a. Secara teoritis
Hasil penelitian ini akan melahirkan beberapa konsep ilmiah yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan
ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan analisis yuridis mengenai pengalihan hak atas bangunan under sea world Indonesia.
b. Secara praktis.
Sebagai bahan kajian bagi kalangan akademis untuk menambah wawasan dalam bidang ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan analisis
yuridis mengenai pengalihan hak atas bangunan Under Sea World
Indonesia
D. Keaslian Penelitian
Penelusuran kepustakaan, khususnya di perpustakaan Fakultas Hukum dan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara penelitian tentang
Analisis yuridis mengenai pengalihan hak atas bangunan Under Sea World Indonesia Studi Putusan BANI No. 305Pdt.GBANI2014PN-Jkt Utara, dengan
demikian penelitian ini dapat disebut asli dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional dan objektif serta terbuka, keaslian skripsi ini dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
ilmiah dan terbuka atas segala kritikan dan masukan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan hasil penelitian.
E. Tinjauan Pustaka
1. Hukum Tanah Menurut UUPA
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 bangsa Indonesia telah mempunyai hukum agraria yang bersifat nasional. Undang-Undang tersebut
lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang Pokok Agraria UUPA. Dalam Pasal 5 UUPA disebutkan : Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme
Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini dan dengan peraturan-peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan
mengindahkan unsur-unsur yang bersandar hukum agama. Berdasarkan pasal tersebut di atas dengan tegas dinyatakan bahwa hukum
agraria yang baru didasarkan atas hukum adat yang disesuaikan dengan asas-asas yang ada dalam UUPA, karena dalam UUPA menganut sistem dan asas hukum
adat maka perbuatan jual beli tersebut adalah merupakan jual beli yang riil dan tunai. Akan tetapi pelaksanaan dari jual beli itu sendiri sudah tidak lagi dihadapan
kepala desa karena setiap peralihan hak atas tanah harus dilakukan dihadapan pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria seperti dalam Pasal 37 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dibuatnya akta jual-beli tanah dihadapan pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria tersebut,
maka jual-beli itu selesai, dan selanjutnya peralihan hak atas tanah itu oleh pembeli didaftarkan ke kantor pertanahan. Pendaftaran peralihan hak atas-tanah
tersebut untuk menjamin kepastian hukum.