Reklamasi di Gaven Reef

bebas tidak dapat dimiliki oleh China. Tindakan China ini menimbulkan konflik sehingga merusak perdamaian dan akibatnya China juga melanggar pasal 88. Selain itu Subi Reef ini juga dijadikan base point oleh China sebagai bagian upaya menegakkan klaim U-Dash Line dimana base point ini akan digunakan untuk penarikan base line. 36 Menurut pasal 60 ayat 8 tentu hal ini adalah ilegal dan tidak bisa dilakukan karena pulau buatan yang berdiri diatas Subi Reef tidak memiliki status pulau dan tidak dapat dilakukan penarikan garis pangkal.

4.1.1.3.4 Reklamasi di Gaven Reef

Gaven Reefs berlokasi di ujung barat daripada Tizard Bank 37 . Gaven Reefs sendiri terdiri atas 2 karang yaitu North Gaven Reef yang sudah diokupasi oleh China yang terletak di Kepulauan Spratly yang berdiri diatas zona laut bebas Laut China Selatan Berada di luar laut teritorial, landas kontinen maupun ZEE China, pada derajat 10°12’48”N, 114°13’9”E dan South Gaven Reef. Kondisi geografis North Gaven Reef sendiri ialah berbentuk seperti berlian dengan luas area mencapai 86 hektar, memiliki satu batu karang besar yang berdiri 1,9 meter diatas air pasang dimana bagian 1,2 meter keatas dalam keadaan kering. Adapun South Gaven Reef memiliki luas yang lebih kecil yaitu seluas 67 hektar dan pada bagian 1 meter dari titik tertinggi nya dalam keadaan kering. 38 Gaven Reef sendiri 36 Ibid. 37 Tizard Bank merupakan adalah sebuah wilayah berkarang yang luas di bagian utara daripada kelompok Kepulauan Spratly. Tizard Bank terbentang antara derajat 10N19 dan 10N25, antara 114E12 dan 114E45, dalam 425dxn.org 38 David Hancox dan Victor Prescott, Clive Schofield Ed, A Geographical Description of the Spratly Islands and an Account of Hydrographic Surveys Amongst Those Islands, International Boundaries Research Unit, Department of Geography, University of Durham, Durham, 1995, Hlm 23 berlokasi pada 205 mil laut sebelah barat laut Pulau Palawan. 39 Kondisi Gaven Reef sebelum reklamasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 2.3 Kondisi Gaven Reef sebelum direklamasi oleh China. Gambar diambil pada tanggal 1 September 2007 melalui pengamatan satelit. China mulai melakukan tindakan okupasi atas Gaven Reef dengan mendirikan sebuah instalasi semi permanen berbahan bambu dan kayu berbentuk seperti rumah panggung yang sudah berdiri pada tahun 1990. Pembangunan instalasi semi permanen ini diduga dilakukan sebagai fasilitas penangkapan ikan bagi nelayan China. Perkembangan selanjutnya ialah pembangunan struktur berbeton berwarna putih yang dilengkapi senjata diatas atap, satelit parabola dan antena komunikasi. 40 Fasilitas ini didirikan sebagai bagian dari rencana penempatan garnisun tentara di Gaven Reef. Hal ini terbukti lantaran China sendiri telah menempatkan garnisun tentara semenjak tahun 2003. Penempatan garnisun ini sudah termasuk keberadaan sebuah dermaga yang memungkinkan kapal-kapal untuk berlabuh, beberapa penempatan senjata, dan satelit parabola, 9. 39 The Department of Foreign Affairs of Republic of the Philippines, Op.Cit,.Hlm 8. 40 Daniel J. Dzurek, Clive Schofield Ed, The Spratly Islands Dispute : Who’s On First ?, International Boundaries Research Unit, Department of Geography, University of Durham, Durham, 1996, Hlm 23. 24 dan antena komunikasi seperti yang disebutkan diatas. 