13
2.4 Metode Analisis
2.4.1 Penetapan status sentra industri perikanan tangkap Penetapan status dilakukan dengan analisis Multi Criteria Analysis MCA
tahap pertama dan analisis TOPSIS. Parameter yang diukur meliputi: indeks pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan, indeks kapasitas kapal perikanan, indeks
kemandirian dan kapasitas sentra industri. Asumsi yang dipergunakan adalah keempat parameter tersebut diatas mempunyai bobot yang sama dalam penentuan
status pelabuhan perikanan.
2.4.1.1 Indeks pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan Indeks pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan IPFP adalah ukuran
ketersediaan fasilitas prasarana pada sentra industri perikanan tangkap. Prasarana yang diukur meliputi fasilitas pokok, yaitu: dermaga, tempat pelelangan ikan TPI,
fasilitas BBM, pabrik es dan fasilitas penunjang berupa cold storage. Formula untuk menghitung indeks pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan adalah :
5
IPFP
i
= ? I
ij j=1
dimana : I
ij
= X
ij
B
j
B
j
= n
j
n
IPFP
i
= index pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan lokasi i I
ij
= nilai IPFP lokasi ke-i prasarana ke-j X
ij
= volume prasarana j pada lokasi i B
j
= bobot prasarana j n
j
= jumlah prasarana j n
= jumlah prasarana. i
= lokasi j
= jenis prasarana
2.4.1.2 Indeks kapasitas kapal perikanan Indeks kapasitas kapal perikanan IKAPI adalah ukuran kapasitas kapal
perikanan pada sentra industri perikanan tangkap dalam melakukan proses produksi. Kapal perikanan yang diamati dibatasi hanya pada kapal perikanan yang melakukan
14 kegiatan penangkapan ikan. Kapasitas kapal perikanan diukur berdasarkan daya
tampung rata-rata palka. Tiga jenis kapal yang dijadikan pengamatan adalah kapal perikanan yang berukuran kurang dari 5 GT dengan rata-rata kapasitas palka sebesar
1,2 ton, kapal yang berukuran antara 5 sampai 10 GT dengan rata-rata kapasitas palka sebesar 2 ton dan kapal yang berukuran di atas 10 GT dengan rata-rata
kapasitas palka sebesar 4 ton. Formula untuk menghitung indeks kapasitas kapal perikanan adalah:
3
IKAPI
i
= ? J
ik k=1
dimana : J
ik
= Y
ik
C
k
C
k
= m
k
m
IKAPI
i
= index kapasitas kapal perikanan pada lokasi i J
ik
= nilai IKAPI lokasi ke-i kapal perikanan ke k Y
i k
= Jumlah kapal perikanan k pada lokasi i C
k
= bobot sarana k m
k
= volume palka kapal perikanan jenis k m
= volume palka maksimal kapal perikanan yang diamati i
= lokasi k
= jenis kapal perikanan
2.4.1.3 Indeks kemandirian Indeks kemandirian IK adalah ukuran ukuran kemampuan sentra industri
perikanan tangkap untuk memenuhi kebutuhan faktor input sendiri. Faktor input yang dianalisis adalah BBM dan es. Nilai ini diukur berdasarkan proporsi faktor
input, yaitu dengan rumus:
2
IK
i
= ? IK
il l=1
IK
il
= I
l
D
l
dimana: IK
i
= tingkat kemandirian lokasi ke -i IK
il
= tingkat kemandirian asupan l pada lokasi ke- i I
l
= volume pasokan faktor asupan l D
l
= volume kebutuhan faktor asupan l i
= lokasi l
= jenis faktor asupan
15 2.4.1.4 Kapasitas sentra industri
Kapasitas sentra industri KSI adalah volume ikan yang diproduksi dari suatu sentra industri. KSI dihitung dengan rumus sebagai berikut :
n
KSI
i
= ? X
io o=1
dimana: KSI
i
= kapasitas sentra industri ke-i X
o
= volume ikan o yang dihasilkan lokasi ke-i i
= lokasi o
= jenis ikan
