukup banyak di area jaring bagan apung serta musim ikan yang terjadi. Selain itu, pengoperasian bagan antara Agustus-September bukan musim teri. Puncak-puncak musim teri berlangsung antara April-Mei dan Desember- Januari Hutomo et al 1987. Jenis teri memiliki variasi pergerakan renang yang jelas di kedalaman tertentu pada waktu siang hari. Jenis ikan ini akan muncul ke permukaan pada waktu malam. Dengan bantuan cahaya yang maksimal, teri akan muncul ke permukaan laut. Teri bersifat fototaksis positif Gunarso 1988. Teri tertangkap pada bagan apung karena memiliki respon yang positif terhadap cahaya. Selain itu, ikan teri memiliki tingkah laku hidup bergerombol yang memudahkan ikan tertangkap pada bagan. Pada saat musim puncak, teri merupakan hasil tangkapan utama pada bagan apung. 2 Berdasarkan waktu penangkapan Hasil tangkapan bagan berdasarkan waktu penangkapan agak berbeda, baik dalam jenis maupun berat tangkapan. Komposisi jenis ikan pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 meliputi tembang seberat 20 kg, kembung 10,5 kg, tongkol 8,1 kg, layur 5 kg, dan teri 2 kg. Waktu penangkapan antara 22.00-01.00 meliputi tembang 23,8 kg, kembung 11 kg, dan cumi-cumi 1,5 kg. Adapun waktu penangkapan 01.00-04.00 mendapatkan tembang 22 kg, kembung 6,7 kg, bawal 20,5 kg, cumi-cumi 15 kg, tongkol 6,9 kg, layur 3 kg, teri 3 kg, dan rebon 3 kg. Komposisi berat setiap jenis tangkapan bagan berdasarkan waktu penangkapan dijelaskan pada Gambar 17. . Gambar 17 Komposisi berat hasil tangkapan total bagan apung berdasarkan Berdasarkan Gambar 17, komposisi jenis tangkapan terbanyak pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 dengan 8 jenis ikan seberat 79,1 kg. Posisi kedua antara pukul 22.00-01.00 seberat 45,6 kg dengan 3 jenis ikan, dan yang paling sedikit adalah waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 seberat 36,3 kg dengan 5 jenis ikan. Komposisi berat total berdasarkan interval waktu dipengaruhi oleh tingkah laku waktu makan ikan. Ikan jenis tembang dan kembung tertangkap di ketiga waktu penangkapan. Pada penangkapan pertama antara pukul 19.00-22.00 keberadaan tembang dan kembung banyak terlihat di perairan. Tembang adalah fototaksis positif atau peka terhadap cahaya, sedangkan kembung tergolong ikan pemakan plankton hewani Gunarso 1988. Pengoperasian bagan menggunakan cahaya dengan cepat mengundang plankton untuk datang. Keberadaan tembang dan kembung dalam jumlah yang besar serta ketepatan waktu makan inilah yang menyebabkan tembang dan kembung banyak tertangkap disemua waktu penangkapan. Tembang paling banyak tertangkap pada waktu penangkapan pukul 22.00- 01.00 seberat 23,8 kg, selanjutnya antara pukul 01.00-04.00 seberat 22 kg dan pukul 19.00-22.00 seberat 20 kg. Pada penangkapan pertama 19.00-22.00, tembang masih banyak tertangkap daripada ikan jenis lainnya, namun paling sedikit jika dibandingkan dengan waktu penangkapan kedua 22.00-01.00 dan ketiga 01.00-04.00. Hal ini sesuai dengan pendapat Tupamahu 2003 yang menjelaskan bahwa indeks kandungan isi lambung ikan tembang pada pukul 19.00 adalah 0,41 menurun ke 0,28 pada pukul 20.00 dan 