m d
b
B B
j a
t y
d s
menggunakan dikonsumsi ser
berbagai cara p
B. Hasil P
B.1 Penyem
Salah sat jalan pernafasa
arteri carotis. tersebut harus
yang baik bag dihasilkan teta
secara Islam di
Gambar 3. A haknya dalam
rta bagaimana promosi ke selu
engkajian T mbelihan da
tu syarat prose an trakea, sal
Proses pengel segera dibersih
gi mikroorgani ap terjaga. Ana
isajikan dalam
Anatomi hewan m memperoleh
menyebarkan p uruh negeri Fa
Topik Khus an Pengeluar
es penyembelih luran pencerna
uaran darah in hkan karena m
isme. Hal ini atomi hewan d
Gambar 3.
n darat dan tiga Islam
pangan yang pesan keamana
ardiaz 2004.
sus ran Darah
han yang dilak aan oesophagu
ni harus dilakuk menurut Ribot 2
dilakukan aga darat dan salura
a saluran yang m LPPOM MU
lebih baik m an pangan yang
Exanguina
kukan secara I us, dan pembu
kan dengan se 2006, darah a
ar kebersihan d an yang harus
harus diputus s UI 2011
mutunya dan le g tepat seluas m
asiBledding
slam, yaitu de uluh darah ve
empurna dan da adalah salah sat
dan sanitasi ka diputus dalam
sesuai penyem
2
ebih aman untu mungkin melal
engan memoton ena jugularis d
arah yang kelu tu media tumbu
arkas yang ak m penyembelih
mbelihan secara Ar
Ve Tra
Oe
22
uk lui
ng dan
uar uh
kan han
a rteri
carotids ena
jugularis chea
esophagus
23
Sebanyak 60 dari total volume darah dapat dikeluarkan dari praktik penyembelihan yang baik, sementara itu, sebanyak 10 darah akan tertinggal di jaringan otot hewan dan 20-25 darah berada
pada organ hewan tersebut Piske 1982; Hedrick et al. 1994; Swatland 2000 diacu dalam Roca 2002. Menurut Warris 1977 diacu dalam Roca 2002 bahwa efisiensi perdarahan dapat dianggap sebagai
suatu persyaratan penting dalam penyembelihan untuk memperoleh produk daging berkualitas tinggi. Hikmah dari pengeluaran darah ini adalah meminimalisir kandungan hemoglobin yang tertinggal
di dalam hewan ternak. Beberapa hasil penelitian tentang protein heme khususnya hemoglobin ini diketahui dapat meningkatkan produksi produk oksidasi lemak dalam tubuh. Hewan yang tidak
disembelih atau hewan yang sakit menyebabkan darah tidak keluar secara sempurna. Darah banyak tertinggal dalam karkas, sehingga membuat daging berwarna gelap. Razali et al. 2007
b
mengemukakan mengenai pendataan nilai biologis yang merupakan suatu cara yang penting untuk dapat membedakan daging yang berasal dari daging ayam bangkai yang berasal dari ayam lemas
disembelih dan ayam yang telah mati beberapa waktu kemudian disembelih dan dibandingkan dnegan daging yang berasal dari hasil penyembelihan yang halal atau benar. Darah yang tertinggal pada
pembuluh pada ayam dengan kondisi kesehatan yang tidak baik disajikan dalam Gambar 4.
Keterangan : tanda panah
pada AHS ayam sehat hidup disembelih tidak mengalami kongesti darah sedangkan pada ALS ayam lemas disembelih dan AMS ayam mati disembelih dipenuhi oleh darah
bar = 50 µm Gambar 4. Penampakan pembuluh darah arteri atas dan vena bawah Razali et al. 2007
b
Berdasarkan pengamatan terhadap sistem vaskular baik pada otot dada maupun pada otot paha AHS dapat dikatakan bahwa pembuluh darah arteri dan vena tampak kosong dari darah. Ini
membuktikan bahwa sebagian besar darah telah keluar dari tubuh setelah proses pemotongan. Berbeda halnya dengan pembuluh darah arteri dan vena yang terdapat pada AMS dan ALS, sebagian besar
rongganya dipenuhi oleh darah yang tertahan Gambar 4. Retensi darah di dalam sistem sirkulasi menyebabkan gambaran pembuluh vena pada AMS dan ALS terlihat membengkak jika dibandingkan
dengan pembuluh darah vena pada AHS, sedangkan pada ayam yang disembelih secara benar memperlihatkan pembuluh darah vena telah kosong sehingga tampak memipih AHS bawah Razali
et al. 2007
b
.
24
Adanya darah yang banyak tertinggal pada pembuluh vena dan arteri yang ditemukan pada hewan bangkai ini tidak baik bila dikonsumsi. Hal ini dikarenakan konsumsi darah telah diteliti dapat
meningkatkan risiko timbulnya kanker. Protein-heme dalam bentuk hemoglobin yang terdapat pada darah lebih cepat menuju kolon dibandingkan dalam bentuk mioglobin Pierre et al. 2004. Oleh
karena itu, dari segi kesehatan, konsumsi daging bangkai yang selain mengandung mikroba dalam jumlah tinggi, daging bangkai juga mengandung darah yang dapat memicu timbulnya kanker.
