2.3. Produk TRMM 3B42
Produk TRMM 3B42 digunakan sebagai pengganti untuk data curah hujan harian.
Penggantian curah hujan observasi stasiun pengamat permukaan dengan curah hujan
TRMM dilakukan karena keterbatasan data curah hujan harian stasiun pengamat di
permukaan baik secara spasial maupun time series. Sebaran stasiun pengamatan hujan di
permukaan terlalu sedikit untuk mewakili seluruh wilayah Indonesia. Produk TRMM
3B42 yang berupa data grid berukuran 0.25° x 0.25° dapat menghasilkan nilai curah hujan
harian yang mewakili wilayah seluas 28 km
2
dengan sebaran yang merata untuk seluruh wilayah Indonesia.
Satelit Tropical Rainfall Measuring Mission TRMM memiliki 5 sensor utama
yaitu Visible Infrared Scanner VIRS untuk pemantauan liputan awan, jenis awan dan
temperatur puncak awan. Sensor VIRS mengestimasi curah hujan dari ketinggian dan
karakteristik awan dan mampu menjelaskan distribusi hujan secara 3 dimensi. Sensor
TRMM Microwave Imager TMI yang hasil ekstraksinya berupa data integrated column
precipitation content, cloud liquid water, cloud ice, intensitas hujan rain intensity, dan tipe
hujan rain type, hujan stratiform atau hujan konvektif. Sensor TMI mampu dengan baik
mengukur nilai curah hujan di lautan, tetapi hasilnya kurang baik untuk pengukuran di
daratan. Sensor Precipitation Radar PR meningkatkan akurasi sensor TMI dengan
menambahkan informasi
struktur hujan,
sehingga dapat mengukur presipitasi di atas daratan sebaik di atas lautan. Sensor PR juga
dapat digunakan untuk menentukan kedalaman lapisan presipitasi. Kemudian sensor Lightning
Imaging Sensor LIS dan
Clouds and Earth’s Radiant Energy System CERES.
Satelit TRMM
merupakan hasil
kerjasama dua badan antariksa nasional, yaitu Amerika Serikat National Aeronautics and
Space Administration, NASA dan Jepang Japan
Aerospace Exploration
Agency, JAXA. Satelit ini berorbit polar non-
sunsynchronous dengan sudut inklinasi 35º terhadap ekuator dan berada pada ketinggian
orbit 403 km.
Produk TRMM 3B42 yang digunakan adalah curah hujan harian dalam bentuk data
grid yang mempunyai resolusi 0.25° x 0.25°. Cakupan wilayah pengukuran antara 50° LU -
50°LS dan 180°BT - 180°BB, visualisasi cakupan wilayah citra TRMM disajikan pada
Lampiran 4. Produk TRMM 3B42 adalah hasil integrasi ekstraksi citra ketiga sensor TRMM
VIRS, TMI, dan PR dengan Infra-Red Data dan
Global Precipitation
Index GPI
Huffman et al. 2007. Algoritma produk TRMM dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Diagram Alir Algoritma Produk TRMM Sumber: http:daac.gsfc.nasa.govprecipitationTRMMREADMETRMM3B42 readme.shtml
6 Berdasarkan sistem pengukuran dan
algoritma ekstraksi produknya, curah hujan TRMM
dapat dianggap
sebagai hasil
pengukuran observasi. Validasi curah hujan TRMM telah banyak dilakukan oleh peneliti-
peneliti di dunia, diantaranya oleh Nicholson et al. 2003. Nicholson melakukan validasi
produk curah hujan TRMM dengan data high- density rain-gauge untuk wilayah Afrika Barat.
Pada kajian curah hujan musiman di Afrika Barat, Nicholson et al. 2003
menunjukkan bahwa per-bandingan data gauge dengan TRMM-merged products seperti 3B42
dan 3B43 memiliki perbedaan nilai yang kecil, yaitu 0.5 mmhari pada 15 piksel dari 40 piksel
wilayah yang dikaji, dan berbeda 1 mmhari hanya pada 5 piksel. Pada bulan Agustus yang
merupakan bulan dengan curah hujan tertinggi di Afrika, produk TRMM gabungan cenderung
menduga curah hujan lebih tinggi dari data gauge. Tetapi, perbedaan antara hasil curah
hujan TRMM dan data gauge hanya terdapat pada 12 piksel wilayah kajian. Nilai koefisien
korelasi r pada regresi linier dari plot produk TRMM gabungan dengan data gauge adalah
95 untuk musiman dan 97 untuk bulan Agustus Nicholson et al. 2003.
Produk TRMM 3B42 juga telah banyak digunakan untuk pengujian model iklim dan
analisis MJO, antara lain dilakukan oleh Jiang et al. 2009 dan Hidayat dan Kizu 2009.
Jiang et al. 2009 menggunakan hasil curah hujan TRMM sebagai referensi untuk dua
estimasi panas laten yang berbeda dan estimasi pemanasan radiatif. Kajiannya juga menguji
hasil prediksi dua versi European Centre for Medium-range Weather Forecasts ECMWF.
Sementara
Hidayat dan
Kizu 2009,
melakukan kajian pengaruh MJO terhadap keragaman curah hujan di Indonesia pada
musim hujan austral summer.
III. METODOLOGI