0,20 pukul 21.00. Selanjutnya pukul 20.00, 21.00, 22.00, 02.00 dan 05.00 nilainya berfluktuasi antara 0,16 dan 0,22. Kembung lebih banyak tertangkap pada penangkapan antara pukul 19.00- 22.00 dan pukul 22.00-01.00 yang mencapai berat 11 kg. Pada waktu penangkapan 01.00-04.00 berat tangkapan kembung menurun hanya seberat 6,7 kg. Menurut Laevastu dan Hayes 1981, kembung adalah ikan yang aktif pada siang hari dan banyak muncul ke permukaan pada pagi dan sore hari. Pada siang hari, dimana cahaya matahari mecapai maksimum gerombolan kembung berada di dasar perairan. Jenis ikan lain yang banyak tertangkap adalah bawal Pampus argentus seberat 20,5 kg. Bawal tertangkap hanya pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00, sedangkan waktu penangkapan yang lainnya bawal tidak tertangkap. Bawal merupakan ikan dominan kedua yang tertangkap setelah tembang pada waktu penangkapan pukul 01.00-04.00. Bawal, kembung, dan tembang merupakan ikan yang dominan tertangkap pada perikanan bagan dengan nilai berat total yang tinggi. Selain bawal, cumi-cumi juga tertangkap pada bagan cukup banyak. Cumi-cumi tertangkap pada bagan seberat 16,5 kg. Cumi-cumi tidak tertangkap di awal waktu penangkapan. Cumi-cumi tertangkap pada waktu setelah malam dan menjelang pagi antara pukul 22.00-01.00 dan 01.00-04.00. Cumi-cumi tertangkap seberat 15 kg pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00, sedangkan pada waktu penangkapan antara 22.00-01.00 cumi-cumi yang tertangkap sedikit hanya 1,5 kg. Cumi-cumi mengalami peningkatan berat hasil tangkapan berdasarkan waktu penangkapan. Tongkol tertangkap seberat 15 kg. Tongkol tertangkap pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 seberat 8,1 kg dan waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 seberat 6,9 kg. Waktu penangkapan antara pukul 22.00- 01.00 tongkol tidak tertangkap. Layur juga tertangkap pada perikanan bagan. Layur tertangkap pada bagan cukup besar seberat 8 kg. Layur banyak tertangkap seberat 5 kg pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 dan 3 kg antara pukul 01.00-04.00. Waktu penangkapan antara pukul 22.00-01.00 layur tidak tertangkap sama sekali. Teri hanya tertangkap seberat 5 kg. Teri tertangkap pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 seberat 2 kg dan waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 seberat 3 kg. Pada waktu penangkapan antara pukul 22.00-01.00 teri tidak tertangkap. Jenis ikan lainnya yang sedikit tertangkap adalah rebon. Rebon hanya tertangkap pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 seberat 3 kg. Teri dan rebon merupakan hasil tangkapan dengan jumlah sedikit dalam proses penangkapan. Hasil tangkapan bagan secara keseluruhan didominasi oleh jenis-jenis ikan pelagis kecil, seperti tembang, kembung, dan teri. Ikan-ikan predator seperti layur juga tertangkap. Hal ini yang menyebabkan teri, rebon dan ikan kecil lainnya mengalami penurunan hasil tangkapan. Hasil tangkapan teri dan rebon relatif sedikit akibat adanya ikan predator yang memburunya. Sebagian teri pergi menghindar dan sebagian lainnya dimakan oleh serangan ikan-ikan predator.