Adanya darah yang tertinggal diasumsikan dapat menyebabkan daging cepat membusuk, karena darah merupakan medium yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Pada hewan yang
mengalami perlakukan yang buruk stres atau sakit sebelum disembelih, dagingnya akan memiliki kadar glikogen daging rendah dan asam laktat rendah. Kedua hal tersebut dapat menurunkan mutu
daging, terutama karena pH, keempukan, dan aroma menjadi berkurang. Bakteri usus juga dapat memasuki jaringan daging melalui peredaran darah, sehingga daging terkontaminasi mikroba usus
yang berbahaya bagi kesehatan konsumen Girindra 2008. Menurut Ribot 2006 bakteri yang tidak diinginkan seperti patogen ataupun mikroba pembusuk
mungkin dapat dengan mudah tumbuh dalam media darah. Faktanya darah memang seperti media dengan set nutrisi yang cukup baik atau mudah mengalami kontaminasi mikroba Carretero dan Parês
2000. Darah dapat membawa bakteri patogen yang sebagian besar berasal dari saluran cerna usus. Beberapa mikroorganisme yang ditemukan pada sampel darah yang diambil dengan teknik pengaliran
darah secara terbuka adalah Salmonella, Escherichia coli enteropatoghenic, Shigella dan Yersinia enterolitica
Ribot 2006. Menurut WHO 2011
a
gejala infeksi Salmonella biasanya muncul 12-72 jam setelah infeksi. Gejala tersebut termasuk demam, sakit perut, diare, mual dan muntah. Gejala
tertelan Yersinia adalah demam, sakit perut, dan diare yang sering berdarah CDC 2005. Shigella adalah genus bakteri yang merupakan penyebab utama diare dan disentri darah WHO 2011
b
. Berdasarkan kandungan mikroba yang mungkin ditemukan dalam produk darah, terlihat bahwa
produk ini memiliki dampak peningkatan risiko terhadap kesehatan. Rata-rata dari jenis mikroba yang ditemukan merupakan mikroba yang berasal dari saluran cerna yang terbawa saat pengeluaran darah
bleeding pada penyembelihan. Mikroba ini tergolong sebagai patogen, sehingga bila mengalami pengolahan yang tidak sesuai dan kemudian dikonsumsi, hal ini dapat menyebabkan penyakit.
Metode penyembelihan yang diatur oleh syariat Islam terbukti memberikan hasil yang terbaik. Penyembelihan dalam Islam mengharuskan hewan dalam keadaan hidup dan tidak disiksa. Menurut
Warris 2000 diacu dalam Adzitey 2011, hewan yang mengalami penanganan yang kasar sebelum penyembelihan akan tampak memar, bercak darah, cacat kulit dan patah tulang pada karkasnya.
Adanya bercak darah mengakibatkan penampakan daging yang kurang baik dan dapat menjadi salah satu celah bagi mikroorganisme untuk tumbuh. Selain itu, dari segi keamanan batin, proses
penyembelihan yang sempurna akan menghasilkan daging yang halal. Sedangkan, dari segi mutu daging, pengeluaran darah secara tuntas dapat menghasilkan daging yang bermutu baik, tidak mudah
rusak dan tidak mudah busuk.
25
B.2 Kajian Daging Bangkai
Pembahasan yang dilakukan dalam mengidentikasi hikmah keharaman daging bangkai adalah dilihat dari dampak yang ditimbulkan pada daging yang berasal dari hewan mati dengan penyebab
tertentu stres dan penyakit. Landasan dasar hipotesis ini dikarenakan menurut Girindra 2008, yakni sebelum hewan disembelih harus diistirahatkan dan tidak boleh dibunuh secara kejam. Hewan yang
cukup istirahat sebelum disembelih memberikan daging yang enak, tahan lama dalam penyimpanan dan mudah diproses lebih lanjut.
Menurut Qardhawi 2005 definisi daging bangkai dirinci menjadi lima bagian, yaitu Al- Munkhaniqah, Al-Mauqudzah, Al-Mutaraddiyah, An-Nathihah, dan Maa akalas sabu. Al-
Munkhaniqah adalah binatang yang mati karena dicekik, baik dengan cara menghimpit leher binatang tersebut ataupun meletakkan kepala binatang pada tempat yang sempit dan sebagainya sehingga
binatang tersebut mati. Al-Mauqudzah, yaitu binatang yang mati karena dipukul dengan tongkat dan sebagainya. Al-Mutaraddiyah, yaitu binatang yang jatuh dari tempat yang tinggi sehingga mati, yaitu
binatang yang jatuh dalam sumur. Sementara itu, An-Nathihah, yaitu binatang yang baku hantam antara satu dengan lain, sehingga mati. Daging bangkai dengan kategori Maa akalas sabu, yaitu
binatang yang disergap oleh binatang buas dengan dimakan sebagian dagingnya sehingga mati. Pengertian bangkai dalam Islam sebagaimana yang telah disebutkan, dapat memberikan gambaran
bahwa hewan tersebut mengalami penderitaan sebelum mati. Penderitaan yang dialami hewan sebelum disembelih haruslah seminimal mungkin. Hal ini dikarenakan pengeluaran darah yang
sempurna hanya akan terjadi jika kondisi hewan benar-benar sehat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keluarnya darah, diantaranya, kondisi kesehatan hewan, pemingsanan, dan
penyembelihan semakin lama jarak jarak antara pemingsanan dan penyembelihan maka semakin sedikit darah yang keluar, kerusakan medulla oblongata otak dan tidak cukupnya energi kontraksi
dari otot berdasarkan kandungan glikogen Girindra 2008. Kasus mengenai daging bangkai yang ditemukan di Indonesia, yakni mengenai penjualan ayam
daging bangkai atau dikenal dengan ayam tiren mati kemaren di pasar tradisional. Kematian ayam dapat mencapai 10 dari kuantitas ayam yang siap dipotong tiap harinya Nareswari 2006.
