2.3 Reaksi Ikan terhadap Cahaya
Alat tangkap yang sangat mengandalkan cahaya adalah bagan. Cahaya digunakan dalam memikat dan mengumpulkan ikan. Pemanfaatan cahaya sebagai
alat bantu penangkapan ikan berkaitan dengan tingkah laku ikan terhadap cahaya. Umumnya ikan mencari makan dengan memanfaatkan indera penglihatan dan
menyesuaikan ukuran makanan dengan besar mulutnya Effendi 1997. Respon ikan terhadap sumber cahaya dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu phototaxis positif tertarik untuk mendekati sumber cahaya dan phototaxis negatif menjauhi sumber cahaya. Tertariknya ikan pada cahaya
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain untuk mencari makan dan bergerombol. Peristiwa berkumpulnya ikan di bawah sumber cahaya dapat dibedakan menjadi
Ayodhoya 1981 : 1.
Peristiwa langsung, yaitu berkumpulnya ikan karena tertarik oleh cahaya lampu yang digunakan atau ikan bersifat fototaksis positif ; dan
2. Peristiwa tidak langsung, yaitu berkumpulnya ikan karena tujuan mencari
makanan feeding yang disebabkan oleh adanya plankton dan ikan kecil yang terpikat cahaya. Ikan yang tertarik pada cahaya umumnya menyukai cahaya
terang. Hasil tangkapan bagan apung yang termasuk fototaksis positif diantaranya
rebon, teri, dan cumi-cumi. Adapun yang bersifat fototaksis negatif adalah jenis predator seperti layur dan tongkol Subani dan Barus 1989. Ikan predator
mendekat ke arah cahaya untuk mencari makan.
2.4 Bagan
Bagan merupakan jenis alat tangkap tradisional yang banyak digunakan oleh nelayan Indonesia. Menurut Baskoro 1999, ada dua jenis tipe bagan yang ada di
Indonesia. Jenis pertama adalah bagan tancap, yaitu bagan yang ditancapkan secara tetap di perairan dengan kedalaman 5-10 m. Jenis yang kedua adalah bagan
apung yaitu bagan yang dapat berpindah dari satu daerah penangkapan ke daerah penangkapan lainnya sehingga daerah pengoperasiannya luas. Bagan apung juga
merupakan jenis alat tangkap liftnet karena pengoperasiannya dengan cara mengangkat jaring.
Bagan dikelompokkan ke dalam jaring angkat, karena pengoperasiannya dilakukan dengan menurunkan dan mengangkat jaring secara vertikal.
Jaring angkat
adalah jaring
yang biasanya berbentuk
empat persegi panjang, dibentangkan di dalam air secara horizontal dengan menggunakan kayu,
bambu, besi, dan tali sebagai rangkanya. Pemasangan jaring angkat ini dapat dilakukan di lapisan tengah, dasar, atau permukaan perairan. Ikan-ikan yang
berkumpul di atas jaring, sebagai akibat daya tarik cahaya akan terbawa arus dan tertangkap di dalam jaring bagan
Subani dan Barus 1989 . Bagan termasuk
kedalam light fishing yang menggunakan lampu sebagai alat bantu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu kemudian dilakukan
penangkapan dengan jaring yang telah tersedia Ayodhyoa 1981.
2.4.1 Klasifikasi bagan
International Standard Statistical Classification Fishing Gear ISSCFG, FAO 1971 mengklasifikasikan bagan ke dalam jaring angkat atau liftnet. Hal ini
didasarkan pada cara pengoperasian bagan dengan cara mengangkat jaring. Pengoperasian bagan sangat tergantung pada cahaya.
Von Brandt 1984 mengklasifikasikan bagan ke dalam alat tangkap yang dalam pengoperasiannya
menggunakan cahaya sebagai alat bantu untuk memikat ikan. Ikan yang menjadi tujuan penangkapannya adalah jenis-jenis ikan fototaksis positif.