2.4.1.5 Status sentra industri perikanan tangkap Penentapan status sentra industri perikanan tangkap diawali dengan penetapan
score untuk keempat parameter di atas. Score setiap parameter berkisar mulai dari 0 hingga 1. Rumus untuk menghitung score tersebut adalah:
a
i
– min a Score a
i
= ————————— Maks a –min a
dimana: a = nilai indeks
Kemudian dilakukan analisis technique for order preference by similarity to ideal solution TOPSIS untuk mendapatkan ranking sentra industri perikanan
tangkap dengan nilai yang ideal. Adapun analisis TOPSIS dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1 Menentukan matrik kriteria alternatif sebagai baris dan kolom a
11
a
12
a
13
a
14
... a
1n
a
21
a
22
a
23
a
24
... a
2n
A
ij
= a
31
a
32
a
33
a
34
... a
3n
a
m1
a
m2
a
m3
a
m4
... a
mn
dimana : a
ij
= score untuk indeks i pada lokasi j i = indeks
j = lokasi
16 2 Normalisasi matrik A dengan dengan formula :
m
r
ij
= a
ij
? a
ij 2
,
i = 1, 2, 3, ..., m i = 1
j = 1, 2, 3, ..., n
3 Menentukan ranking yang terbobot weighted normalized rating yakni : V
ij
= w
j
r
ij
;
i = 1,2,3,... ,m j = 1,2,3,...,n
4 Identifikasi alternatif ideal dan non ideal melalui formula :
A = { maks V
ij
¦ j e J
1
, min V
ij
¦ j e J
2
, ¦ i = 1, 2, 3, ..., m}} = {V
1
, V
2
, ..., V
n
} A
-
= { min V
ij
¦ j e J
1
, maks V
ij
¦ j e J
2
, ¦ i = 1, 2, 3, ..., m}} = {V
1 -
, V
2 -
, ..., V
n -
} 5 Menghitung Euclidean distance dengan solusi ideal melalui formula :
n S = ? V
ij
– V
j 2
,
i = 1, 2, 3,..., m
J=1 n
S
-
= ? V
ij
– V
j -
2 ,
i = 1, 2, 3, ..., m
J=1 6 Menghitung „relative closeness“ melalui :
C
i
= S
i -
S
i
+ S
i -
,
i = 1, 2, 3, …, m dimana 0 C
i
1
Status sentra industri ditetapkan berdasarkan score MCA dan ranking hasil analisis TOPSIS. Sentra industri yang mendapatkan nilai tertinggi ditetapkan
sebagai penyedia jasa utama. Sentra industri yang mempunyai nilai positif pada parameter IPFP dan IKAPI ditetapkan sebagai penyedia jasa antara. Sentra industri
yang mempunyai nilai rendah pada keempat parameter diatas ditetapkan sebagai client Tabel 1.
17 Tabel 1 Status sentra industri perikanan tangkap
Status Kriteria
Penyedia jasa utama Nilai tertinggi
Server Nilai positif pada IPFP dan IKAPI
Client Nilai rendah
2.4.2 Optimasi model Optimasi model dilakukan berdasarkan analisis minimalisasi jarak dengan
teknik penyapuan terhadap 3 alternatif jaringan industri yaitu peningkatan kapasitas jaringan industri yang ada, optimalisasi jaringan industri yang ada dan pengembangan
jaringan industri berdasarkan status sentra industri. Analisis minimalisasi jarak adalah salah satu teknik dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan alternatif
yang paling efesien Mulyono 1999. Teknik penyapuan dilakukan dengan mengurangi setiap elemen matriks baris dan kolom terhadap elemen matriks terendah
sehingga pada baris atau kolom terdapat elemen matriks dengan nilai nol. Analisis minimalisasi jarak dilakukan dengan membuat matriks dimana kolom
vertikal merupakan pelabuhan perikanan asal dan horizontal merupakan tujuan. Berdasarkan status pelabuhan perikanan disusun berupa matriks 2 kali 2 dimana 2
pelabuhan perikanan tujuan server dan 2 pelabuhan perikanan sumber bahan baku client. Elemen matriks adalah jarak antar pelabuhan perikanan sumber bahan baku
dengan daerah tujuan. Jarak diukur berdasarkan alur pelayaran yang dipergunakan oleh kapal pengangkut variabel output.