Perbedaan karakteristik sensori karkas ayam normal dan karkas ayam bangkai berasal dari hewan dengan kondisi kesehatan yang buruk disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan kenampakan fisik antara ayam normal dan ayam bangkai Karakteristik Ayam
Normal Ayam
Bangkai Sebelum pemotongan
Bergerak aktif, bulu tidak kusam Kaku, bulu kusan dan mudah
lepas Sesudah pemotongan
Darah keluar sempurna Darah tidak keluar sempurna
Leher Bekas pemotongan tidak rata
Bekas pemotongan rata Kepala
Paruh dan jengger terlihat bersih dan kering
Paruh terlihat lebam, jengger merah pucat dan basah
Dada Cerah, mengkilap, tanpa bercak
darah, kenyal Warna merah pucat, terdapat
bercak Penggung
Cerah, tidak ada luka memar dan bercak darah pada kulit
Warna merah, terdapat memar pada kulit
Viscera organ
Cerah tidak ada sisa darah pada hati maupun usus
Hati berwarna merah kehitaman, terdapat sisa darah, usus terlihat
kebiruan Bintoro et al. 2006
26
Kajian daging bangkai dibatasi pada daging yang berasal dari hewan dengan kondisi kesehatan dan penanganan yang buruk sehingga mati sebelum disembelih dan merupakan daging yang memiliki
sifat-sifat yang berbeda dengan daging normal dari aspek warna dan bau. Penelitian yang dilakukan Razali et al. 2007
a
ditujukan untuk mengumpulkan data biologis, yaitu warna CIE Lab terhadap daging dada dan daging paha ayam sehat yang disembelih secara halal AHS, yang berasal dari
daging bangkai AMS, dan yang berasal dari ayam lemah atau stres ALS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kecerahan L daging dada yang berasal dari AHS lebih tinggi pada
angka kecerahan L daging dada AMS dan daging dada ALS. Hasil yang demikian memberikan suatu pertanda kepada konsumen bahwa gambaran kecerahan masih menjadi suatu indikator yang
kadangkala sulit untuk dijadikan sebagai acuan untuk membedakan daging dada yang berasal dari ayam sehat dan ayam bangkai.
Menurut Petracci et al. 2004, nilai kecerahan L dapat digunakan sebagai suatu indikator kualitas daging dada ayam untuk menilai kejadian daging dengan karakteristik pale soft exudative
PSE dan untuk tujuan pengolahan lebih lanjut. Walaupun demikian, kecerahan otot dada sangat bergantung pada sifat fungsional otot dan stres antemortem di samping usia dan spesies hewan. Nilai
kecerahan L dan kemerahan a yang terukur pada daging dada M. pectoralis dan daging paha M. biceps femoris ayam dapat dijadikan suatu cara untuk membedakan antara daging ayam yang
berasal dari daging bangkai atau bukan. Sementara itu, nilai kekuningan b tidak dapat dijadikan pembeda antara daging dari ayam daging bangkai dan bukan dari daging bangkai.
Perbedaan terhadap nilai warna pada daging ayam segar dan daging ayam bangkai diduga karena proses pengeluaran darah pada saat pemotongan ayam bangkai tidak sempurna, hampir tidak ada
darah yang keluar dari tubuh. Darah menjadi beku dan terkumpul dalam otot ayam bangkai. Menurut Zhang et al 2005 daging yang memiliki pH tinggi akan memiliki nilai L lightness, a, b, hue,dan
chroma yang rendah dibandingkan dengan daging dengan pH normal. Nilai L,a, b, hue dan chroma
yang rendah diartikan sebagai warna daging yang lebih gelap. Hal ini sesuai dengan pendapat Boulianne dan King 1998 yang menyatakan bahwa pada proses pengeluaran darah yang tidak
sempurna saat pemotongan akan menghasilkan karkas yang mempunyai suatu penampilan karakteristik yang menunjukkan warna gelap.