Bagan dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu bagan tancap, bagan perahu, dan bagan rakit atau bagan apung
Subani dan Barus 1989 . Bagan juga dapat
diklasifikasikan menjadi bagan dengan satu perahu, bagan dua perahu, bagan rakit, bagan dengan menggunakan mesin, dan bagan rambo. Bagan rambo adalah
bagan yang memiliki ukuran yang lebih besar Baskoro 1999. Bagan rambo memiliki ukuran yang lebih besar dan konstruksinya tampak
lebih kokoh serta jumlah lampu yang digunakan lebih banyak diatas 30 unit lampu. Perahu bagan dapat dikatakan sebagai bangunan utama dari bagan Rambo
karena selain untuk mengapungkan bangunan bagan juga di atasnya terkonsentrasi seluruh peralatan dan merupakan tempat kegiatan pada saat operasi penangkapan.
Bentuk dan konstruksi perahu dirancang khusus, yaitu berbentuk pipih memanjang dengan dimensi utama panjang 30,0 m, lebar 2,0 m, dan dalam 3,5 m.
Ukuran panjang dan lebar bangunan bagan rambo adalah 32,0 x 30,0 m,
dirangkai pada sisi kiri dan kanan perahu. Jenis lampu yang digunakan terdapat dua fungsi, yaitu lampu penarik dan lampu yang digunakan untuk
memgkonsentrasikan ikan-ikan yang telah tertarik oleh cahaya lampu Sudirman
2003. Bagan tancap yaitu bagan yang ditancapkan pada kedalaman kurang lebih
15 m di dasar perairan atau bagan yang dioperasikan pada perairan yang dangkal. Bagan perahu yaitu menggunakan dua perahu sebagai penopang. Jarak antara kedua perahu
digunakan sebagai tempat pengoperasian alat tangkap. Bagan rakit atau bagan apung sangat sederhana, mudah pengoperasiannya, mudah dipindah-pindahkan, dan
lokasi penangkapan yang dekat dengan pantai. Oleh sebab itu, bagan apung banyak digunakan oleh nelayan
Subani dan Barus 1989 .
2.4.2 Bagan apung
Bagan apung adalah suatu alat penangkap ikan yang dioperasikan dengan cara menurunkan jaring ke kolom perairan kemudian diangkat apabila sudah
banyak ikan di atasnya, bagian bawah berbentuk rakit sehingga dapat berpindah- pindah ke lokasi yang terdapat banyak ikan. Bagan rakit atau bagan apung
diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring angkat lift nets. Dalam pengoperasiannya bagan apung mudah berpindah dari satu daerah penangkapan ke
daerah penangkapan lainnya. Lokasi penangkapan bagan apung luas serta memiliki metode pengoperasian yang mudah Subani dan Barus 1989.
1 Konstruksi bagan apung
Bagan apung terdiri atas jaring, rumah bagan, lampu, penggulung, dan bangunan bagan. Jaring terbuat dari PE polyethylene dengan ukuran mata jaring
mesh size 0,5-1 cm. Jaring tersebut diikatkan pada bingkai bambu berbentuk bujur sangkar berukuran 9 × 9 m. Penggulung berfungsi untuk mengangkat dan
menurunkan jaring Fridman 1986. Konstruksi bagan apung biasanya terbuat dari bambu. Bagan apung disebut juga dengan bagan rakit. Bagan rakit
menggunakan rakit yang terbuat dari bambu yang ditempatkan pada kanan dan kiri bagian bawah rumah bagan sebagai alat apung sekaligus landasan rumah
bagan Subani dan Barus 1989.
