Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia Di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013

(1)

GAMBARAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI DAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA DI DESA SRIWIJAYA KECAMATAN

KOTA KUALASIMPANG KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh:

BEBY HERMANTI

121121118

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

(3)

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah ta’ala, yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia Di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013“.

Shalawat dan salam penulis hantarkan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Skripsi ini disusun dalam tujuan memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata kuliah skripsi II. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun bekat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Fatwa Imelda S.Kep, Ns, M.Biomed, CWCCA selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Mula Tarigan S.Kp, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah banyak

memberi masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ismayadi S.Kep.Ns, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah banyak memberi masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh staf di kantor Kepala Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang yang telah memberikan informasi mengenai data penduduk yang digunakan untuk kepentingan skripsi penelitian ini.


(5)

7. Teristimewa kepada Ayahanda Bambang Hermanto dan Ibunda Salamah tercinta, dan keluarga tersayang yang selalu mendoakan serta memberikan segala bantuan baik dari segi moril maupun materi sehingga dengan restunya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk Rafif, Nizar, Raihanna yang tersayang dan terkasih yang selalu memberikan inspirasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat tercinta khususnya Meli, Opi, Puspa, dan teman-teman

sejawat angkatan 2012 Ekstensi Keperawatan yang selalu memberikan dukungan, bantuan, motivasi, partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan peneliti.

Akhirnya kepada Allah ta’ala penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan dan limpahan rahmat-Nya, dan dengan kerendahan hati penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pembaca dan penulis.

Medan, Januari 2014


(6)

DAFTAR ISI

      Halaman

HALAMAN PERNYATAAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Pertanyaan Penelitian ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Bagi Tempat penelitian ... 7

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan ... 7

1.4.3 Bagi Peneliti ... 7

1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Lanjut Usia ... 8

2.1.1 Defenisi Lanjut Usia ... 8

2.1.2 Proses Menua ... 9

2.1.3 Batasan Umur Lanjut Usia... ... 10

2.1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan ... ... 11

2.2 Gangguan Pendengaran ... 13

2.2.1 Defenisi Gangguan Pendengaran ... 13

2.2.2 Anatomi Telinga dan Perubahannya ... 13

2.2.3 Jenis-jenis Gangguan Pendengaran Pada Lansia ... 13

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendengaran...15

2.2.5 Tingkat/Derajat Gangguan Pendengaran Menurut WHO ... 16

2.2.6 Uji Pendengaran Pada Lansia ... 17

2.3 Aktivitas Sehari-hari(ADL)... 19

2.3.1 Defenisi Aktivitas Sehari-hari...19

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas sehari-hari pada Lansia ... 19

2.3.3 Macam-macam Aktifitas Sehari-hari Pada Lansia ... 23

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 26


(7)

3.2 Defenisi Operasional ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

4.1 Jenis Penelitian ... 29

4.2 Populasi dan Sampel ... 29

4.2.1 Populasi ... 29

4.2.2 Sampel ... 29

4.3 Teknik Sampling ... 29

4.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

4.5 Pertimbangan Etik ... 30

4.6 Instrumen Penelitian ... 30

4.7 Validitas dan Reliabilitas Penelitian ... 31

4.8 Pengumpulan Data ... 31

4.9 Analisa Data...32

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Hasil Penelitian ... 34

5.2 Pembahasan ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

6.1 Kesimpulan ... 42

6.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA. ... 44

DAFTAR LAMPIRAN

1. Inform Consent 2. Instrumen Penelitian

3. Lembar Survey Awal Penelitian 4. Lembar Komite Etik

5. Jadwal Tentative Penelitian 6. Curriculum Vitae

7. Rencana Angaran Penelitian 8. Lembar Bimbingan Skripsi  

     


(8)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.2.5 Derajat/Tingkat Gangguan Pendengaran Menurut WHO

2. Tabel 2.3.3 Indeks Aktivitas Hidup Sehari-hari (Activity Daily Living) Barthel

3. Tabel 3.1 Defenisi Operasional

4. Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden

5. Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gangguan Pendengaran Lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang

6. Tabel.5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Aktivitas Sehari-hari

7. Tabel.5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kemampuan Aktivitas Hidup Sehari-hariResponden


(9)

