Diperbolehkannya Suatu Negara Mereklamasi Gugusan Pulau di Laut Bebas

4.1.1 Reklamasi Gugusan Pulau Oleh China di Laut China Selatan yang Berada di Zona Laut Bebas Sebelum dibahas lebih lanjut terkait apakah pulau buatan hasil reklamasi gugusan pulau milik China yang terletak di Laut China Selatan yang berada di zona laut bebas sah atau tidak, akan dibahas terlebih dahulu boleh tidaknya suatu negara membangun pulau buatan hasil reklamasi gugusan pulau di zona laut bebas.

4.1.1.1 Diperbolehkannya Suatu Negara Mereklamasi Gugusan Pulau di Laut Bebas

Laut bebas memiliki ciri khasnya tersendiri dibandingkan dengan zona- zona laut lainnya. Ciri khasnya tersebut ialah berupa keberadaan prinsip kebebasan yang mengatur rezim laut bebas. Prinsip ini mempunyai pengaruh signifikan terkait kebebasan-kebebasan di laut bebas dan terutama status hukum kapal-kapal dan pesawat yang melintasi dan berlayar di laut bebas. 1 Salah satu prinsip kebebasan yaitu kebebasan membangun pulau buatan. 2 Pembangunan pulau buatan sebagai hasi reklamasi gugusan pulau di laut bebas dapat dilakukan oleh negara manapun. Hal ini dikarenakan laut bebas dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan laut bebas juga terbuka untuk seluruh negara,baik berpantai maupun tidak berpantai. Keterbukaan laut bebas ini dapat dilihat pada kebebasan setiap negara atas laut bebas, dimana kebebasan ini disebutkan dalam pasal 87 Bab VII UNCLOS 1982. 1 Dr. Boer Mauna, Op.Cit,. Hal 312-313. 2 Kebebasan di laut bebas terkait pembangunan pulau buatan beserta instalasi dan bangunan datasnya diatur menurut pasal 87 UNCLOS 1982 yang mutatis mutandis terhadap pasal 60 UNCLOS 1982. 2 Pasal 87 Kebebasan laut bebas 1. Laut bebas terbuka untuk semua Negara, baik Negara pantai atau tidak berpantai. Kebebasan laut bebas, dilaksanakan berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan dalam Konvensi ini dan ketentuan lain hukum internasional. Kebebasan laut bebas itu meliputi, inter alia, baik untuk Negara pantai atau Negara tidak berpantai : a kebebasan berlayar; b kebebasan penerbangan; c kebebasan untuk memasang kabel dan pipa bawah laut, dengan tunduk pada Bab VI; d kebebasan untuk membangun pulau buatan dan instalasi bangunan lainnya yang diperbolehkan berdasarkan hukum internasional, dengan tunduk pada Bab VI; e kebebasan menangkap ikan, dengan tunduk pada persyaratan yang tercantum dalam bagian 2; f kebebasan riset ilmiah, dengan tunduk pada Bab VI dan XIII. 2. Kebebasan ini akan dilaksanakan oleh semua Negara, dengan memperhatikan sebagaimana mestinya kepentingan Negara lain dalam melaksanakan kebebasan laut bebas itu, dan juga dengan memperhatikan sebagaimana mestinya hak-hak dalam Konvensi ini yang bertalian dengan kegiatan di Kawasan. Perlu diketahui sebelumnya bahwa antara pulau buatan dan instalasi bangunan diatas pulau buatan tersebut merupakan satu-kesatuan. Hal ini terlihat pada digabungkannya kata pulau buatan dengan instalasi bangunan pada pasal 87 ayat 1 huruf d. Penggabungan kata pulau buatan dengan kata instalasi bangunan dalam satu kalimat menunjukkan bahwa antara pulau buatan dan instalasi bangunan diatasnya memiliki keterikatan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa adanya instalasi bangunan, pulau buatan tersebut hanyalah sekedar pulau buatan dengan fungsi yang tidak diketahui atau tidak jelas. Begitu halnya dengan tanpa adanya pulau buatan, instalasi-instalasi bangunan tersebut tidak mungkin berdiri tegak dan kokoh. Berdirinya instalasi bangunan diatas pulau buatan akan menentukan untuk tujuan apa suatu negara membangun pulau buatan hasil dari reklamasi tersebut. 