Mengadakan sistem-sistem kepercayaan Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik
Mengadakan konsolidasi secara horizontal dan vertikal
Untuk memperkuat kedudukan, penguasa dapat menempuh jalan sebagai berikut :
Menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu Penguasaan bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat yang dilakukan
dengan paksa dan kekerasan. Kekuasaan cenderung korup adalah ungkapan yang sering kita dengar, atau
dalam bahasa Inggrisnya adalah Power tends to corrupct. Pernyataan ini didasari dengan banyaknya calon-calon penguasa yang sangat idealis namun pada saat
telah berada dalam kedudukannya sebagai penguasa cenderung mengikuti sistem yang ada, yaitu korup. Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan
tanpa hukum adalah kelaliman. Dapat diartikan bajwa hukum memerlukan kekuasaan bagi pelaksanaannya, sebaliknya kekuasaan itu sendiri ditentukan
batas-batasnya oleh hukum.
Kekuasaan adalah fenomena yang aneka ragam bentuknya polyform dan banyak macam sumbernya. Hanya inti atau hakikat kekuasaan dalam pelbagai
bentuk itu tetap sama, yaitu kemampuan seseorang atau suatu pihak untuk memaksakan kehendaknya atas pihak lain. Sering dikatakan bahwa kekuatan fisik
force dan wewenang resmi formal authority merupakan dua sumber dari kekuasaan. Namun, wewenang formal dan kekuatan fisik bukan satu-satunya
sumber kekuasaan. Memang dalam kenyataan, orang yang memiliki pengaruh politik atau keagamaan, dapat lebih berkuasa dari yang berwenang atau memiliki
kekuatan fisik senjata. Kekayaan uang atau kekuatan ekonomi lainnya juga merupakan sumber-sumber kekuasaan yang penting, sedangkan dalam keadaan-
keadaan tertentu kejujuran, moral yang tinggi dan pengetahuan pun tak dapat diabaikan sebagai sumber-sumber suatu bentuk kekuasaan yang disebut wibawa.
B. Legitimasi Kekuasaan
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan dan organisasi itu merupakan tatakerja daripada alat-alat perlengkapan negara yang merupakan suatu keutuhan,
tatakerja mana melukiskan hubungan serta pembagian tugas dan kewajiban antara masing-masing alat perlengkapan negara itu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Suatu negara pasti dipimpim oleh pemegang kekuasaan. Dan berikut ini adalah beberapa teori tentang bagaimana kekuasaan itu didapat.
1. Teori Teokrasi: Teori ini menyatakan bahwa asal atau sumber daripada kekuasaan itu sendiriadalah dari Tuhan.
2. Teori Hukum Alam: Teori ini menyatakan bahwa kekuasaan itu berasal dari rakyat. Huku inimengatakan bahwa kekuasaan itu berasal dari rakyat dan
asal kekuasaan yang ada pada rakyat ini tidak lagi dianggap dari Tuhan,
Page | 16
melainkan dari alam kodrat.Kemudian kekuasaan yang ada pada rakyat ini diserahkan kepada seseorang yang disebut raja, untuk menyelanggarakan
kepentingan masyarakat.
Sebagaimana diungkapkan oleh Rousseau mengatakan bahwa kekuasaan itu ada pada masyarakat,kemudian dengan melalui perjanjian masyarakat,
kekuasaan itu diserahkan kepada raja. Lebih lanjut Thomas Hobbes mengatakan bahwa kekuasaan itu dari masing-masing orang secara langsung diserahkan
kepada raja dengan melalui perjanjian masyarakat. Jadi sifat penyerahan kekuasaan dari orang-orang tersebut kepada raja, atau perjanjian masyarakatnya,
bersifat langsung.
Pendobrakan legitimasi kekuasaan religius melahirkan etika politik.Ada dua perkembangan dalam pengertian manusia yang secara terpisah. Yang pertama,
kesadaran bahwa hanya ada satu Allah dan segala dimensi yang lain adalah ciptaan belaka. Yang kedua, lahir bersama dengan filsafat paham modern di
Yunani. Kenegaraan merupakan sesuatu yang biasa bagi mereka dan kekuasaan nampak sebagaimana adanya. Dua perkembangan penduniawian bidang
kekuasaan politik itu secara mendalam mempengaruhi dua lingkungan budaya dan agama besar di dunia ini. Pertama di dunia Kristen dan kedua didunia Islam.
1. Paham Umum Legitimasi Menurut Max Weber “kekuasaan adalah kemampuan untul, dalam suatu
hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawaanan, dan apa pun dasar kemampuan ini”. Setiap kekuasaan Negara
memiliki otoritas dan wewenang. Otoritas adalah kekuasaan yang dilembagakan, yaitu kekuasaan yang tidak hanya de facto menguasai, melainkan juga berhak
untuk menuntut ketaatan, jadi berhak untuk memberikan perintah. Wewenang memiliki keabsahan apabila sesuai dengan norma-norma yang ada.