4.2.2 Komposisi hasil tangkapan dengan lampu tabung tanpa reflektor 1 Berdasarkan jenis organisme

Penggunaan lampu tabung tanpa reflektor pada penangkapan bagan menghasilkan 7 jenis ikan, yaitu cumi Loligo sp, rebon Mysis sp, tongkol Auxis thazard, tembang Sardinella fimbriata, teri Stolephorus sp, layur Trichiurus sp, dan kembung Rastreliger sp. Komposisi hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung tanpa reflektor seberat 65,1 kg. Setiap jenis tangkapan memiliki berat yang berbeda-beda. Gambar 18 menjelaskan komposisi berat hasil tangkapan bagan menggunakan lampu tabung tanpa reflektor berdasarkan jenis ikan. Tembang merupakan jenis ikan yang paling banyak tertangkap oleh bagan apung tanpa reflektor. Berat total tembang yang tertangkap, yaitu 21,8 kg atau sebesar 33. Hasil tangkapan dominan selanjutnya adalah kembung seberat 13,8 kg sebesar 21. Adapun hasil tangkapan lainnya berupa cumi 8,5 kg 13, layur 8 kg 12, tongkol 5 kg 8, teri 5 kg 8, dan yang terendah adalah rebon seberat 3 kg atau 5. Gambar 18 Komposisi berat hasil tangkapan bagan apung menggunakan lampu Hasil tangkapan bagan apung menggunakan lampu tabung tanpa reflektor menghasilkan ikan yang beraneka ragam. Hal ini dikarenakan lampu tabung tanpa reflektor menghasilkan cahaya yang menyebar ke segala arah. Dengan pancaran cahaya yang menyebar, ikan akan terangsang untuk datang meskipun jaraknya jauh dari sumber cahaya. Tembang merupakan jenis ikan yang paling mendominasi, memiliki ciri pemakan plankton dan hidup bergerombol. Ikan ini membutuhkan cahaya untuk membentuk gerombolan besar Ben Yami 1987. Cahaya lampu tabung tanpa reflektor memiliki nilai iluminasi antara 0,1-54,5 lux pada kedalaman 1-3 m. Pada kedalaman tersebut gerombolan tembang mendatangi cahaya. Pada kedalaman 4-6 m, nilai iluminasi cahaya cenderung menurun. Iluminasi terendah terjadi pada kedalaman 6 m pada posisi titik pengukuran terjauh 3,9 m. Tobing 2008 menjelaskan tembang selalu mencari daerah yang iluminasinya rendah, kemudian membentuk gerakan renang bergerombol. Jika terdapat makanan, ikan tembang akan makan dengan tetap bergerombol dan bertahan di daerah iluminasi tersebut. Cahaya yang menyebar ke segala arah mengundang tembang datang ke bagan. Selanjutnya, tembang berenang secara bergerombol menuju daerah dengan iluminasi yang rendah untuk mencari plankton makanannya. Gerombolan tembang tetap bertahan di sekitar bagan pada daerah iluminasi rendah hingga akhirnya tertangkap. Kembung dan teri merupakan ikan pelagis yang memakan plankton. Kedua jenis ikan ini suka hidup bergerombol. Pancaran cahaya yang menyebar ke segala arah mengundang plankton-plankton untuk berkumpul, hidup dan berkembangbiak. Plankton menyukai cahaya yang redup atau daerah dengan iluminasi yang rendah Basmi 1995. Melimpahnya keberadaan plankton menyebabkan jumlah kembung cukup banyak. Hasil tangkapan teri relatif sedikit, karena pada saat penelitian sedang tidak musim teri dan jumlah predator di sekitar kerangka jaring bagan sangat banyak. Rebon bersifat fototaksis positif terhadap cahaya. Hasil tangkapan rebon, paling sedikit pada lampu tabung tanpa refelektor. Hal ini, dikarenakan iluminasi cahaya yang dihasilkan rendah dan menyebar ke segala arah. Menurut Wahyudi 2009, rebon akan mendekat dan berkumpul pada perairan dengan iluminasi cahaya yang tinggi. Rebon memakan fitoplankton dan zooplankton yang tertarik cahaya di sekitar lampu. Adanya cahaya menyebabkan plankton berkumpul. Rebon yang tertangkap pada bagan adalah rebon yang hanya dapat mendeteksi keberadaan cahaya di bawah areal jaring. Rebon yang sudah berada di areal jaring akan memakan plankton kemudian tertangkap bagan ketika dilakukan pengangkatan jaring. Layur, tongkol, dan cumi-cumi adalah jenis ikan predator yang memakan ikan-ikan kecil. Layur tergolong jenis ikan buas yang mempunyai gigi-gigi yang kuat untuk memakan mangsanya Badrudin et al 2004. Juvenil layur memangsa ikan kecil, sedangkan layur dewasa memangsa cumi-cumi dan ikan-ikan kecil lainnya. Tongkol adalah predator diurnal yang aktif mencari mangsa pada siang hari Gunarso 1988. Makanan tongkol adalah ikan-ikan kecil, seperti teri, sardin larva ikan, dan cumi-cumi. Adapun cumi-cumi tergolong kedalam ikan karnivora yang bersifat fototaksis positif atau peka terhadap rangsang cahaya. Makanannya berupa ikan-ikan kecil dan crustacea Raharjo dan Bengen 1984 . Cumi-cumi mendekat ke bagan karena adanya ikan-ikan kecil yang berkumpul di sekitar lampu. Keberadaan plankton di sekitar cahaya lampu menarik ikan untuk masuk ke dalam areal kerangka jaring. Rantai makanan dan persaingan dalam memperebutkan mangsa terjadi di areal kerangka jaring apung. Cumi-cumi memakan ikan-ikan kecil, seperti teri dan rebon. Adapun tongkol dan layur memakan cumi dan ikan lainnya. Dari ketiga predator tersebut, layur tertangkap dalam jumlah terbanyak. 