Judul Penelitian : Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013

Nama : Beby Hermanti NIM : 121121118

Program : Sarjana Keperawatan Tahun : 2014

ABSTRAK

Memasuki usia tua berarti memasuki periode dimana organisme mengalami usia kemunduran. Lansia mengalami perubahan fisiologis fungsi panca indra berupa gangguan pendengaran. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan Aktivitas Hidup Sehari-hari. Kemampuan Aktivitas Hidup Sehari-hari lansia dapat diukur dengan menggunakan indeks Barthel, meliputi pengendalian rangsang BAB, BAK, membersihkan diri, penggunaan jamban/toilet, makan, transfer, mobilitas, berpakaian, naik turun tangga dan mandi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan gangguan pendengaran pada Lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, sampel diambil dengan metode purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 45 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Januari, dengan pemeriksaan menggunakan garputala dan menggunakan kuesioner Barthel. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas lansia perempuan (66,7%) dengan rentang usia 60-74 tahun (84,4%), pendidikan terakhir SD (46,7%), dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran (100%). Lansia yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 30 orang (67,7%). Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari tergolong mandiri (42,2%) dan ketergantungan ringan (40,0%). Aktivitas dengan persentase tertinggi dari keseluruhan aktivitas yang dapat dilakukan lansia secara mandiri adalah aktivitas membersihkan diri (88,9%).


(10)

Title : Description of Activities of Daily Living and Elderly Hearing Loss in The Village of Kualasimpang Sub-District of Sriwijaya Aceh Tamiang Regency 2013 Student Name : Beby Hermanti

Student Number : 121121118

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2014

ABSTRACT

Entering old age means entering a period in which an organism having the age of decline. Elderly experience physiological changes five senses function in the form of hearing loss. Changes that occur may result in limitations of the elderly in carrying out activities of daily living. Ability of daily living activities of the elderly can be measured using the index of the control, including Barthel stimulation defecation, urination, clean themselves, the use of the toilets/toilet, dining, transportation, mobility, dress, up and down the stairs and take a shower. The purpose of this research is to know the description of activities of daily living and hearing loss in the elderly in the village Of Kualasimpang Sub-district of Sriwijaya. This research uses descriptive design, sample taken with purposive sampling method with a number of respondents as many as 45 people. The research is done in July until January, by examination use tuning fork and use questionnaire Barthel. The research based on characteristic respondents show the majority elderly women (66, 7 %) by the span of age 60-74 years (84, 4 %), education last elementary (46, 7 %), and not using aids hearing (100 %). Elderly experiencing hearing loss 30 people (67, 7 %). Level ability elderly in doing activities of daily living appertain independent 42, 2 %) and reliance lightly (40, 0%). Activities with the highest percentage of a whole activity that can be done for elderly independently is the activity of cleaning self (88, 9 %).

Keywords: The elderly, impaired hearing, activities of daily living


(11)

Judul Penelitian : Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013

Nama : Beby Hermanti NIM : 121121118

Program : Sarjana Keperawatan Tahun : 2014

ABSTRAK

Memasuki usia tua berarti memasuki periode dimana organisme mengalami usia kemunduran. Lansia mengalami perubahan fisiologis fungsi panca indra berupa gangguan pendengaran. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan Aktivitas Hidup Sehari-hari. Kemampuan Aktivitas Hidup Sehari-hari lansia dapat diukur dengan menggunakan indeks Barthel, meliputi pengendalian rangsang BAB, BAK, membersihkan diri, penggunaan jamban/toilet, makan, transfer, mobilitas, berpakaian, naik turun tangga dan mandi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan gangguan pendengaran pada Lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, sampel diambil dengan metode purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 45 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Januari, dengan pemeriksaan menggunakan garputala dan menggunakan kuesioner Barthel. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas lansia perempuan (66,7%) dengan rentang usia 60-74 tahun (84,4%), pendidikan terakhir SD (46,7%), dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran (100%). Lansia yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 30 orang (67,7%). Tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari tergolong mandiri (42,2%) dan ketergantungan ringan (40,0%). Aktivitas dengan persentase tertinggi dari keseluruhan aktivitas yang dapat dilakukan lansia secara mandiri adalah aktivitas membersihkan diri (88,9%).