41 Adapun bangunan semi permanen dan konstruksi tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 2.4 Instalasi milik China yang berdiri diatas Gaven Reef pada tahun 1990. Perkembangan reklamasi pulau buatan di Gaven Reef oleh China dimulai setelah tanggal 30 Maret 2014. Reklamasi tersebut menghasilkan sebuah daratan baru seluas 114.000 m 2 dimana daratan utama di tengah terhubung dengan lahan reklamasi lain disebelah utara dan selatan. Adapun konstruksi bangunan yang sudah lebih dahulu berdiri yang berlokasi di sebelah utara terhubung dengan daratan utama di tengah melalui jembatan. Di lahan baru yang terletak di wilayah selatan, terdapat sebuah kawasan pelabuhan seluas 66.402 m 2 yang juga terhubung dengan daratan utama melalui jembatan penghubung. Selain fasilitas-fasilitas diatas, adapun fasilitas lainnya yang telah dibangun adalah dua landasan helikopter, pabrik semen, tembok laut yang telah diperkuat, fasilitas militer terbaru, senjata anti pesawat, dan yang sedang dibangun adalah sebuah 41 Asian Maritime Transparency Initiative, Gaven Reef Tracker, http:amti.csis.orggaven-reef- tracker Online, 22 Januari 2016. 25 antena komunikasi radio yang berukuran besar. 42 Kondisi Gaven Reef setelah reklamasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 2.5 Kondisi Gaven Reef setelah direklamasi oleh China. Gambar diambil pada tanggal 20 Februari 2015 melalui pengamatan satelit. Gaven Reef saat ini diklaim oleh China, Vietnam dan Filipina 43 , namun berada dalam kontrol China melalui pulau buatan miliknya yang didirikan diatas Gaven Reef. Sebelumnya China telah mendirikan bangunan semi-permanen diduga merupakan fasilitas penangkapan ikan bagi nelayan China pada tahun 1990. 44 Untuk hal ini, apabila China membangun pulau buatan sebagai perkembangan pembangunan lanjutan untuk melengkapi bangunan semi- permanen yg merupakan fasilitas penangkapan ikan, maka pulau buatan tersebut adalah legal. Hal ini dikarenakan pasal 87 ayat 1 huruf d juncto Pasal 56 UNCLOS 1982 memberikan kebebasan bagi setiap negara untuk mendirikan 42 Ibid. 43 Ben Blanchard, China: U.S. patrol in South China Sea harmed trust, http:cnnphilippines.co mworld20151106china-united-states-patrols-south-china-sea.html Online, 14 April 2016. 44 Daniel J. Dzurek, Clive Schofield Ed, Op.Cit,. Hlm 23. 26 pulau buatan untuk tujuan penangkapan ikan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam hayati. Namun dalam perkembangannya bangunan semi permanen tersebut digunakan oleh China untuk menegakkan kedaulatannya secara diam-diam atas Gaven Reef. Penegakkan kedaulatan ini dilakukan melalui reklamasi atas Gaven Reef untuk mendirikan pulau buatan diatasnya. Tindakan ini tentu ilegal menurut pasal 88 dimana pulau buatan tersebut berdiri diatas laut bebas, seharusnya tidak memiliki kedaulatan sama sekali karena rezim laut bebas melarang penegakkan kedaulatan negara manapun atas laut bebas. 4.1.2 Reklamasi Gugusan Pulau Oleh China di Laut China Selatan yang Berada di Zona Ekonomi Eksklusif Filipina Sebelum dibahas lebih lanjut terkait apakah pulau buatan hasil reklamasi gugusan pulau milik China yang terletak di Laut China Selatan yang berada di zona ekonomi eksklusif milik Filipina sah atau tidak, akan dibahas terlebih dahulu boleh tidaknya suatu negara membangun pulau buatan hasil reklamasi gugusan pulau di zona ekonomi eksklusif milik negara lain. 4.1.2.1 Diperbolehkannya Suatu Negara Mereklamasi Gugusan Pulau di Zona Ekonomi Eksklusif Negara Lain Zona ekonomi eksklusif ZEE merupakan suatu zona dengan lebar tidak lebih dari 200 mil yang memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan zona- zona laut lainnya. Ciri khas daripada zona ekonomi eksklusif ini juga terdapat di zona laut lepas dan zona laut teritorial. ZEE sendiri dapat dikatakan sebagai perpanjangan dari laut lepas, dan kewenangan negara pantai di ZEE hanya secara 27 ekslusif dalam hal eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam namun di ZEE juga terdapat kebebasan-kebebasan lainnya. Kebebasan-kebebasan tersebut ialah kebebasan melakukan kegiatan penerbangan pesawat dan pelayaran kapal serta kebebasan meletakkan kabel dan pipa di bawah laut. Hal ini juga menjadikan ZEE sebagai rezim yang sui generis yang maksudnya adalah ZEE menerapkan aspek- aspek tertentu dari kebebasan di laut lepas, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. 