2 Berdasarkan waktu penangkapan Pengoperasian bagan dibagi atas 3 waktu penangkapan, yaitu antara pukul 19.00-22.00, 22.00-01.00, dan 01.00-04.00. Hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung tanpa reflektor berdasarkan waktu penangkapan dijelaskan pada Gambar 19. Gambar 19 Komposisi berat hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung Bagan apung dengan lampu tabung tanpa reflektor menghasilkan jenis dan berat ikan yang berbeda pada setiap waktu penangkapan. Penangkapan antara pukul 19.00-22.00 menghasilkan 5 jenis ikan dengan berat total 24,2 kg. Rinciannya adalah layur Trichiurus sp seberat 5 kg, kembung Rastreliger sp seberat 6,1 kg, tembang Sardinella fimbriata seberat 6,1 kg, tongkol Auxis thazard seberat 5 kg, dan teri Stolephorus sp seberat 2 kg. Pengangkatan jaring antara pukul 22.00-01.00 mendapatkan hasil tangkapan paling sedikit hanya 2 jenis ikan 12,9 kg, yaitu kembung seberat 4,5 kg dan tembang 8,4 kg. Hasil tangkapan terbanyak terjadi pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 sebanyak 6 jenis ikan 28 kg yang terdiri atas teri 3 kg, layur 3 kg, kembung 3 kg, tembang 7,3 kg, rebon 3 kg, dan cumi-cumi 8,5 kg. Hasil tangkapan paling banyak tertangkap antara pukul 01.00-04.00. Pada penangkapan kedua antara pukul 22.00-01.00, jumlah tangkapan menurun dari penangkapan pertama pukul 19.00-22.00. Hasil ini sejalan dengan penelitian Tobing 2008 yang mengatakan bahwa ikan banyak tertangkap pada interval waktu I pukul 19.00-22.00 dan III pukul 01.00-04.00. Adapun pada interval II pukul 23.00-01.00 hasil tangkapan menurun dan jumlahnya sedikit. Hal ini dipengaruhi oleh kecenderugan waktu makan tembang. Sepanjang waktu penangkapan, tembang adalah jenis ikan terbanyak yang tertangkap. Keberadaan tembang melimpah di perairan seiring dengan bertambahnya jumlah plankton. Plankton berada di sekitar bagan akibat pancaran cahaya dari lampu. Basmi 1995 mengatakan bahwa plankton akan hidup dan berkembangbiak pada daerah yang cukup cahaya. Dengan sifat fototaksisnya, tembang langsung menuju ke arah cahaya yang nilai iluminasinya tinggi. Tembang paling banyak tertangkap karena gerombolan tembang dalam jumlah besar berada pada sekitar jaring bagan. Jenis ikan dominan lain yang tertangkap antara pukul 19.00-22.00 adalah kembung. Kembung mendominasi hasil tangkapan karena kembung merupakan ikan pelagis yang memiliki daerah penyebaran yang luas. Selain itu, kembung memiliki sifat cenderung berenang mendekati permukaan air pada waktu malam hari dan pada siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam. Kembung muncul ke permukaan untuk mencari makanan berupa plankton secara bergerombol. Itulah yang menyebabkan kembung juga dominan tertangkap setelah tembang. Pada waktu penangkapan antara pukul 22.00-01.00, ikan yang tertangkap hanya 2 jenis, yaitu tembang dan kembung. Masing-masing beratnya adalah 8,4 kg dan 4,5 kg. Jenis tembang mengalami peningkatan jumlah total dari waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 ke waktu penangkapan antara pukul 22.00- 01.00. Hal ini dikarenakan sumberdaya ikan yang terdapat di perairan didominasi oleh tembang. Ikan-ikan kecil lainnya tidak tertangkap karena terdapat kembung sebagai predatornya. Hasil tangkapan kembung menurun pada penangkapan pukul 01.00-04.00 karena terdapat bawal yang mendomimasi pada waktu penangkapan tersebut. Penangkapan antara pukul 01.00-04.00 mendapatkan tembang yang masih cukup banyak dengan berat 7,3 kg. Pada waktu tersebut, organisme yang paling banyak tertangkap adalah cumi-cumi. Hal ini diduga bahwa waktu makan cumi adalah pada waktu tengah malam menjelang pagi hari. Cumi-cumi mendominasi hasil tangkapan karena terdapat habitat cumi di perairan sekitar bagan. Hasil tangkapan lainnya, yaitu teri, layur, rebon dan tongkol. Teri dan layur tertangkap pada pukul 19.00-22.00 dan 01.00-04.00. Dalam hal jumlah, teri mengalami peningkatan sedangkan layur menurun. Pada waktu pengangkatan jaring ke-2 antara pukul 22.00-01.00, teri dan layur tidak tertangkap. Jenis ikan yang tertangkap hanya tembang dan layur. Pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 hasil tangkapan bertambah dengan kehadiran rebon. Rebon tertangkap hanya pada waktu tersebut.