Boulianne dan King 1998 juga menyebutkan bahwa secara hipotesis, pendarahan akan mempengaruhi total konsentrasi pigmen akhir karena timbulnya mioglobin. Pendapat tersebut juga
diperkuat oleh Eskin et al. 1990 yang menyatakan bahwa jika seekor unggas dengan kondisi jantung yang tidak normal abnormal disembelih, maka pengeluaran darah pada saat penyembelihan tidak
akan berlangsung sempurna dan hal ini menyebabkan suatu peningkatan jumlah mioglobin sehingga akan menghasilkan karkas yang berwarna gelap. Gambaran nilai warna merupakan suatu cara yang
ditempuh untuk dapat membedakan daging yang berasal dari ayam daging bangkai dan yang berasal dari hasil penyembelihan yang halal atau benar. Pembedaan nilai warna ini diharapkan konsumen
dapat memiliki suatu penilaian tertentu terhadap daging ayam yang dibeli. Daging ayam bangkai ayam tiren berasal dari ayam yang telah mengalami kematian sebelum
disembelih. Kematian ini dapat diakibatkan stress ataupun sakit. Hal ini mengakibatkan kadar glikogen rendah sehingga asam laktat yang terbentuk menjadi berkurang. Setelah enzim tidak aktif
lagi dan persediaan glikogen habis, bakteri tetap tumbuh terus. Menurut Bintoro et al. 2006 total mikroba pada daging ayam bangkai lebih tinggi dibandingkan ayam normal. Hasil penelitian total
mikroba pada daging ayam bangkai yang dibandingkan dengan daging ayam segar disajikan dalam Tabel 4.
27
Tabel 4. Rata-rata total mikroba pada daging ayam segar dan daging ayam bangkai Rata-rata total mikroba
Standar SNI Sampel kolg
3924: 2009 TPC kolg
Daging ayam segar 3.3 x 10
5 a
Mentah: 1.0 x 10
6
Daging ayam bangkai 8.9 x 10
7 b
huruf
ab
pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata p 0.01 Bintoro et al. 2006
Selain jumlah koloni bakteri yang dikemukakan di atas, di dalam daging bangkai juga dapat ditemukan bakteri C.botulinum. Menurut Tabbu 2000 bakteri Clostridium botulinum tipe C tersebar
luas di alam, terutama di daerah yang padat peternakan ayam atau daerah yang banyak dihuni oleh unggas liar. Bakteri tersebut dapat tumbuh dengan baik di dalam saluran pencernaan ayam dan dapat
digolongkan sebagai parasit obligat. Spora dari organisme tersebut biasanya ditemukan di dalam kandang dan lingkungan sekitar lokasi peternakan. Daging bangkai unggas dan larva lalat yang
berasal dari bahan yang membusuk dapat mengandung toksin tersebut. Bakteri Clostridium botulinum tersebar luas di usus, maka daging bangkai ayam akan memberikan lingkungan yang baik untuk
pertumbuhan bakteri tersebut. Akan tetapi, bakteri Clostridium botulinum tidak ditularkan secara horizontal dari ayam ke ayam. Botulisme telah dilaporkan dari berbagai negara pada ayam ataupun
unggas liar. Botulisme dapat ditemukan pada ayam pedaging dan itik. Penyakit ini jarang ditemukan pada peternakan ayam komersial yang dikelola dengan manajemen yang baik. Di Indonesia, penyakit
ini sangat jarang dilaporkan, namun hal ini mungkin karena diagnosisnya relatif sulit. Persebaran botulisme pada hewan dan manusia disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Botulisme pada hewan dan manusia Tipe Target
Sumber Wilayah dengan frekuensi
tertinggi A Manusia
Sayuran yang dikalengkan, buah, daging, dan ikan
Amerika Serikat, Eropa, Jepang B
Manusia, kuda, sapi, domba
Daging biasanya babi, makanan ternak
Amerika Serikat, Eropa C-
α Sapi, domba, kuda,
anjing, unggas, kura- kura
Larva lalat, sayuran busuk, bangkai
Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika bagian Selatan, Australia
D Sapi, kuda, unggas
Bangkai Afrika bagian Selatan, Australia
E Manusia, ikan
Ikan dan produk perikanan Amerika Serikat, Kanada, Jepang,
Eropa Utara, Rusia F
Manusia Pasta hati liver paste Denmark
G Manusia Tanah
Argentina, Swiss
Jones et al. 1997 Intoksikasi botulisme pada sapi berasal dari karkas yang terkontaminasi bahan pangan. Hewan
berukuran kecil dan unggas membawa C.botulinum tipe D sebagai organisme yang terdapat secara alami pada saluran cerna dan jumlahnya meningkat saat hewan tersebut mati dan menjadi bangkai
Jones et al. 1997.
C C
l h
g d
a d
d p
2 p
d l
a d
d f
m d
m a
i t
d p
C Kajian C.1 Kajian
Ikan mer lemak yang dip
hewani yang d gram daging i
diperlukan oleh amino ini sang
daging ikan diklasifikasika
pada daging ik 2007.
Kandung putih, tetapi p
dengan ikan be lemak tidak je
asam lemak ini Beberapa
darat yang waj
Pengangk dari jantung ke
filamen, dan ti maka bagi ikan
dianggap kecu membuka dan
akan menyeba insang.