45 ZEE memiliki ciri khas berupa hak eksklusif atau berdaulat atas sumber daya alam di permukaan, dasar laut, dan tanah dibawahnya. 46 Hak eksklusif ini hanyalah dimiliki oleh negara pantai pemilik ZEE saja dan apabila negara pantai tidak mengklaim suatu ZEE dengan sendirinya hak eksklusif itu hilang dan ZEE tersebut berubah statusnya menjadi laut lepas. Hak lain yang diberikan UNCLOS 1982 kepada negara pantai pemilik ZEE ialah hak perlindungan atas lingkungan laut permukaan, dasar laut, maupun tanah di dalamnya, dan juga riset ilmiah kelautan dan tentunya hak mendirikan dan pengunaan pulau buatan artificial island serta instalasi dan bangunan diatasnya. 47 Sebagai bagian dari salah satu hak yang diberikan oleh UNCLOS 1982, hak mendirikan pulau buatan beserta instalasi bangunan diatasnya mengacu pada pasal 60 UNCLOS 1982. 45 Heru Prijanto, Op.Cit,. Hal 17. 46 Ibid., Hal 11. 47 Ibid. 28 Pasal 60 Pulau buatan, instalasi dan bangunan-bangunan di zona ekonomi eksklusif 1Di zona ekonomi eksklusif, Negara pantai mempunyai hak eksklusif untuk membangun dan untuk menguasakan dan mengatur pembangunan operasi dan penggunaan : a pulau buatan; b instalasi dan bangunan untuk keperluan sebagaimana ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya; c instalasi dan bangunan yang dapat mengganggu pelaksanaan hak-hak Negara pantai dalam zona tersebut. 2Negara pantai mempunyai yurisdiksi eksklusif atas pulau buatan, instalasi dan bangunan demikian, termasuk yurisdiksi yang bertalian dengan peraturan perundang-undangan bea cukai, fiskal, kesehatan, keselamatan dan imigrasi. 3Pemberitahuan sebagaimana mestinya harus diberikan mengenai pembangunan pulau buatan, instalasi atau bangunan demikian dan sarana tetap guna pemberitahuan adanya instalasi atau bangunan demikian harus dipelihara. Setiap instalasi atau bangunan yang ditinggalkan atau tidak terpakai harus dibongkar untuk menjamin keselamatan pelayaran, dengan memperhatikan setiap standar internasional yang diterima secara umum yang ditetapkan dalam hal ini oleh organisasi internasional yang berwenang. Pembongkaran demikian harus memperhatikan dengan semestinya penangkapan ikan, perlindungan lingkungan laut, dan hak-hak serta kewajiban Negara lain. Pengumuman yang tepat harus diberikan mengenai kedalaman, posisi dan dimensi setiap instalasi atau bangunan yang tidak dibongkar secara keseluruhan. 4Negara pantai, apabila diperlukan, dapat menetapkan zona keselamatan yang pantas di sekeliling pulau buatan, instalasi dan bangunan demikian dimana Negara pantai dapat mengambil tindakan yang tepat untuk menjamin baik keselamatan pelayaran maupun keselamatan pulau buatan, instalasi dan bangunan tersebut. 5Lebar zona keselamatan harus ditentukan oleh Negara pantai dengan memperhatikan standar-standar internasional yang berlaku. Zona keselamatan demikian harus dibangun untuk menjamin bahwa zona keselamatan tersebut sesuai dengan sifat dan fungsi pulau buatan, instalasi dan bangunan tersebut dan tidak boleh melebihi jarak 500 meter sekeliling bangunan tersebut, diukur dari setiap titik terluar, kecuali apabila diijinkan oleh standar internasional yang diterima secara umum atau di rekomendasikan 29 oleh organisasi internasional yang berwenang. Pemberitahuan yang semestinya harus diberikan tentang luas zona keselamatan tersebut. 6Semua kapal harus menghormati zona keselamatan ini dan harus memenuhi standar internasional yang diterima secara umum yang bertalian dengan pelayaran di sekitar pulau buatan, instalasi, bangunan dan zona keselamatan. 7Pulau buatan, instalasi dan bangunan-bangunan serta zona keselamatan di sekelilingnya tidak boleh diadakan sehingga dapat mengakibatkan gangguan terhadap penggunaan alur laut yang diakui yang penting bagi pelayaran internasional. 