15
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip yang didasarkan kepada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam konteks Indonesia,
prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam, dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
14
Sasaran dan fungsi sistem keuangan syariah dan konvensional pada prinsipnya adalah sama,
yang membedakannya adalah sasaran dan fungsi sistem keuangan syariah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ideologi keislaman yang
didasarkan kepada ajaran Islam Al-Qur’an dan Sunnah. Dilihat dari sasarannya, sistem keuangan syariah diharapkan mampu mencapai tujuan-
tujuan pemenuhan kebutuhan dasar, pertumbuhan ekonomi yang optimum, perluasan kesempatan kerja, pemerataan distribusi pendapatan, dan stabilitas
ekonomi. Sistem keuangan syariah diharapkan memberi dampak yang kuat terhadap kesehatan perekonomian. Dalam praktiknya, sistem keuangan
syariah menggunakan instrument yang bervariasi dalam melakukan pengendalian pencapaian sasaran keuangan, dan instrumen-instrumen itu
memiliki komitmen yang tinggi kepada nilai-nilai spiritual, keadilan sosio- ekonomi, dan solidaritas sesama manusia.
15
c. BPRS sebagai Lembaga Keuangan Syariah
14
Andri Soemitra, Bank Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Kencana, 2010 Cet. 2, h. 19.
15
Ibid., h. 23.
16
Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses
penyerapan dana dari unit surplus ekonomi, baik sector usaha, lembaga pemerintahan maupun individu rumah tangga untuk penyediaan dana bagi
unit ekonomi lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari unit ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit, lembaga
intermediasi denominasi, intermediasi risiko, intermediasi jatuh tempo, intermediasi informasi, intermediasi lokasi, dan intermediasi mata uang.
Gambar 2.2 : Metode Intermediasi Keuangan
Sumber : Andri Soemitra, M.A., Bank Lembaga Keuangan Syariah
Dalam proses intermediasi di atas, tanda garis putus-putus menunjukkan arus dana yang mengalir pada lembaga keuangan sedangkan
garis bersambung menunjukkan instrument yang digunakan untuk menarik dana tersebut, dalam proses intermediasi keuangan unit yang berlebihan
dana dimediasi oleh lembaga keuangan. Pada proses intermediasi keuangan unit yang kelebihan dana akan menyimpan dananya berdasarkan kebutuhan
likuiditas, keamanan, kenyamanan, kemudahan akses, dan operasional
17
lembaga keuangan apakah berdasarkan syariah atau konvensional. Sedangkan bagi pengguna dana didasarkan pada kebutuhan jangka waktu,
jumlah dan prinsip operasional yang digunakan.
16
Prinsip utama yang dianut oleh lembaga keuangan syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya adalah bebas “Maghrib”, yaitu :
1 Maysir spekulasi : secara bahasa maknanya berarti judi, secara umum mengundi nasib dan setiap kegiatan yang sifatnya untung-untungan
spekulasi, secara ekonomi perjudian merupakan bentuk investasi yang tidak produktif karena tidak terkait langsung dengan sektor riil, dan
tidak memberikan dampak peningkatan penawaran barang dan jasa. 2 Gharar : sesuatu yang memperdayakan manusia di dalam bentuk harta,
kemegahan, jabatan, syahwat keinginan. Dimana gharar berarti menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuan yang
cukup, atau menjalankan suatu transaksi yang risikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti apa akibatnya atau memasuki kancah risiko
tanpa memikirkan konsekuensinya, gharar dapat terjadi pada transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaanya,
atau tidak dapat dieserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah, secara ekonomi pelarangan gharar akan
mengedepankan transparansi dalam bertransaksi dan kegiatan operasional lainnya dan menghindari ketidakjelasan dalam berbisnis.
16
Andri Soemitra, M.A., Bank Lembaga Keuangan Syariah Jakarta : Kencana Prenada Media Group, Cet.2 h. 29-30.
18
3 Haram : secara bahasa berarti larangan dan penegasan, dalam aktivitas ekonomi setiap orang diharapkan untuk menghindari semua yang haram,
baik haram zatnya maupun haram selain zatnya. Secara ekonomi, pelarangan yang haram akan menjamin investasi hanya dilakukan
dengan cara dan produk yang menjamin kemaslahatan manusia. 4 Riba : penambahan pendapatan secara tidak sah batil antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan fadhl, atau sama dalam transaksi pinjam-
meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu nasi’ ah. Secara ekonomi, pelarangan riba membuat arus investasi lancer dan tidak terbatas oleh tingkat suku bunga yang
menghambat arus investasi ke sector produkstif 5 Batil : secara bahasa berarti batal atau tidak sah, dalam aktivitas
ekonomi tidak boleh dilakukan dengan jalan yang batil seperti mengurangi timbangan, mencampurkan barang rusak diantara barang
yang baik untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak, menimbun barang, menipu atau memaksa. Secara ekonomi, pelarangan batil akan
semakin mendorongnya berkurangnya moral hazard
dalam berekonomi.
17
BPRS Bank Pembiayaan Rakyat Syariah merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang lengkap, dimana usaha keuangan
17
Andri Soemitra, M.A., Bank Lembaga Keuangan Syariah Jakarta : Kencana Prenada Media Group, Cet.2 h. 36-38.
19
yang dilakukan di samping menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan juga melakukan usaha penghimpunan dana dari masyarakat luas dalam
bentuk simpanan. BPRS memiliki fungsi sebagai pelaksana sebagian fungsi bank umum, dalam tingkat regional dengan berlandaskan prinsip-prinsip
syariah, BPRS juga merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil dalam lingkup kecamatan maupun pedesaan, dengan jenis produk yang
ditawarkan relatif sempit jika dibandingkan dengan bank umum, bahkan terdapat beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh
BPRS, seperti pembukaan rekening giro serta ikut dalam kliring.
18
Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas hanya boleh dimiliki oleh WNI Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia,
pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah daerah.
19
d. Penetapan Nilai Margin