2. Obyek Legitimasi Ada dua pertanyaan legitimasi
a. Legitimasi materi wewenang yaitu dengan mempertanyakan wewenang dari segi fungsi. Wewenang tertinggi dalam dimensi politis
kehidupan manusia menjelma dalam dua lembaga yang sekaligus merupakan dua dimensi hakiki kekuasaan politik. Dalam hukum
sebagai lembaga penataan masyarakat yang normatif, dan dalam kekuasaan negara sebagai lembaga penataan efektif.
b. Legitimasi subyek kekuasaan yaitu dengan mempertanyakan apa yang menjadi dasar wewenang seseorang. Ada 3 macam legitimasi subyek
kekuasaan, yaitu legitimasi religius, legitimasi eliter, legitimasi demokratis. Ketiga macam legitimasi tersebut dapat didefinisikan
sebagai berikut:
a Legitimasi religius Mendasarkan hak untuk memerintah pada faktor-faktor
yang di duniawi. Ada dua paham legitimasi religius, yaitu penguasa Page | 17
dipandang sebagai manusia yang memiliki kekuatan-kekuatan di duniawi dan wewenang penguasa pada penetapan oleh Allah.
Perbedaan antara dua paham tersebut ialah bahwa paham gaib tidak memungkinkan tuntutan legitimasi moral, sedangkan paham
penetapan oleh Allah Yang Esa malah mempertajam tuntutan itu.
b Legitimasi eliter Mendasarkan hak untuk memerintah pada kecakapan
khusus suatu golongan untuk memerintah. Untuk memerintah rakyat dibutuhkan kualifikasi khusus. Kita dapat membedakan
antara sekurang-kurangnya empat macam legitimasi eliter.
Yang tertua adalah legitimasi arsitokratis suatu golongan dianggap lebih unggul dari masyarakat lain dalam kemampuan
memimpin, legitimasi pragmatis golongan yang de facto menganggap diri paling cocok untuk memegang kekuasaan dan
sanggup untuk merebut serta untuk menangani, legitimasi ideologis mengandaikan ada suatu ideology yang mengikat
seluruh masyarakat, legitimasi teknokratis di zaman yang modern ini hanya mereka yang bertanggung jawabyang dapat menjalankan
pemerintahan.
c Legitimasi demokratis Berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat, yang akan
merupakan salah satu pokok pembahasan dalam buku ini. Pada prinsipnya ada 3 kemungkinan kriteria legitimasi, yaitu :
a. Legitimasi Sosiologis Legitimasi sosiologis yaitu mempertanyakan mekanisme motivatif mana
yang nyata-nyata membuat masyarakat mau menerima wewenang penguasa. Sejauh sosiologis membatasi diri pada penggambaran fungsi-fungsi yang terdapat
dalam masyarakat, sosiologis mengajukan pertanyaan apakah, dan karena motivasi manakah, suatu tatanan kenegaraan diterima dan disetujui
olehmasyarakat.
Max Weber merumuskan tiga motivasi penerimaan kekuasaan klasik :
Legitimasi Tradisional adalah keyakinan masyarakat tradisional, bahwa pihak yangmenurut tradisi lama memegang pemerintahan
memang berhak untuk berkuasa ex : bangsawan atau keluarga raja.
Legitimasi Karismatik adalah rasa hormat, kagum atau cinta masyarakat kepada seorang pribadi sehingga dengan sendirinya
bersedia untuk taat kepadanya ex : seseorang yang dianggap memiliki kesaktian
Legitimasi Rasional-Legal adalah kepercayaan pada tatanan hokum rasional yang melandasi kedudukan seorang pemimpin
Page | 18
b. Legalitas Kata legal berarti sesuai dengan hukum. Legalitas adalah kesesuaian
dengan hukum yang berlaku. Legalitas adalah salah satu kemungkinan bagi keabsahan wewenang dan menuntut agar wewenang dijalankan sesuai dengan
hukum yang berlaku. Adalah cukup jelas bahwa legalitas tidak mungkin merupakan tolak ukur paling fundamental bagi keabsahan wewenang politis,
karena legalitas hanya dapat memperbandingkan suatu tindakan dengan hukum yang berlaku, maka selalu sudah diandaikan keabsahan hukum.
Pendasaran wewenang politik pada legalitas akhirnya merupakan regressus ad infinitum mundur tanpa akhir karena hukum positif yang mendasari legalitas
selalu harus berdasarkan suatu hukum positif lagi. Dengan kata lain, legitimasi paling fundamental tidak dapat didasarkan pada penetapan hukum positif.
c. Legitimasi Etis Mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan politik dari segi
norma-norma moral. Setiap tindakan negara eksekutif atau legislatifdapat harus dipertanyakan dari segi norma-norma moral. Legitimasietis yang menjadi pokok
bahasan etika politik tidak menyangkut masing-masing kebijaksanaan dari kekuasaan politik, melainkan dasar kekuatan politis itu sendiri.
C. Teori Kedaulatan