Pada filam terjadinya difu
daerah sekitar pembersihan ik
Daging Ban Daging Ban
rupakan bahan perlukan oleh t
diperlukan man ikan. Selain i
h manusia. Pro gat bervariasi t
kaya akan l an menjadi pro
kan terdiri dari an lemak pada
pada daging ik erwarna putih.
enuh yang pali i merupakan as
a pendapat men ib untuk diputu
kutan sisa meta eluar melalui a
iap filamen me n berarti media
ukupan oksig menutup tutup
abkan kematia men terdapat p
usi udara. Oleh kepala diangg
kan yang umum
ngkai Ikan ngkai Ikan
n pangan yang tubuh. Protein
nusia. Kandung tu protein ika
otein ikan bany tergantung pad
lisin tetapi k otein miofibril,
i 65-75 miof a daging ikan b
kan berwarna Lemak ikan b
ing banyak ad sam lemak ess
ngemukakan b us saat disemb
Gam abolisme pada
aorta ventral m engandung ban
a perantara per ennya menjad
p insang sema an pada ikan.
pembuluh dara h karena itu, P
gap telah cuku m dilakukan di
dan Belalan
g memiliki ke ikan menyedi
gan protein ika an terdiri dari
yak mengandun da jenis ikan. S
kurang akan , sarkoplasma
fibril, 20-30 berwarna merah
merah kandun anyak mengan
dalah asam lin ensial Juniant
ahwa ikan tida belih. Anatomi
mbar 5. Anatom ikan dibuang m
menuju insang nyak lapisan tip
rtukaran udara di berkurang.
akin cepat. Men Pada kondisi
ah yang memil Praktik pember
up membersihk idaerah sekitar
ng
eunggulan dari akan lebih kur
an relatif besar asam-asam a
ng asam amino Secara umum
kandungan tr dan stroma. K
sarkoplasma, h lebih tinggi d
ngan proteinny ndung asam lem
oleat, linoleat to 2003.
ak memiliki 3 s ikan disajikan
mi ikan melalui insang
. Tiap lembara pis lamela. B
a juga tidak ada Keadaan ini
nurut Ramadh ini darah aka
liki banyak ka sihan ikan dar
kan sebagian b kepaladisajika
i segi kandun rang 23 dari ke
r yaitu antara amino yang ha
o esensial dan k kandungan asa
riptofan. Prot Komposisi keti
dan 1-3 stro dari pada dagin
ya lebih sedik mak tidak jenu
dan arachidon saluran seperti
dalam Gamba
, kulit, dan gin an insang terdi
Bila ikan tidak b a. Oleh karena
juga menyeb ani 2010, ke
an bergerak da apiler sehingga
i darah dan org besar bagian d
an dalam Gamb
2
gan protein d ebutuhan prote
15-25 tiap 1 ampir semuan
kandungan asa am amino dala
tein ikan dap iga jenis prote
oma Samsunda ng ikan berwar
kit dibandingk h dan jenis asa
nat. Ketiga jen i hewan mamal
ar 5.
njal. Aliran dar iri dari sepasan
berada dalam a a itu, keadaan i
babkan gerak adaan seperti i
an berkumpul a memungkink
gan dilakukan dari ikan. Prakt
bar 6.
28
dan ein
00 nya
am am
pat ein
ari rna
kan am
nis lia
rah ng
air ini
kan ini
di kan
di tik
K p
m k
s s
p m
o d
t d
e a
h d
t m
s j
O s
a h
b m
t u
m Semula b
Kerusakan mik penguraian ma
menyebabkan kerusakan seca
semula hanya senyawa-senya
pembusuk ber merupakan yan
olahan. Tingka diakibatkan ole
Aktivitas terhadap pemb
dua cara,yaitu enzim selama
aktivitas bakte histamin yang
daging ikan tergantung pad
mikroba serta d Kasus ke
scomberesocid jenis ini, karen
Olley 1999. K sangat tinggi. N
atau lemuru, p histidin bebas
biasanya dapat mempunyai ni
Lehane dan O terkandung dal
untuk dikonsum mg100 g ke
bakteri bersaran krobiologis mu
akin banyak, berbagai perub
ara menyeluru berada di ins
awa sumber en rupa indol, ska
ng dianggap at kerusakan i
eh enzim Gram s bakteri ini ti
bentukan senya autolisis dan
proses autoli eri selama pros
dapat diprodu Kimata 1961
da kandungan dipengaruhi ol
eracunan hista dae Poernomo
nanya histamin Kelompok ikan
Namun, kemud pilchard sejen
yang tinggi pa t mencapai 10,
ilai pH 6 Dalg Olley 1999. Sh
lam produk pe msi, pada taraf
mungkinan to Gambar 6. Pe
ng pada permu ulai intensif se
kegiatan bakt bahan biokimi
uh yang disebu sang, isi perut
nergi seperti p atol, amonia,
paling bertang kan yang dise
m dan Dalgaar dak hanya ber
awa alergi, ya aktivitas ba
isis lebih rend ses pembusuka
uksi melalui p . Pembentuka
histidin, bany eh temperatur
amin pertama o 2010. Ikan
n sering pula n ini memang
dian ditemukan nis sardin, m
ada daging ikan 000 mgkg his
gaard et al. 20 halaby 1996 m
erikanan, yaitu f 5 - 20 mg10
oksik, dan pad emotongan bag
ukaan tubuh, in etelah proses ri
teri pembusuk ia dan perubah
ut sebagai keb t, dan kulit ik
protein, lemak, asam sulfida,
ggung jawab d ebabkan oleh b
rd 2002. rakibat pada ke
aitu histamin. P akteri. Jumlah
dah dibandingk an berlangsung
proses autolisi an histamin b
yaknya bakter lingkungan.