8Pulau buatan, instalasi dan bangunan tidak mempunyai status pulau. Pulau buatan, instalasi dan bangunan tidak mempunyai laut teritorialnya sendiri, dan kehadirannya tidak mempengaruhi penetapan batas laut teritorial, zona ekonomi eksklusif atau landas kontinen. Dari pasal 60 tersebut dapat kita lihat pada ayat 1 bahwa negara pantai pemilik ZEE memiliki hak eksklusif membangun pulau buatan dan instalasi bangunan diatasnya. Hak eksklusif ini juga memiliki kesamaan dengan hak eksklusif lainnya yang diberikan oleh UNCLOS 1982 kepada negara pantai pemilik ZEE, seperti misalnya hak eksklusif mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam yang terdapat di ZEE, dasar laut dan tanah dibawahnya. Atas dasar penjelasan tersebut bahwa hak ini hanya diberikan kepada negara pantai pemilik ZEE saja dan negara lainnya tentu tidak berhak menggunakan hak eksklusifnya mendirikan pulau buatan dan instalasi bangunan di wilayah ZEE di negara lain tanpa seizin negara pemilik ZEE tersebut. Hal ini dapat dikecualikan manakala negara pemilik ZEE tersebut mengizinkan negara lain mendirikan pulau buatan diatas wilayah ZEE-nya melalui suatu kerjasama. Keberadaan pulau buatan suatu negara asing beserta instalasi bangunan diatasnya di wilayah ZEE suatu negara pantai tentu harus mendapat izin dari negara pantai pemilik ZEE tersebut. Izin tersebut dapat berbentuk kerjasama 30 bilateral atau trilateral yang dilakukan oleh antar dua atau tiga negara dimana negara pemilik ZEE mengizinkan negara lain melakukan aktifitas reklamasi dan mendirikan pulau buatan disana. Tujuan didirikannya pulau buatan tersebut pun bermacam-macam, seperti misalnya sebagai fasilitas penunjang kegiatan pengeboran minyak offshore, riset ilmiah kelautan, pelestarian ekosistem lingkungan laut, sebagai pelabuhan sementara penangkapan ikan, dan lain sebagainya. Tujuan diatas sesuai dengan maksud daripada pasal 60 ayat 1 huruf b UNCLOS 1982, dimana pendirian pulau buatan beserta instalasi dan bangunan diatasnya haruslah sesuai ketentuan dari pasal 56 UNCLOS 1982 serta tujuan ekonomi lainnya. Adapun tujuan lain didirikannya pulau buatan negara asing di wilayah ZEE suatu negara adalah sebagai objek kerjasama dalam pemberantasan tindakan kriminal di laut sekitar wilayah ZEE milik negara pantai. Pulau buatan tersebut biasanya dilengkapi dengan instalasi dan bangunan militer serta fasilitas penunjang lainnya dalam melaksanakan operasi keamanan dari tindak kriminal di laut. Tentunya pendirian pulau buatan dengan instalasi bangunan militer diatasnya harus mendapatkan izin dari negara pantai pemilik ZEE tersebut. Kewenangan pemberantasan tindak kriminal di wilayah ZEE milik negara pantai berdasar pada pasal 58 ayat 2 UNCLOS 1982 48 . Hal ini berarti pemberantasan tindak kriminal di laut wilayah ZEE suatu negara pantai sama halnya dengan pemberantasan tindak kriminal di laut lepas. Namun apabila negara lain berkehendak untuk melakukan pemberantasan terhadap tindak kriminal di wilayah ZEE suatu negara pantai dengan mendirikan pulau buatan beserta instalasi bangunan militer 48 Pasal 58 ayat 2 : Pasal 88 sampai 115 dan ketentuan hukum internasional lain yang berlaku diterapkan bagi zona ekonomi eksklusif sepanjang tidak bertentangan dengan Bab ini. 31 diatasnya, negara lain harus meminta izin pendirian pulau buatan kepada negara pantai pemilik ZEE tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, izin ini dapat berbentuk kerjasama bilateral antar dua negara, trilateral antar tiga negara, atau multilateral antar banyak negara. 