(12)

Title : Description of Activities of Daily Living and Elderly Hearing Loss in The Village of Kualasimpang Sub-District of Sriwijaya Aceh Tamiang Regency 2013 Student Name : Beby Hermanti

Student Number : 121121118

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2014

ABSTRACT

Entering old age means entering a period in which an organism having the age of decline. Elderly experience physiological changes five senses function in the form of hearing loss. Changes that occur may result in limitations of the elderly in carrying out activities of daily living. Ability of daily living activities of the elderly can be measured using the index of the control, including Barthel stimulation defecation, urination, clean themselves, the use of the toilets/toilet, dining, transportation, mobility, dress, up and down the stairs and take a shower. The purpose of this research is to know the description of activities of daily living and hearing loss in the elderly in the village Of Kualasimpang Sub-district of Sriwijaya. This research uses descriptive design, sample taken with purposive sampling method with a number of respondents as many as 45 people. The research is done in July until January, by examination use tuning fork and use questionnaire Barthel. The research based on characteristic respondents show the majority elderly women (66, 7 %) by the span of age 60-74 years (84, 4 %), education last elementary (46, 7 %), and not using aids hearing (100 %). Elderly experiencing hearing loss 30 people (67, 7 %). Level ability elderly in doing activities of daily living appertain independent 42, 2 %) and reliance lightly (40, 0%). Activities with the highest percentage of a whole activity that can be done for elderly independently is the activity of cleaning self (88, 9 %).

Keywords: The elderly, impaired hearing, activities of daily living


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menua merupakan proses yang alamiah hilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan organ tubuh memperbaiki diri atau mengganti diri untuk mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, bersifat irreversibel dan dialami oleh semua mahluk. Seiring dengan bertambahnya usia, timbul perubahan-perubahan sebagai akibat proses menua, meliputi perubahan-perubahan fisik, mental, spiritual dan psikososial (Azizah, 2011).

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berkelanjut sepanjang hidup dan merupakan fase akhir dari rentang kehidupan, dan secara umum seseorang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia diatas 60 tahun tergantung dari aspek sosial budaya, fisiologis dan kronologis (Fatimah, 2010).

Jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak dan diperkirakan di seluruh dunia saat ini jumlah lanjut usia lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), pada tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar, namun di negara maju pertumbuhan populasi/penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak abad ke-20, jadi tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya (Nugroho, 2008).


(14)

Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa, dan diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010).

Peningkatan jumlah populasi lansia terjadi akibat dari meningkatnya usia harapan rata-rata hidup penduduk yang merupakan dampak positif dari keberhasilan pembangunan nasional, khususnya di bidang kesehatan. Dengan meningkatnya populasi usia lanjut di Indonesia, berbagai masalah kesehatan dan penyakit yang khas terdapat pada usia lanjut akan meningkat serta akan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupannya seperti fisik, mental, dan ekonomi (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Secara umum perubahan fisik pada masa lanjut usia yaitu menurunnya fungsi pancaindra, minat dan fungsi organ seksual dan kemampuan motorik. Perubahan-perubahan diusia lanjut sering menyebabkan mereka mengalami konflik, seperti konflik dengan sesama orang usia lanjut, anak sendiri, sanak saudara, suami atau istri, agama dan pribadi (Pieter, 2010).

Walaupun tidak semua lansia mengidap gangguan (masalah) kesehatan, namun dalam pendekatan kelompok, para lansia menunjukkan kecenderungan


(15)

prevalensi yang mencolok dalam kaitan gangguan-gangguan yang bersifat kronis (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Kehilangan sensorik akibat penuaan mengenai organ sensorik penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penghidu serta dapat mengancam interaksi dan komunikasi dengan lingkungan (Fatimah, 2010).

Lebih kurang 40% dari populasi lansia mengalami gangguan pendengaran (presbikusis). Gangguan pendengaran mulai dari derajat ringan sampai berat dapat dipantau dengan menggunakan alat audiometer. Presbikusis merupakan akibat dari proses degeneratif pada satu atau beberapa bagian koklea (striae vaskularis, sel rambut, dan membran basilaris) maupun serabut saraf auditori. Presbikusis ini juga merupakan hasil interaksi antara faktor genetik individu dengan faktor eksternal, seperti pajanan suara berisik terus-menerus, obat ototoksik, dan penyakit sistemik (Maryam et al, 2011).