4.2.3 Komposisi hasil tangkapan dengan lampu tabung bereflektor 1 Berdasarkan organisme

Perikanan bagan mensyaratkan cahaya yang terfokus ke dalam perairan. Dengan cahaya yang terfokus ke dalam perairan dapat meningkatkan efektifitas penangkapan ikan dengan bagan. Penggunaan reflektor kerucut berwarna perak pada lampu tabung mampu menghasilkan iluminasi cahaya yang maksimal dan terfokus ke arah bawah bagan, sehingga hasil tangkapan bagan apung meningkat. Jenis ikan yang tertangkap setelah menggunakan reflektor kerucut umumnya memiliki nilai ekonomis penting lebih tinggi seperti bawal. Bawal adalah jenis ikan dengan harga yang tinggi atau mahal di pasaran. Jumlah bawal dan jenis ikan lainnya yang tertangkap ditunjukkan pada Gambar 20. Penggunaan lampu tabung dengan reflektor pada bagan apung menghasilkan 4 jenis ikan dan cumi-cumi dengan berat total mencapai 95,9 kg. Rinciannya adalah kembung Rastreliger sp 14,4 kg atau sebesar 15 dari berat total hasil tangkapan, tembang Sardinella fimbriata 44 kg atau sebesar 46, tongkol Auxis thazard 9 kg atau sebesar 9, bawal Pampus argentus 20,5 kg atau sebesar 21, dan cumi-cumi Loligo sp 8 kg sebesar 8. Gambar 20 Komposisi berat hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung Dari Gambar 20, jenis hasil tangkapan terberat adalah tembang. Tembang adalah ikan fototaksis positif yang tertangkap pada bagan menggunakan lampu tabung bereflektor. Tembang menyenangi cahaya yang datang dari arah dorsal tubuhnya. Parrish 1962 diacu dalam Gunarso 1988 menambahkan bahwa ikan akan cenderung berorientasi ke arah kanan dari arah datangnya cahaya. Lampu tabung tanpa reflektor memiliki nilai iluminasi cahaya yang tinggi sebesar 162,5 lux di permukaan air laut. Tembang adalah jenis hasil yang paling peka dan paling cepat mendekati bagan di sekitar areal bagan. Habitat tembang adalah di sepanjang perairan pantai dan merupakan spesies permukaan Gunarso 1988. Jenis kembung yang tertangkap adalah kembung perempuan dan kembung lelaki. Kedua jenis ikan tersebut termasuk dalam famili Scombridae, yaitu jenis ikan yang suka hidup bergerombol. Ikan jenis ini, menurut Gunarso 1988, biasanya hidup lebih mendekati pantai dan termasuk predator bagi ikan-ikan kecil lainnya, seperti teri dan rebon. Plankton adalah organisme laut yang dapat hidup dan berkembangbiak dengan bantuan cahaya Basmi 1995. Keberadaan plankton di sekitar cahaya mengundang teri dan rebon -- jenis ikan pemakan plankton -- untuk datang mencari makanan Gunarso 1988. Selanjutnya keberadaan teri dan rebon menyebabkan kembung mendekat ke arah bagan. Teri dan rebon sebagian termakan oleh kembung dan predator lainnya, sedangkan sebagian lainnya lagi menyebar menghindari predator. Hal inilah yang menyebabkan teri dan rebon 14,4 44 9 8 dapat tidak tertangkap sama sekali, sedangkan kembung tertangkap dalam jumlah banyak. Tongkol, bawal dan cumi-cumi adalah organisme predator yang tertangkap pada bagan apung bereflektor. Gunarso 1988 menggolongkan tongkol ke dalam kelompok spesies predator diurnal yang memburu mangsanya terlebih dahulu untuk dimakan. Bawal ikan buas, termasuk ikan karnivora pemakan daging, hidup bergerombol dalam jumlah yang kecil dan memangsa ikan-ikan kecil, siput