xci
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, terlihat bahwa H
0B
ditolak. Jadi terdapat perbedaan hasil belajar matematika pokok bahasan trigonometri antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang
dan rendah. Ini berarti motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dari Tabel 4.6 di atas rangkuman analisis komparasi ganda
dengan metode Schefee diperoleh untuk F.
1-.2
Ho tidak berada di daerah kritik, berarti mempunyai beda rataan yang tidak signifikan. Untuk F.
1-.3
dan F.
2-.3
Ho berada di daerah kritik. Ini berarti bahwa masing-masing mempunyai beda rataan yang signifikan. Sehingga dapat diartikan bahwa
prestasi belajar siswa pada motivasi tinggi sama dengan motivasi sedang, sedangkan motivasi tinggi lebih baik daripada motivasi rendah, dan untuk
motivasi sedang lebih baik daripada motivasi rendah pada masing-masing model pembelajaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang
motivasi sedang atau rendah dan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi sedang lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai
motivasi rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, terlihat bahwa H
0AB
tidak ditolak. Ini berarti tidak ada interaksi antara penggunaan
xcii model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa.
Tidak terdapatnya interaksi itu, dapat disimpulkan bahwa karakteristik perbedaan antara model pembelajaran Quantum Learning dengan Software
Algebraic System dan model pembelajaran strukturalistik untuk semua motivasi belajar siswa adalah sama. Ini berarti pada motivasi tinggi, sedang,
dan rendah model pembelajaran Quantum Learning dengan Software Algebraic System lebih baik daripada model pembelajaran strukturalistik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing klasifikasi motivasi siswa, model pembelajaran Quantum Learning dengan software
Computer Algebraic System lebih baik dari pada model pembelajaran strukturalistik pada prestasi belajar siswa.
xciii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini dapat memberikan gambaran apa yang diselidiki dan dapat pula menggambarkan hasil kajian maupun analisisnya. Dari
kesimpulan ini dapat ditarik inti dari permasalahan di dalam penelitian ini, yaitu : 1. Prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Quantum
Learning dengan software Computer Algebraic System lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran strukturalistik.
2. Prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang motivasi sedang atau rendah dan prestasi belajar
siswa yang mempunyai motivasi sedang lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi rendah.
3. Tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. Tidak terdapatnya interaksi itu,
dapat disimpulkan bahwa karakteristik perbedaan antara model pembelajaran Quantum Learning dengan Software Algebraic System dan model
pembelajaran strukturalistik untuk semua motivasi belajar siswa adalah sama. Ini berarti pada masing-masing klasifikasi motivasi siswa, model
pembelajaran Quantum Learning dengan Software Algebraic System lebih baik daripada model pembelajaran strukturalistik.
70