2.4.3 Model terpilih Penetapan model terpilih dilakukan dengan melakukan analisis waktu tempuh
dan analisis biaya transportasi variable output. 2.4.3.1 Waktu tempuh
Waktu tempuh dalam analisis ini didefinisikan sebagai total waktu tempuh yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil produk dari satu sentra industri ke sentra
industri lainnya dalam suatu aliran yang tercermin pada model jaringan industri. Waktu tempuh dihitung berdasarkan rumus berikut:
18
n
Min T
p
= ? S
r
V
r=1
Keterangan :
T
p
= total waktu tempuh alternatif model p S
r
= jarak jalur r jalur pelayaran tradisional V
= kecepatan rata-rata kapal angkut dengan spesifikasi 15 GT, 60 HP, 6,762 knot p
= model r
= jalur
2.4.3.2 Biaya transportasi Biaya transportasi adalah biaya yang diperlukan untuk memindahan suatu
barangkomoditi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam penelitian ini dibatasi hanya pada biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut variabel output
dari suatu sentra industri di suatu pulau ke pulau lainnya. Biaya transportasi terdiri dari biaya penyewaan kapal, pembelian es untuk pengawetan ikan, dan ongkos kuli
angkut. Biaya transportasi ini dihitung dengan rumus : n
Min TC
p
= ? Q
i
TC
r
r=1 ATC
p
= TC
p
Q T
p
Keterangan : TC
p
= total biaya transportasi model p Rp Q
i
= volume ikan yang diangkut dari lokasi i ton TC
r
= biaya transportasi jalur r Rp Q
= total produksi ATC
p
= biaya transportasi rata-rata model p per jam Rptonjam T
p
= waktu tempuh model p i
= lokasi sentra industri p
= model jaringan industri model sekarang dan model alternatif r
= jalur
2.4.4. Strategi pengelolaan industri perikanan tangkap di sentra-sentra produksi Strategi pengelolaan industri perikanan tangkap di sentra-sentra produksi
dilakukan dengan analisis efisiensi teknik dan analisis Danmark Teori. 2.4.4.1 Analisis efisiensi teknik
Analisis strategi pembangunan industri perikanan di wilayah kepulauan diawali dengan analisis efisiensi teknik TE relatif. TE relatif adalah tingkat efisiensi
kapasitas kapal perikanan pada suatu pelabuhan perikanan dibandingkan dengan kapasitas kapal perikanan pada pelabuhan perikanan lainnya. TE kapal perikanan
19 diukur berdasarkan produksi yang dihasilkan dibagi kapasitas kapal perikanan dengan
formula sebagai berikut Fauzi dan Anna 2005 : TE
i
= E
i
E
i max
Y
i
E
i max
= ——————— X
i
dimana : TE
= efisiensi teknik relatif kapasitas kapal perikanan dapa suatu pelabuhan perikanan E
i
= produktifitas kapal perikanan pada lokasi i Y
i
= jumlah keluaran pada lokasi i X
i
= kapasitas kapal perikanan pada lokasi i i
= lokasi
2.4.4.2 Analisis Danmark teori Analisis Danmark teori yaitu suatu strategi untuk merumuskan kebijakan
perikanan berdasarkan kebijakan pembangunan dan kebijakan regulasi. Kebijakan pembangunan adalah serangkaian keputusan-keputusan mengikat yang diambil oleh
pemegang otorisasi dalam memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan demi peningkatan kesejahteraan manusia. Kebijakan
regulasi adalah serangkaian keputusan-keputusan mengikat yang diambil oleh pemegang otorisasi dalam mengatur pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan agar tidak menimbulkan dampak negatif. Kedua jenis kebijakan tersebut diplotkan dalam sebuah diagram Cartesius. Ordinat diagram
adalah kebijakan pembangunan dan absis diagram adalah kebijakan regulasi Christensen 2004. Kombinasi berbagai nilai dari kebijakan pembangunan dan
kebijakan regulasi menghasilkan strategi pengelolaan perikanan tangkap Tabel 2 .
