1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Salah satu wilayah perairan Indonesia yang sangat berpotensi akan sumberdaya ikan adalah perairan Selat Bali. Selat Bali merupakan daerah
perairan yang relatif sempit sekitar 960 mil
2
. Mulut bagian utara sekitar satu mil dan merupakan perairan yang dangkal kedalaman sekitar 50 meter, sedangkan
mulut bagian selatan sekitar 28 mil dan merupakan perairan yang dalam. Perairan Selat Bali ini mempunyai kesuburan yang tinggi. Produktivitas tertinggi terjadi di
musim timur, dimana musim timur terjadi upwelling di bagian selatan Bali Nikyuluw, 2005.
Perairan Selat Bali yang tergolong sempit ini memiliki potensi maksimum lestari 46.400 tontahun dengan basis utama Muncar, sangat potensial dengan
sumberdaya perikanan utamanya, yaitu lemuru. Lemuru memiliki potensi Jumlah yang Boleh Ditangkap Allowable Catch agar berkelanjutan sebesar 80 dari
Maximum Sustainable Yield MSY sebesar 25.256 tontahun, sementara hasil produksi penangkapannya sebesar 57.435 tontahun sehingga pemanfaatannya
mencapai 125 dan dinyatakan sudah kelebihan tangkap Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi, 2008.
Menurut Whitehead 1985, ikan lemuru tersebar di Lautan India bagian timur yaitu Phuket, Thailand, di pantai-pantai sebelah selatan Jawa Timur dan Bali;
Australia sebelah barat, dan Lautan Pasifik sebelah barat Laut Jawa ke utara sampai Filipina, Hong Kong, Taiwan sampai selatan Jepang. Di Indonesia,
selain di perairan Selat Bali dan sekitarnya, ikan lemuru terdapat juga di sebelah
1
selatan Ternate dan Teluk Jakarta. Burhanuddin et al. 1984 dalam Merta 1992 mengatakan bahwa ikan-ikan lemuru juga tertangkap dalam jumlah kecil di
perairan selatan Jawa Timur, seperti Grajagan, Puger. Ikan lemuru adalah pemakan plankton, tetapi keterkaitan antara fitoplankton
dan ikan lemuru masih belum diketahui secara jelas karena data plankton yang tersedia dari pengukuran langsung masih sangat terbatas Lumban Gaol et al.,
2004. Namun, hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lumban Gaol et al. 2004, menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara konsentrasi
klorofil-a di perairan Selat Bali dengan produksi ikan lemuru yang didaratkan di Muncar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi
klorofil-a akan diikuti oleh peningkatan produksi ikan lemuru. Dan pernyataan ini diperkuat dengan adanya korelasi silang antara konsentrasi klorofil-a dan produksi
ikan lemuru, yang menunjukkan adanya hubungan positif signifikan dengan interval 4 bulan sebagai waktu yang digunakan ikan lemuru untuk pertumbuhan
Lumban Gaol et al., 2004. Secara umum, nelayan tradisional melakukan pencarian lokasi kelompok ikan
terlebih dulu sebelum melakukan operasi penangkapan. Umumnya nelayan mencari lokasi perairan yang subur. Salah satu indikator perairan yang subur
adalah adanya kandungan fitoplankton yang tinggi. Kelimpahan fitoplankton dapat diestimasi oleh teknologi penginderaan jauh berupa citra satelit yang dapat
mendeteksi kandungan klorofil dalam fitoplankton. Dengan demikian, teknologi penginderaan jauh warna laut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memprediksi
produksi ikan lemuru dengan memperhatikan interval waktu lag time bagi fitoplankton mempengaruhi produksi ikan lemuru.
Penginderaan klorofil-a terhadap fitoplankton didasarkan pada kenyataan bahwa semua fitoplankton mengandung klorofil, pigmen berwarna hijau yang ada
pada setiap tumbuhan. Klorofil-a cenderung menyerap warna biru dan merah, dan memantulkan warna hijau. Spektrum cahaya yang dipantulkan oleh klorofil-a ini
dapat diindera oleh sensor satelit. Hasil penginderaan dapat menunjukkan sebaran biomassa fitoplankton yang dijabarkan dalam satuan klorofil mgm
3
. Besarnya konsentrasi klorofil-a dalam suatu perairan dapat dijadikan suatu indikator dalam
menentukan tingkat kesuburan perairan. Keuntungan penggunaan satelit untuk penginderaan klorofil-a adalah pengamatan satelit dapat dilakukan dalam cakupan
wilayah yang sangat luas dalam waktu yang bersamaan. Salah satu satelit yang mengindera fitoplankton di laut atau informasi tentang
variasi warna perairan adalah satelit Aqua MODIS yang baru diluncurkan pada tanggal 4 Mei 2002 Maccherone, 2005. Satelit ini memiliki orbit sun-
synchronous, dimana pergerakannya dapat bersifat mendekati kutub nearpolar maupun melewati kutub polar orbital. Satelit Aqua MODIS melintasi bumi dari
selatan ke utara pada sore hari pada waktu 13.30 waktu lokal Maccherone, 2005.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: 1 menganalisis variasi temporal dan spasial konsentrasi klorofil-a di perairan
Selat Bali dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. 2 menganalisis hubungan konsentrasi klorofil-a di perairan Selat Bali dengan
produksi lemuru yang didaratkan di TPI Muncar, Banyuwangi.
2. TINJAUAN PUSTAKA