Bila paparan bising melampaui ambang batas yang diperkenankan berlangsung dalam waktu yang lama dan tanpa disadari dapat menyebabkan ketulian. Ketulian akan mengakibatkan menurunnya kualitas hidup (Quality of Life) seseorang dan berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia (Tjan, Lintong, Supit, 2013).

Gangguan pendengaran adalah kondisi kronis yang paling umum ketiga di negara Amerika Serikat dan merupakan nomor satu dalam gangguan komunikasi dari usia antara 25-40% dari penduduk berusia 65 tahun atau lebih tua, dan tuna rungu (19,20). Prevalensi presbikus meningkat seiring bertambahnya usia, mulai dari 40% sampai 60% pada lansia berusia 75 tahun dan lebih dari 80% pada


(16)

pasien berusia 85 tahun. Prevalensi gangguan pada lansia: arthritis (46%), hipertensi (38%), gangguan pendengaran (28%), kelainan jantung (28%), sinusitis kronis (18%), penurunan visus (14%), gangguan pada tulang (13%) (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Orang berusia lanjut kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan organ organ basal yang mengakibatkan matinya rumah siput di dalam telinga. Menurut pengalaman, pria cenderung lebih banyak kehilangan pendengaran pada masa tuanya dibandingkan wanita (Maryam et al, 2008).

Apabila ketergantungan pada lansia tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan beberapa akibat seperti gangguan sistem tubuh, timbulnya penyakit, menurunnya aktivitas kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu bereaksi yang lambat, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, keadaan yang tidak stabil bila berjalan, gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran (Maryam et al, 2008).

Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan indekz Barthel. Kuesioner aktivitas kehidupan sehari-hari indeks Barthel merupakan instrumen ukur yang andal dan shahih serta dapat digunakan untuk mengukur status fungsional dasar usia lanjut (Agung, 2006). Indeks Barthel terdiri dari sepuluh aktivitas yaitu meliputi pengendalian rangsang BAB, BAK, membersihkan diri (sikat gigi, memasang gigi palsu, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan jamban/toilet, masuk dan keluar WC


(17)

(melepas, memakai celana, membersihkan/menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, memakai baju, naik turun tangga dan mandi.

Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Napitulu (2010) tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong kategori tingkat ketergantungan sedang (56,2%), hal ini dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan, penggunaan alat bantu, dan lama menderita penyakit.

Dari hasil yang diperoleh peneliti pada 27 Mei 2013, yaitu berdasarkan data dari Kantor Kepala Desa Sriwijaya di dapatkan data populasi penduduk sebesar 2327 orang, dengan penduduk laki-laki 1104 orang dan penduduk perempuan 1223 orang, warga lansia dengan klasifikasi usia antara 60-90 tahun berjumlah 149 orang dengan perbandingan jumlah laki-laki sebanyak 66 orang dan perempuan 83 orang, dan belum pernah dilakukan pemeriksaan terkait gangguan pendengaran pada lansia di desa tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia Di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Propinsi Aceh Tahun 2013.

1.2Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Pada Lansia Di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Propinsi Aceh Tahun 2013.


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Propinsi Aceh Tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Tempat penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang gambaran aktifitas sehari-hari dan gangguan pendengaran pada lansia sehingga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi lansia maupun keluarga untuk lebih memperhatikan aktivitas sehari-hari dan gangguan pendengaran guna meningkatkan kualitas hidup lansia.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi yang berkaitan dengan Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di Instansi pendidikan tentang Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang.

1.4.3 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan, melatih dan mengembangkan pengetahuan secara objektif, serta dapat mengklasifikasikan ilmu yang dipelajari di bangku pendidikan.


(19)

1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia

2.1.1 Defenisi lanjut usia

Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. WHO (World Health Organization) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Secara umum perubahan fisik pada masa lanjut usia adalah menurunnya fungsi pancaindra, minat dan fungsi organ seksual dan kemampuan motorik (Pieter, 2010).

Menurut UU RI No.4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia 55 tahun keatas. Sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka perencanaan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh presiden RI, batas usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih (Fatimah, 2010).

Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial, serta perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap


(21)

dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 19 ayat 1 dalam Fatimah, 2010).