3 Dari penjelasan pasal 87 diatas, pada ayat 1 huruf d sudah secara umum menyebutkan setiap negara berhak membangun pulau buatan dan instalasi bangunan di atas laut bebas. Namun pembangunan pulau dan instalasi bangunan diatasnya harus mengacu pada BAB VI, tepatnya pada pasal 80 UNCLOS 1982 3 yang mutatis mutandis terhadap pasal 60 UNCLOS 1982. Pasal 60 ayat 1 huruf b 4 sendiri menghendaki negara yang mendirikan pulau buatan dan instalasi bangunan diatasnya untuk mengikuti ketentuan dalam pasal 56 UNCLOS 1982. Jadi reklamasi gugusan pulau untuk membangun pulau buatan dan instalasi bangunan diatasnya diperbolehkan untuk tujuan ekonomi seperti halnya eksploitasi dan eksplorasi, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam, produksi energi yang berasal dari arus air laut dan angin, riset ilmiah dan tentunya perlindungan dan pelestarian lingkungan laut, seperti yang disebutkan dalam pasal pasal 60 ayat 1 huruf b juncto pasal 56. Selain tujuan diatas, UNCLOS 1982 juga menyiratkan pembangunan pulau buatan di laut bebas untuk tujuan-tujuan lain yaitu untuk tujuan damai. Hal ini sesuai dengan pasal 88 UNCLOS 1982 5 dimana laut bebas dimaksudkan untuk tujuan damai. Dua ahli hukum laut internasional, Mc Dougal dan Burke juga mengemukakan bahwa setiap penggunaan laut bebas untuk tujuan damai ialah dibenarkan atau diijinkan dibawah hukum internasional. 6 Ini berarti bahwa pembangunan pulau buatan beserta instalasi dan bangunan diatasnya diperbolehkan asalkan untuk tujuan damai. Namun sayangnya UNCLOS 1982 3 Pasal 80 UNCLOS 1982 : Pasal 60 berlaku mutatis mutandis untuk pulau buatan, instalasi bangunan dan bangunan di atas landas kontinen. 4 Pasal 60 ayat 1 huruf b : instalasi dan bangunan untuk keperluan sebagaimana ditentukan dalam pasal 56 dan tujuan ekonomi lainnya; 5 Pasal 88 UNCLOS 1982 : Laut bebas dicadangkan untuk maksud damai. 6 Fransesca Galea, Op.Cit,. Hlm 111. 4 tidak menjelaskan secara spesifik maksud daripada tujuan damai tersebut dan terkadang negara-negara tertentu menafsirkan tujuan damai tersebut untuk menegakkan kedaulatannya atas pulau buatan tersebut dan dijadikan base point untuk menarik garis pangkal. Reklamasi gugusan pulau untuk membangunan pulau buatan beserta instalasi dan bangunan untuk tujuan damai sebenarnya memiliki bermacam- macam bentuk. Adapun bentuk-bentuk tujuan damai itu berupa penumpasan peromapakan, pembajakan di laut, perdagangan obat terlarang dan budak yang menggunakan laut bebas sebagai jalur pelayarannya, penyiaran gelap yang diatur menurut pasal 99 sampai pasal 110 UNCLOS 1982. Negara – negara yang merasa dirugikan atas perompakan, pembajakan di laut, perdagangan obat terlarang dan budak yang menggunakan laut bebas sebagai jalur pelayarannya, dan penyiaran gelap dapat mendirikan pulau buatan dilaut bebas untuk menumpas kejahatan- kejahatan tersebut. Negara-negara tersebut dapat tergabung dalam suatu perjanjian untuk memanfaatkan pulau buatan dengan instalasi dan bangunan biasanya instalasi dan bangunan militer 7 diatasnya sebagai pusat kontrol dan pusat komando untuk menumpas dan menindak peromapakan, pembajakan di laut, perdagangan obat terlarang dan budak yang menggunakan laut bebas sebagai jalur pelayarannya, dan penyiaran gelap di laut bebas. Kapal-kapal perang dan alat militer lainnya dari berbagai negara berkumpul dalam satu komando dan kontrol guna menumpas dan menindak peromapakan, pembajakan di laut, perdagangan 7 Apabila pasal 87 ayat 1 huruf d, pasal 88, dan pasal 99-109 dianalisis lebih mendalam dan dihubungkan satu dengan lainnya, dapat ditemukan bahwa UNCLOS mengizinkan setiap negara berkerjasama untuk tujuan memberantas kejahatan-kejahatan di laut bebas dengan mendirikan dan menggunakan pulau buatan di laut bebas untuk tujuan damai. 5 obat terlarang dan budak yang menggunakan laut bebas sebagai jalur pelayarannya, dan penyiaran gelap di laut bebas.

4.1.1.2 Tidak Diperbolehkannya Suatu Negara Mereklamasi Gugusan Pulau di Laut Bebas