dan udang. Hal ini dilihat dari susunan gigi-giginya yang tajam. Dirjend Perikanan Budidaya 2011. Cumi-cumi digolongkan sebagai hewan karnivora karena memakan udang dan ikan-ikan pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya Barnes 1987 diacu dalam Tasywiruddin 1999. Ikan-ikan jenis predator adalah yang paling mendominasi hasil tangkapan. Adapun hasil tangkapan utamanya tidak tertangkap. Penggunaan cahaya yang terfokus ke arah bawah bagan mampu memanggil teri dan melakukan aktifitas di dalamya. Keberadaan predator seperti tongkol, bawal, kembung dan cumi-cumi dengan sifatnya yang buas mampu mendeteksi keberadaan mangsa di sekitar cahaya ke arah bawah bagan. Proses saling memakan terjadi setelah ikan-ikan predator datang, yaitu teri dan udang memakan plankton, tembang dan kembung memakan plankton dan ikan-ikan kecil ; cumi memakan teri ; tongkol dan bawal memakan tembang. Sebagian teri dan rebon lainnya menyebar untuk menghindari predator. Itulah sebabnya kenapa jenis ikan predator yang lebih banyak tertangkap dibandingkan dengan jenis organisme teri dan rebon. Tembang tertangkap dalam jumlah yang banyak karena keberadaanya yang melimpah. 2 Berdasarkan waktu penangkapan Hasil tangkapan bagan menggunakan lampu tabung bereflektor memiliki jenis dan berat yang berbeda. Waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 memperoleh 3 jenis ikan, yaitu kembung, tembang, dan tongkol dengan berat total 21,4 kg.Waktu penangkapan antara pukul 22.00-01.00 menghasilkan kembung dan tembang dengan berat total 23,4 kg. Hasil tangkapan terbanyak diperoleh pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 menghasilkan cumi- cumi seberat 20,5 kg dari 4 jenis ikan, yaitu kembung, tembang, tongkol, dan bawal seberat 30,6 kg. Gambar 21 menunjukkan hasil tangkapan bagan berdasarkan waktu penangkapan. Gambar 21 Komposisi berat hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung Tembang merupakan jenis ikan yang tertangkap dengan persentase tertinggi sebesar 46 dari total hasil tangkapan. Ikan ini tertangkap di sepanjang malam. Hasil tangkapan tembang meningkat pada pukul 19.00-22.00 ke waktu 22.00- 01.00, namun pada penangkapan antara pukul 01.00-04.00 jenis tembang mengalami penurunan. Keberadaannya yang melimpah di perairan menyebabkan tembang banyak tertangkap. Selain itu, tembang merupakan hasil tangkapan utama pada perikanan bagan apung Subani 1989. Tembang juga merupakan ikan dengan fototaksis positif. Kembung tertangkap di sepanjang malam dan mengalami peningkatan jumlah dari waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 ke waktu penangkapan pukul 22.00-01.00. Penurunan hasil tangkapan kembung cukup tinggi pada waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00. Kembung adalah ikan yang cukup dominan tertangkap selain tembang. Penurunan jumlah hasil tangkapan kembung dan tembang akibat bertambahnya jenis ikan predator di sekitar bagan. Bawal hanya tertangkap pada waktu antara pukul 01.00-04.00 seberat 20,5 kg. Pada waktu ini, bawal adalah hasil tangkapan terbanyak yang diperoleh dan menjadi hasil tangkapan dominan kedua setelah tembang. Waktu makan bawal diduga setelah malam menjelang pagi hari yaitu pukul 01.00-04.00. Kedatangan