20 Tabel 2
Diagram Cartesius Danmark teori
Koordinasi antar dinas
peningkatan kapasitas
Optimisasi manfaat sosial
Sinkronisasi kebijakan
Penggunaan instrumen ekonomi
unt uk input output Pengembangan
pusat ekonomi perikanan
Optimisasi manfaat ekonomil
Penguatan penegakan hukum
Penerapan sistim perizinan perikanan
yang efisien Rasionalisasi
Alat tangkap Pengembangan
infrastruktur perikanan
Promosi pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan dari
aspek lingkungan Optimisasi
manfaat budaya
Mobilisasi sumber pendanaan
Pengendalian sumber-sumber
overfishing overcapacity lainnya
Penerapan kebijakan fiskal
perikanan yg kondusif
Pengendalian Pembangunan
Pemanfaatan dan pembaruan infr a
struktur perikanan di daerah padat dan
non padat Pembangkitan
produk perikanan non konsumtif
dalam pengembangan
budaya Optimisasi
manfaat lingku
ngan
Optimisasi biaya lingkungan
Penguatan norma lokal
sangsi pahala Rasionalisasi
tata ruang wilayah pesisir
Pencegahan Pemantauan
Penguatan sistem pemantauan IUU
Pemantauan kapasitas perikanan
yang terintegrasi Koordinasi antar
dinas peningkatan
kapasitas Optimisasi
biaya budaya Promosi
sosialisasi green catch
Penggunaan alat tangkap
destruktif Pengembangan
sistem monitoring Penyusunan basis
data perikanan secara menyeluruh
Sinkronisasi kebijakan
Optimisasi biaya ekonomi
UU Fishing Illegal, unregu
lated, unreported Penyebaran informasi
kondisi perikanan yang up to date
Penguatan penegakan
hukum Optimisasi
biaya sosial Mobilisasi
sumber pendanaan
21 Diagram strategi tersebut terdiri dari 4 kuadran yang pembagiannya
berdasarkan pada nilai efisiensi tehnik TE Tabel 3. Kuadran I adalah strategi pengembangan industri disertai dengan pemantauan terhadap efek negatif terhadap
sumber daya ikan, kuadran II adalah strategi pengembangan industri disertai pengendalian untuk mencegah degradasi sumber daya ikan, kuadran III adalah
strategi penguatan industri disertai pencegahan degradasi sumber daya alam, dan kuadran IV adalah stategi penguatan industri disertai dengan pemulihan sumber daya
ikan, Analisis Danmark dilakukan terhadap setiap sentra industri perikanan tangkap.
Tabel 3 Pembagian kuadran diagram kartesius Danmark teori
Kuadran Nilai TE
Kebijakan I
0,75 - 1 Industri perikanan tangkap diarahkan
pada pengembangan industri perikanan tangkap yang disertai dengan kebijakan
pemantauan terhadap degradasi sumber daya ikan
II 0,50 – 0,75
Industri perikanan tangkap diarahkan pada pengembangan industri perikanan
tangkap namun disertai dengan kebijakan pengendalian terhadap
degradasi sumber daya ikan
III 0,25 – 0,50
Industri perikanan tangkap diarahkan pada penguatan establishing industri
perikanan tangkap namun disertai dengan kebijakan pencegahan
degradasi sumber daya ikan
IV 0,00 – 0,25
Industri perikanan tangkap diarahkan pada penguatan establishing industri
perikanan tangkap namun diisertai dengan kebijakan pemantauan
pemulihan sumber daya ikan
2.5 Teknik Pengumpulan Data