4.1.2.2 Tidak Diperbolehkannya Suatu Negara Mereklamasi Gugusan Pulau di Zona Ekonomi Eksklusif Negara Lain Tidak diperbolehkannya suatu negara asing melakukan reklamasi gugusan pulau untuk mendirikan pulau buatan ialah terkait penegakkan kedaulatan yang dilakukan negara tersebut atas pulau buatan yang didirikannya di zona ekonomi eksklusif milik negara lain. Penegakkan kedaulatan ini biasanya melalui pendirian instalasi bangunan militer diatas pulau buatan hasil reklamasi gugusan pulau. Pulau buatan tersebut tentu memiliki status yang ilegal dikarenakan didirikan tanpa seizin negara pemilik ZEE tersebut. Pendirian pulau buatan secara ilegal ini tentu melanggar pasal 56 dan 60 ayat 1 UNCLOS 1982. Pelanggaran pasal 56 ialah negara asing tersebut melanggar yurisdiksi negara pantai pemilik ZEE terkait kegiatannya melakukan pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan yang didirikan di wilayah ZEE milik negara pantai. Pelanggaran pasal 60 ialah negara asing tersebut mengabaikan hak eksklusif yang dimiliki negara pemilik ZEE, dimana dalam pasal tersebut hanya negara pemilik ZEE saja yang berhak mendirikan, membangun, mengusahakan, dan mengoperasikan pulau buatan, instalasi, dan bangunan diatasnya. Hal ini berarti negara pantai mempunyai hak eksklusif atas wilayah ZEE dan negara asing lain tentu tidak berhak membangun, mempergunakan, mengusahan pulau buatan tersebut untuk didirikan instalasi dan 32 bangunan militer secara sepihak untuk menegakkan kedaulatan negara asing atas pulau buatan tersebut. Pendapat serupa juga sebenarnya sudah dikemukakan oleh negara-negara berkembang melalui draft proposal yang diajukan pada saat berlangsungnya sidang UNCLOS III, dinyatakan bahwa 49 : “Tidak ada satu negarapun yang berhak membangun, mengurus, menyebarkan atau mengoperasikan, di dalam zona ekonomi eksklusif negara lain, setiap instalasi atau perangkat militer, atau instalasai dan perangkat lainnya untuk tujuan apapun tanpa persetujuann negara pantai.” Dari pendapat negara-negara berkembang tersebut, dapat disimpulkan bahwasannya apabila negara pemilik ZEE tidak memberikan izin, maka negara asing tidak dapat mendirikan instalasi dan bangunan militer diatas pulau buatan yang berdiri diatas wilayah ZEE milik negara pantai tersebut. Dan apabila negara asing tersebut tetap mendirikan, maka dapat dikatakan pulau buatan beserta instalasi diatasnya memiliki status ilegal dan bertentangan dengan hukum internasional, yaitu bertentangan dengan pasal 56 dan pasal 60 ayat 1 UNCLOS 1982. Tidak bolehnya suatu negara asing mendirikan pulau buatan di atas ZEE negara pantai adalah karena rezim ZEE tidak mengizinkan negara manapun menegakkan kedaulatannya. Apabila suatu negara asing membangun pulau buatan beserta instalasi dan bangunan diatas wilayah ZEE suatu negara pantai, negara asing tersebut melanggar prinsip free of souvereignty di wilayah ZEE negara pemilik ZEE. Maksud dari free of souverignty ini adalah bahwa wilayah ZEE negara pantai terebut tidak dapat ditundukkan pada kedaulatan negara manapun. Hal ini jelas tercermin dalam pasal 58 ayat 2 yang menyataka bahwa ketentuan 49 Barbara Kwiatkowska, The 200 Mile Exclusive Economic Zone in the New Law of the Sea, Martinus Nijhoff Publisher, Dordrecht, 1989, Hlm 109. 33 pasal 88 sampai pasal 115 berlaku bagi ZEE. Dengan demikian pasal 89 juga berlaku terhadap wilayah ZEE negara pantai dimana tidak ada satu negara pun yang dapat menundukkan kedaulatannya atas wilayah ZEE, termasuk negara pantai pemilik ZEE sekalipun. 4.1.2.3 Analisis Hukum Internasional Terkait Reklamasi Gugusan Pulau Oleh China di Laut China Selatan yang Berada di Zona Ekonomi Eksklusif Filipina Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa terdapat gugusan pulau di Laut China Selatan yang direklamasi oleh China dimana gugusan pulau tersebut terletak di zona ekonomi eksklusif milik Flipina. Adapun gugusan pulau tersebut ialah : Mischief Reef, Johnson South Reef, dan di Hughes Reef. Untuk pembahasan lebih mendalam, maka akan dibahas terlebih dahulu letak geografis dan perkembangan gugusan-gugusan pulau tersebut untuk kemudian dianalisis satu demi satu sah atau tidaknya tindakan China mereklamasi gugusan pulau yang menghasilkan pulau buatan tersebut.

4.1.2.3.1 Reklamasi di Mischief Reef