bawal pada area jaring karena kondisi lapar untuk mencari makanan berupa tembang, kembung, dan ikan kecil lainnya. Kondisi ini menyebabkan bawal menjadi dominan tertangkap. Perolehan hasil tangkapan yang sedikit adalah jenis tongkol dan cumi-cumi. Masing-masing berjumlah 9 kg dan 8 kg. Tongkol mengalami peningkatan jumlah, pada pukul 19.00-22.00 dan pukul 01.00-04.00. Adapun pada waktu penangkapan kedua antara pukul 22.00-01.00 jenis tongkol tidak tertangkap. Tupamahu 2003 menjelaskan bahwa indeks isi lambung tongkol berkisar antara 0,1-0,2 dengan variasi menonjol pada jam 05.00 periode waktu yang diamati pukul 20.00, 21.00, 22.00, 02.00, dan 05.00. Tongkol sebagai ikan predator mendekati bagan untuk mencari makanan. Keberadaan ikan-ikan kecil inilah yang menyebabkan tongkol tertangkap dan menurunkan hasil tangkapan utama bagan. Cumi-cumi merupakan hasil tangkapan terendah. Hasil tangkapan cumi-cumi diperoleh pada pukul 23.00-01.00 dan 01.00-04.00 dan jumlahnya meningkat. Waktu penangkapan pertama pada pukul 19.00-22.00, cumi-cumi tidak tertangkap. Hasil tangkapan meningkat dengan penambahan lampu tabung berfelektor. Berdasarkan jenis hasil tangkapan, penggunaan lampu tabung bereflektor lebih baik digunakan pada perairan yang letaknya jauh dari pantai.

4.3 Perbandingan komposisi hasil tangkapan

Penangkapan bagan apung menggunakan lampu tabung tanpa reflekor dan bereflektor menghasilkan jenis ikan yang relatif sama, namun berbeda dalam jumlah total hasil tangkapannya. Berdasarkan spesies, jenis terbanyak didapat pada lampu tabung tanpa reflektor. Lampu tabung tanpa reflektor menghasilkan cumi-cumi Loligo sp dan 6 jenis ikan. Rinciannya adalah teri Stolephorus sp, layur Trichiurus sp, kembung Rastreliger sp, tembang Sardinella fimbriata, tongkol Auxis thazard, dan rebon Mysis sp. Hasil tangkapan lampu tabung bereflektor menghasilkan cumi-cumi Loligo sp dan 4 jenis ikan yaitu kembung Rastreliger sp, tembang Sardinella fimbriata, tongkol Auxis thazard, dan bawal Pampus argentus. Jenis hasil tangkapan lebih banyak pada lampu tabung tanpa reflektor disebabkan oleh pancaran cahaya yang menyebar ke segala arah. Hal ini mampu menarik ikan yang berada jauh dari bagan apung. Bila dibandingkan dengan berat total hasil tangkapan, lampu tabung bereflektor lebih berat hasil tangkapannya daripada lampu tabung tanpa reflektor. Lampu tabung bereflektor mampu meningkatkan hasil tangkapan mencapai 95,9 kg. Adapun lampu tabung tanpa reflektor menghasilkan hasil tangkapan seberat 65,1 kg. Arah pancaran cahaya yang terfokus ke bawah areal jaring membuat ikan lebih banyak terkumpul dibandingkan dengan cahaya yang menyebar ke segala arah. Jenis hasil tangkapan yang berbeda pada penggunaan lampu tabung bereflektor adalah bawal. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Penggunaan reflektor kerucut berwarna perak pada lampu tabung menghasilkan iluminasi cahaya yang lebih tinggi dan pencapaian kedalaman yang lebih dalam dibandingkan lampu tabung tanpa reflektor; dan 2. Pengoperasian bagan menggunakan lampu tabung dengan reflektor kerucut berwarna perak menghasilkan tangkapan seberat 95,9 kg lebih tinggi daripada lampu tabung tanpa reflektor seberat 65, 1 kg.

5.2 Saran