Ukuran untuk alat tangkap bagan apungrakit beragam mulai dari panjang = 13 m; lebar = 2,5 m; dan tinggi = 1,2 m hingga panjang = 29 m; lebar = 29 m;
dan tinggi = 17 m. Masing-masing rakit dibuat dari 32 batang bambu yang dirangkai menjadi empat lapis tersusun dari atas ke bawah, sehingga tiap-tiap
lapis terdiri dari delapan bambu. Bambu untuk rakit biasanya berdiameter 10-12 cm dan panjang 8 m. Pada tiap rakit dipasang lima buah tiang bambu ke atas,
tingginya 2 m berderet dari muka ke belakang. Kedua baris tiang ini saling dihubungkan dengan bambu yang panjangnya 8 m sehingga di atas rakit ini
terbentuklah sebuah pelataran Gofar et al. 1988. Untuk menjaga keseimbangan serta memperkokoh kedua buah rakit ini,
maka di sisi kiri dan kanan rakit dihubungkan dengan dua buah bambu yang berukuran agak besar atau dapat dilakukan dengan merangkapkan bambu yang
menghubungkan kedua rakit tersebut Gofar et al. 1988. 2 Kelengkapan dalam unit penangkapan bagan apung
1. Perahu
Bagan apung menggunakan perahu dalam operasi penangkapannya. Perahu yang digunakan adalah jenis perahu motor tempel. Perahu motor berfungsi
untuk mengantarkan nelayan menuju bagan dan mengangkut hasil tangkapan menuju ke darat. Umumnya satu perahu mengangkut 5-15 nelayan yang berasal
dari 3-5 bagan apung. 2.
Nelayan Nelayan yang mengoperasikan bagan rakit berjumlah 1-4 orang karena adanya
spesifikasi kerja, ada yang memindahkan bagan rakit, menggulung dan ada yang bertugas melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan. Pada bagan PSP,
nelayan berjumlah 1 orang melakukan semua aktivitas operasi penangkapan ikan.
3. Alat bantu
Alat bantu yang biasa digunakan adalah berupa sumber cahaya seperti lampu atau petromaks. Cahaya berfungsi untuk menarik perhatian ikan agar
berkumpul di bawah rumah bagan, kemudian dilakukan penangkapan dengan jaring yang telah tersedia Subani dan Barus 1989. Keberhasilan operasi
penangkapan bagan tergantung pada intensitas cahaya yang dipancarkan pada perairan di sekitar areal bagan.
Alat bantu lainnya dalam memperlancar operasional penangkapan antara lain serok, keranjang, peti, dan radio komunikasi. Serok berfungsi untuk
mengangkat hasil tangkapan dari jaring ke atas perahu. Serok umumnya mempunyai ukuran panjang 3,2 m dengan diameter bukaan mulut 50 cm, dan
tinggi jaring 60 cm dengan mesh size 0,5 cm terbuat dari bahan PE. Keranjang berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir. Peti merupakan
tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat. Radio komunikasi digunakan berkomunikasi antara juragan laut dan juragan darat
punggawa laut dan punggawa darat, sesama nelayan untuk mengetahui fishing ground, harga ikan, dan hasil tangkapan Gofar et al. 1988.
3 Metode pengoperasian bagan apung
Pengoperasian bagan apung dilakukan di daerah perairan dangkal sekitar pantai. Sifat bagan apung yang dapat dipindahkan membuat daerah
penangkapannya sangat luas. Pengoperasian bagan hanya dilakukan pada malam hari saat bulan gelap dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan
Subani dan Barus 1989. Operasi penangkapan dilakukan berdasarkan perhitungan bulan. Nelayan tidak melakukan operasi penangkapan selama bulan
terang ditambah tujuh hari berikutnya Monintja dan Martasuganda 1991. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut cahaya menyebar ke seluruh permukaan laut dan
ikan berada pada area yang sangat luas. Menurut Iskandar 2001, tahapan-tahapan metode pengoperasian bagan
rakit adalah sebagai berikut: 1.
Persiapan menuju fishing ground Sebelum berangkat menuju fishing ground terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pengoperasian bagan. Pemeriksaan dan perbaikan terutama dilakukan terhadap
lampu dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap penting adalah kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti bahan makanan, air tawar,
solar, dan minyak tanah. Untuk mengoperasikan satu unit bagan diperlukan 6 orang yang dipimpin oleh seorang nahkoda. Perjalanan menuju fishing ground
berkisar antara 2-3 jam. Penentuan fishing ground dilakukan oleh nahkoda berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
2. Pengumpulan ikan
Ketika tiba di lokasi fishing ground dan hari menjelang malam, maka lampu dinyalakan dan jaring biasanya tidak langsung diturunkan hingga tiba saatnya
ikan terlihat berkumpul di lokasi bagan atau ingin masuk ke dalam area cahaya lampu. Namun ada juga nelayan yang langsung menurunkan jaring setelah
lampu dinyalakan. 3.