kali disebab tuna, tenggiri,
disebut racun dikenal memp
n kandungan h marlin, ekor ku
n tuna yang me stidin bebas. D
008. Histamin menyatakan be
pada konsentr 00 g bisa toks
da taraf 10
gian kepala ikan nsang dan di d
igor-mortis sele k mulai menin
han fisik yang busukan Eski
kan mulai mas , dan karbohid
dan lain-lain. dalam pembusu
bakteri lebih p ebusukan dagi
Pembentukan h histamin yan
kan dengan h g. Pada kondis
s tidak dapat berbeda untuk
ri yang menun kan oleh ikan
, tongkol, dan scombroid
at punyai kandun
histamin pada je uning bahkan
enyebabkan HF aging ikan yan
n dapat dihasil eberapa level k
rasi histamin
sik ataupun tid 0 mg100 g
n dalam perut E
esai. Akhir fas ngkat. Aktivita
pada akhirnya n et al. 1990
suk ke otot d drat menjadi se
. Kerusakan m ukan ikan, bai
parah daripada ing ikan namu
histamin dapa ng dihasilkan m
histamin yang si optimum jum
melebihi 10-1 k setiap spesie
njang pertumbu n dari jenis
kembung term tau scombrotox
ngan asam ami enis ikan lainn
salmon Austra FP Histamine
ng menyebabka kan oleh bakte
keamanan toksi 5 mg100 g d
ak toksik, pad toksik dan tid
2
Eskin et al.1990 se rigor saat ha
as bakteri dap a menjurus pa
. Bakteri yan an memecahk
enyawa-senyaw mikrobiologis i
ik segar maupu kerusakan yan
un juga berakib at terjadi melal
melalui aktivit dihasilkan ol
mlah maksimu 15 mg100 gra
es ikan, hal i uhan dan reak
scombridae d masuk ke dala
xin Lehane d
ino histidin yan nya seperti sard
alia. Kandung Fish Poisonin
an HFP biasan eri Lactobacill
ik histamin yan dinyatakan am
da taraf 20 - 1
dak aman untu
29
0. asil
pat ada
ng kan
wa ini
un ng
bat lui
tas leh
um am
ini ksi
dan am
dan ng
din gan
ng nya
lus ng
man 00
uk
30
dikonsumsi. Pembentukan histamin dapat dihindari dengan tidak membiarkan ikan berada dalam suhu ruang terlalu lama sebelum diolah atau menyimpannya dalam suhu pendingin Poernomo 2010.
Asumsi berikutnya yang digunakan dalam meninjau hikmah dibalik kehalalan daging bangkai ikan adalah melalui kandungan hemoglobin yang tertinggal pada ikan yang tidak disembelih. Salah
satu keutamaan yang terkandung dalam ikan adalah kandungan Hb yang rendah. Hasil penelitian Sakai et al. 2006 pada Tabel 6. menunjukkan bahwa pendarahan dapat mengurangi kandungan Hb
dalam jaringan otot ikan dan penurunan ini berakibat terhadap penekanan terjadinya oksidasi lemak di jaringan otot ikan. Penurunan oksidasi pada jaringan lemak ini tampak pada produk hasil oksidasi
yang dideteksi, yaitu malonaldehida MA dan hidroksiheksenal HHE. Hasil juga menunjukkan tidak terdeteksinya produk oksidasi hidroksiheksenal pada ikan yang dikeluarkan darahnya pada
proses pembersihan Sakai et al. 2006. Hasil penelitian Sakai et al. 2006 menunjukkan kandungan Hb yang rendah pada daging ikan tuna yang disajikan pada Tabel 6 :
Tabel 6. Analisis Hb dan produk oksidasinya pada daging tuna skipjack Perlakuan
Hb hari ke-0 mgg
Malonaldehida hari ke-0 MA µmolkg
Hidroksiheksenal hari ke-0 HHE
nmolkg Kontrol
1.01 ± 0.19 1.25 ± 0.20
0.20 ± 0.03 Dikeluarkan darahnya
bleeding 0.07 ± 0.05
1.18 ± 0.24 Tidak terdeteksi
Berbeda nyata dengan kontrol pada taraf p 0,05 Sakai et al. 2006
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu asumsi dasar bahwa daging bangkai ikan mati segar berada dalam kondisi dapat diterima dilihat dari kandungan Hb yang tertinggal pada
daging tanpa pembersihan ataupun pada kemungkinan pembentukan produk oksidasi lemak yang dihasilkan dari Hb yang tertinggal pada jaringan tersebut.
