Klasifikasi Morfologi Hubungan Panjang – bobot dan Faktor Kondisi

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Klasifikasi ikan kuro Eleuthronema tetradactylum menurut Motomura et al. 2004 adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Divisi : Perciformes Famili : Polynemidae Genus : Eleutheronema Spesies : Eleutheronema tetradactylum Shaw 1804 Nama Umum : Fourfinger threadfin Nama Lokal : Kuro Gambar 1. Ikan kuro Eleutheronema tetradactylum

2.2 Morfologi

Bentuk tubuh ikan kuro ini memanjang dan agak pipih. Karakteristik khas ikan ini yaitu memiliki mata yang ditutupi oleh jaringan adipose lemak transparandaging, memiliki dua sirip punggung sirip punggung pertama dengan tujuh atau delapan duri dan yang kedua 11-18 jari lemah dan memiliki sirip dada yang terdiri atas dua bagian, bagian atas dengan jari-jari sirip lemah berjumlah 17, sedangkan bagian bawah terdiri atas empat buah sirip berfilamen dengan filamen bagian paling atas dapat mencapai dasar sirip perut. Filamen ini berfungsi sebagai alat peraba untuk mencari makanan di air yang berlumpur Motomura et al. 2004 serta memiliki mulut bertipe inferior Jaferian Zolgharnian 2010. Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan, seperti panjang total dan panjang baku. Ukuran ini dapat digunakan sebagai salah satu ciri taksonomi dalam mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter. Meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah tubuh ikan, misalnya seperti jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari – jari keras dan jari-jari lemah pada sirip punggung Affandi et al. 1992. Menurut Turan 1998, karakter morfologi juga dapat memberikan manfaat dalam identifikasi stok khususnya dalam suatu populasi yang besar.

2.3 Hubungan Panjang – bobot dan Faktor Kondisi

Hubungan panjang bobot dapat menduga pola pertumbuhan yang dialami oleh ikan tersebut apakah montok atau tidak Effendie 1997. Menurut Djamali et al 1985 ikan kuro yang ditemukan di daerah Muara Sungai Musi, memiliki hubungan panjang-bobot yang bersifat allometrik. Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan secara fisik untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Faktor kondisi juga digunakan untuk mengetahui kebugaran ikan dalam bentuk angka dan faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang dan bobot ikan Effendie 1997. Faktor kondisi dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan dan tingkat kematangan gonad. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap Djamali 2005 pada ikan terbang menunjukkan bahwa peningkatan nilai faktor kondisi dapat terjadi pada ikan yang telah mengalami pemijahan karena energi yang diperoleh dimanfaatkan untuk pertumbuhan.

2.4 Reproduksi