Setting Setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul di lokasi
penangkapan, maka jaring diturunkan ke perairan. Jaring biasanya diturunkan secara perlahan-lahan dengan memutar roller. Penurunan jaring beserta tali
penggantung dilakukan hingga jaring mencapai kedalaman yang diinginkan. Banyaknya setting tergantung pada keadaan cuaca dan situasi hasil tangkapan,
serta kondisi perairan pada saat operasi penangkapan. 4.
Perendaman jaring soaking Selama jaring berada di dalam air, nelayan melakukan pengamatan terhadap
keberadaan ikan di sekitar areal jaring bagan. Lama jaring berada di dalam perairan perendaman jaring bukan bersifat ketetapan, karena nelayan tidak
pernah menentukan dan menghitung lamanya jaring di dalam perairan dan kapan jaring akan diangkat namun hanya berdasarkan penglihatan dan
pengamatan adanya ikan yang berkumpul di bawah cahaya lampu. 5.
Pengangkatan jaring lifting Lifting dilakukan setelah kawanan ikan terlihat berkumpul di lokasi
penangkapan. Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman lampu secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap terkosentrasi
pada di sekitar lampu yang masih menyala. Ketika ikan sudah berkumpul di tengah-tengah jaring, jaring tersebut mulai ditarik ke permukaan hingga
akhirnya ikan akan tertangkap oleh jaring. 6.
Brailing Setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air, maka tali penggantung pada
ujung dan bagian tengah rangka dilepas dan dibawa ke satu sisi kapal, tali
kemudian dilewatkan pada bagian bawah kapal beserta jaringnya. Tali pemberat ditarik ke atas agar mempermudah penarikan jaring dan lampu
dihidupkan lagi. Jaring kemudian ditarik sedikit demi sedikit dari salah satu sisi kapal ke atas kapal. Hasil tangkapan yang telah terkumpul diangkat ke atas dek
kapal dengan menggunakan serok. 7.
Sorting Hasil tangkapan bagan apung biasanya terdiri dari beberapa jenis ikan. Oleh
karena itu untuk memudahkan penjualan ikan hasil tangkapan maka ikan hasil tangkapan disortir menurut jenis dan ukurannya. Ikan yang disortir ditampung
untuk sementara waktu dalam keranjang yang terbuat dari bambu. Ikan yang telah disortir langsung dimasukkan ke dalam wadah atau peti untuk
memudahkan pengangkutan.
4 Daerah pengoperasian bagan apung
Pada umumnya daerah pengoperasian alat tangkap bagan apung adalah perairan yang subur, perairan yang tenang, dan tidak banyak adanya gelombang
besar, angin kencang maupun arus yang kuat. Umumnya terdapat di perairan teluk Subani dan Barus 1989. Sifat bagan apung yang mudah dipindahkan membuat
daerah penangkapannya sangat luas.
5 Hasil tangkapan bagan apung
Hasil tangkapan bagan apung adalah jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti teri Stolephorus sp, cumi-cumi Loligo sp, tembang Sardinella fimbriata, pepetek
Leiognathus sp, sotong Sepia sp, dan kembung Rastrelliger sp. Jenis ikan hasil tangkapan sampingan bagan antar lain adalah layur Trichiurus sp dan
tongkol Auxis thazard Subani dan Barus 1989. Jenis hasil tangkapan bagan apung yang bersifat fototaksis positif diantaranya tembang, teri, rebon, dan
kembung. Hasil tangkapan lainnya bersifat fototaksis negatif seperti cumi, layur, dan tongkol.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi
cahaya pada medium air. Pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara dilakukan di Laboratorium Teknologi Alat Penangkapan Ikan, Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, dan pada medium air dilakukan pengukuran iluminasi
cahaya pada saat operasi penangkapan bagan apung. Operasi penangkapan dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2010,
menggunakan bagan apung milik Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Lokasi penelitian yaitu di perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.
3.2 Alat dan Bahan