Perhitungan kasar mengenai kemungkinan kandungan heme yang terkandung pada darah ikan laut tuna, ikan air tawar ikan nila, dan hewan darat sapi,ayam, domba pada Tabel 7 menunjukkan
bahwa spesies ikan baik ikan laut amaupun ikan air tawar memiliki kandungan Hb yang lebih rendah dibandingkan dengan kandungan Hb pada hewan darat. Data estimasi kandungan Hb pada hewan
didasarkan pada total volume darah mlkg bobot dan kandungan Hb gdl darah yang besarnya dapat bervariasi tergantung pada bobot hewan yang dijadikan acuan. Tinjauan mengenai status
kehalalan bangkai ikan menunjukkan bahwa kendati di dalam daging ikan hewan tidak diwajibkan untuk disembelih mengandung hemoglobin, namun jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan
hewan darat seperti sapi ataupun domba Tabel 7. Jensen 2001 juga mengemukakan bahwa hemoglobin ikan lebih sensitif terhadap autooksidasi
dibandingkan dengan hemoglobin mamalia. Penelitian Aranda et al.2009 mengemukakan bahwa hemoglobin pada ikan dapat mengautooksidasi dan melepaskan hemin 50 sampai 100 kali lipat lebih
cepat dari hemoglobin sapi. Hal inilah yang menjadi dugaan bahwa hampir sebagian besar aktivitas hemoglobin yang terkandung dalam ikan akan menyebabkan kerusakan oksidasi lipid pada jaringan
hewan tersebut berbeda dengan aktivitas hemoglobin sapi yang lebih lambat menyebabkan kerusakan oksidasi lipid pada jaringan hewan tersebut sehingga potensi hemoglobin sapi untuk terus
beraktivitas menyebabkan oksidasi lipid akan tetap ada saat dikonsumsi manusia. Perbandingan kandungan Hb pada daging ikan dan hewan ternak disajikan dalam Tabel 7.
31
Tabel 7. Perbandingan kandungan Hb antara ikan dan hewan ternak lainnya Jenis
Hewan Total volume darah
mlkg bobot Asumsi bobot
kgekor Kandungan Hb
gdl darah Estimasi
kandungan Hb gekor
Ikan Tuna 46.7 ± 2.2 Brill et al.
1998 2
12.3 ± 0.09 Lowe et al. 2000
maks. 11.5 Ikan Nila
Dianggap sama dengan ikan tuna
0.8 5.05 - 8.33 Salasia et
al . 2001
maks. 3.1 Sapi
64 – 82 Roca 2002 100
9.02 - 10.14 Shrikhande et al. 2008
maks. 831.5 Ayam 60
Morton et al. 1993
1.5 9 - 31 Morton et al.
1993 maks. 27.9
Domba 60 Morton et al.
1993 20 10-12
Morton et al. 1993
120 – 144 Data sulit ditemukan
Perhitungan estimasi kandungan Hb terlampir dalam Lampiran 7 Selain kandungan hemoglobin, hal yang membedakan keutamaan ikan dibandingkan hewan
darat adalah toksisitas histamin. Umumnya, kasus keracunan histamin terjadi pada sebagian kecil ikan, yaitu ikan yang mengandung histidin dalam jumlah tinggi seperti tuna, tongkol dan kembung.
Selain itu, pada manusia tersedia sistem pertahanan tubuh terhadap toksik histamin yang dapat terdapat pada ikan. Hal ini dikarenakan secara fisiologis histamin dalam dosis rendah diperlukan
sebagai fungsi normal sistem tubuh. Konsumsi makanan yang mengandung sedikit histamin akan memberikan efek yang kecil bagi manusia, namun jika mengandung banyak histamin maka akan
bersifat toksik Poernomo 2010 . Sistem intestinal dari manusia mengandung enzim diamin oksidase DAO dan Histamin N-
methyl transferase HMT yang akan mendegradasi histamin menjadi produk yang tidak berbahaya,
akan tetapi jika dosis histamin yang dikonsumsi besar maka kemampuan dari DAO dan HMT untuk menghancurkan histamin akan menyebabkan efek toksik dari histamin pada jaringan tubuh. Gejala
keracunan histamin adalah gatal-gatal, diare, demam, sakit kepala, dan tekanan darah turun Keer et al.
2002. Menurut Nurlaila dan Hadi 2008, sel kanker memiliki perbedaan yang mencolok dibandingkan
dengan sel-sel normal dalam tubuh, yaitu sel kanker tak mengenal program kematian sel yang dikenal dengan nama apoptosis. Apoptosis sangat dibutuhkan untuk mengatur jumlah sel yang dibutuhkan
dalam tubuh kita. Bila telah melewati masa hidupnya, sel-sel normal nonkanker akan mati dengan sendirinya tanpa ada efek peradangan inflamasi. Sel kanker berbeda dengan karakteristik tersebut.
Sel kanker tidak mengenal komunikasi ekstra seluler. Komunikasi ekstra seluler diperlukan untuk menjalin koordinasi antar sel sehingga mereka dapat saling menunjang fungsi masing-masing. Sel
kanker mampu menyerang jaringan lain invasif, merusak jaringan tersebut dan tumbuh di atas jaringan lain. Sel kanker memiliki kemampuan yang baik dalam memperbanyak dirinya sendiri
proliferasi meski seharusnya ia sudah tak dibutuhkan dan jumlahnya sudah melebihi kebutuhan yang seharusnya.
Penyakit kanker merupakan penyakit yang timbul akibat adanya akumulasi atau penumpukan kerusakan-kerusakan sel tertentu dari tubuh. Adanya akumulasi kerusakan inilah yang juga
menyebabkan gejala awal timbulnya kanker tidak mudah diamati dalam waktu singkat seperti halnya keracunan histamin yang gejalanya muncul setelah 2-8 jam mengkonsumsi produk ikan Poernomo
32
2010 yang mengandung toksik tersebut. Perbedaan risiko antara akibat yang ditimbulkan dari hemoglobin yang diasosiasikan dengan risiko kanker dan histamin, terlihat bahwa pada kondisi
tertentu ikan yang mati dalam kondisi segar dan baik, diasumsikan keracunan histamin lebih rendah potensi bahayanya dibandingkan dengan keberadaan hemoglobin. Hemoglobin diketahui dapat
menyebabkan luka pada sel dan berakibat pada peningkatan risiko timbulnya kanker Pierre et al. 2004; Pierre et al 2006; Ishikawa et al.2010.
33
C.2 Kajian Daging Bangkai Belalang
Terdapat dua jenis belalang yang umumnya dikonsumsi di pulau Jawa, Indonesia, yaitu belalang bertanduk pendek dan belalang beras. Belalang bertanduk pendek Valanga nigricornis burmeister,
atau dikenal dengan nama lokal belalang kayu mudah ditemukan di perkebunan karet, persawahan dan perkebunan pohon jati pada akhir musim hujan. Sementara itu, belalang beras Patanga succinta
L., atau dikenal dengan nama lokal belalang Patanga ditemukan di dataran rendah 0-600 meter, semak belukar, ladang jagung dan persawahan pada awal musim kemarau. Umumnya, penduduk yang
bertempat tinggal di wilayah pegunungan ataupun dataran rendah, mengkonsumsi belalang sebagai lauk untuk memenuhi kebutuhan protein.
Keistimewaan belalang terlihat dari kandungan gizinya. Belalang diteliti memiliki kandungan protein dan mineral yang cukup baik. Menurut penelitian yang dilakukan Lukitawati 1991, belalang
merupakan spesies yang rendah lemak dan tinggi protein dibandingkan dengan daging sapi, domba, babi, atau ayam yang disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai gizi belalang Patanga succineta L. dan beberapa hewan ternak Hewan Protein
Lemak Fe
mg
a
Ca mg
a
P mg
a
Energi
a
Kkal Sapi 15.8
b
20
a
24.3
b
7.2 171
tanpa lemak 150 Domba 14.6
b
30.5
b
- - - - Babi 13.0
b
33.3
b
-tanpa lemak 14.1
35 2.1
8 151
376 -dengan lemak
11.9 45
1.8 7
117 475
Unggas 20.5
b
4.3
b
1.2 11 214
110 Patanga succineta L
. 24.4
b
1.5
b
-ukuran besar
a
14.3 3.3
3 27.5
150.2 95.7
-ukuran kecil
a
20.6 6.1
5 35.2
238.4 152.9
Keterangan :
a
= per 100 g bobot; Nutrition Division 1978 dalam FAO 2010
b
= Lukiwati 1991 dalam FAO 2010 Penelitian Nnjida dan Isidahomen 2011 mengenai efek pemberian ransum belalang terhadap
kelinci menunjukkan bahwa protein yang terkandung dalam ransum belalang mampu digunakan oleh kelinci dengan baik. Pengamatan terhadap organ internal ginjal dan hati pada kelinci menunjukkan
bahwa ransum belalang tidak menyebabkan toksisitas saat mengkonsumsinya. Hal ini ditandai dengan tidak ditemukannya pembengkakan organ selama mengkonsumsi ransum belalang. Pembengkakan
organ dapat terjadi akibat beban kerja organ terlalu berat untuk mengelurkan toksik yang terkandung dalam darah, sehingga dapat dikatakan bahwa pembengkakan organ merupakan salah satu indikator
toksisitas suatu zat. Belalang tidak memiliki hemoglobin di dalam darahnya. Transportasi oksigen di dalam tubuh
belalang adalah fungsi sistem pernapasan dan dipisahkan dari sistem peredaran darah. Oleh karena itu, berdasarkan kandungan heme yang tidak ditemukan pada belalang, diasumsikan bahwa kecilnya
resiko timbulnya kanker akibat konsumsi daging bangkai belalang. Keistimewaan lain dari belalang adalah belalang yang mati tidak mengalami pembusukan
melainkan mengalami pelayuan dan mengering. Walaupun belum ada penelitian yang dapat menjelaskan hal ini, namun Glaser 1918 menemukan bahwa darah belalang merupakan substansi
34
istimewa yang dapat mengeliminasi keberadaan mikroba di dalamnya. Glaser 1918 juga mengemukakan bahwa darah belalang memiliki sistem imun yang baik sehingga dapat menunjang
hidupnya. Hemosit pada serangga termasuk belalang memiliki kemampuan fagositosit, yakni kemampuan memakan bakteri dan berperan penting dalam pengeluaran sel atau jaringan yang mati
Borror et al. 1992 Beberapa keistimewaan belalang ini dapat di suatu hikmah bahwa belalang merupakan bahan
pangan yang tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi kelinci secara in vivo. Kendati setiap makanan yang mengandung sedikit serangga dianggap tercemar dan tidak sehat bagi konsumsi manusia, namun
bagi ribuan jenis hewan termasuk beberapa primata, serangga merupakan barang utama dan tunggal untuk menu mereka. Hal ini berarti bahwa serangga belalang mempunyai nilai makanan yang
penting Borror et al. 1992.
D D
s p
d a
O
t S
p - Mi
D. Kajian D.1 Pemanf