2.1.2 Proses Menua

Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat menurunnya. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak,et al, 2011).

Macam-macam penuaan berdasarkan perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial dalam Fatimah (2010):

a. Penuaan biologik

Merujuk pada perubahan struktur dan fungsi yang terjadi sepanjang kehidupan.

b. Penuaan fungsional

Merujuk pada kapasitas individual mengenai fungsinya dalam masyarakat, dibandingkan dengan orang lain yang sebaya.


(22)

c. Penuaan psikologik

Perubahan prilaku, perubahan dalam persepsi diri, dan reaksinya terhadap perubahan biologis.

d. Penuaan sosiologik

Merujuk pada peran dan kebiasaan sosial individu di masyarakat. e. Penuaan spiritual

Merujuk pada perubahan diri dan persepsi diri, cara berhubungan dengan orang lain atau menempatkan diri di dunia dan pandangan dunia terhadap dirinya.

2.1.3 Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut WHO (World Health Organization) kategori lanjut usia meliputi: - Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun.

- Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun. - Usia tua (old) : 75-90 tahun.

- Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).

2. Kebutuhan dan masalah yang yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.


(23)

2.1.4 Perubahan-Perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan

Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya adalah sebagai-berikut: a. Perubahan Kondisi Fisik

Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan, pendengaran, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan itegumen. Pada sistem pendengaran, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis, penumpukan serumen, sehingga mengeras karena meningkatnya keratin, perubahan degeneratf osikel, bertambahnya persepsi nada tinggi, berkurangnya ‘pitch’ diserimination, sehingga terjadi gangguan pendengaran derta tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan (Mubarak,et al 2011).

b. Perubahan Kondisi Mental

Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali hubungannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi mental diantaranya:

1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa; 2. Kesehatan umum;

3. Tingkat pendidikan; 4. Keturunan;


(24)

5. Lingkungan;

6. Gangguan saraf panca indra;

7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan;

8. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga;

9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan konsep diri;

(Mubarak,et al 2011). c. Perubahan Psikososial

Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja, mendadak dihadapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, maka ia akan mempersiapkan diri dengan menciptakan berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Namun, bagi banyak pekerja, pensiun berarti terputus dengan lingkungan, teman-teman yang akrab, dan disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah atau bermain domino di klub pria lanjut usia (Mubarak,et al 2011).


(25)

2.2 Gangguan Pendengaran

2.2.1 Defenisi Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran pada lansia adalah gangguan yang terjadi secara perlahan-lahan akibat proses penuaan yang dikenal dengan istilah presbikusis. Presbikusis merupakan akibat dari proses degeneratif pada satu atau beberapa bagian koklea (striae vaskularis, sel rambut, dan membran basilaris) maupun serabut saraf auditori, presbikusis ini juga merupakan hasil interaksi antara faktor genetik individu dengan faktor eksternal, seperti pajanan suara berisik terus-menerus, obat ototoksik, dan penyakit sistemik (Maryam,et al 2008).

2.2.2 Anatomi Telinga dan Perubahannya

Telinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrum terbagi dalam tiga bagian yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga berisi reseptor-reseptor yang menghantarkan gelombang suara ke dalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang berespon pada gerakan kepala. Perubahan pada telinga luar sehubungan dengan proses penuaan adalah kulit telinga berkurang elastisitasnya. Daerah lobus yang tidak disokong oleh kartilago mengalami pengeriputan, saluran auditorius menjadi dangkal akibat lipatan ke dalam. Perubahan atrofi telinga tengah, khususnya membran timpani karena proses penuaan tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran. Perubahan yang tampak pada telinga dalam adalah koklea yang berisi organ corti sebagai unit fungsional pendengaran mengalami penurunan sehingga mengakibatkan presbikusis (Maryam,et al 2008).


(26)

2.2.3 Jenis-jenis Gangguan Pendengaran pada Lansia

Presbikusis juga dikenal sebagai kehilangan pendengaran neurosensori yang ditandai dengan disfungsi unsur sensorik telinga simetris (sel-sel rambut) atau struktur telinga (serat saraf koklear). Lebih kurang 40% dari populasi lansia mengalami gangguan pendengaran (presbikusis), biasanya lebih berat pada pria (Maryam,et al 2008).

Gangguan pendengaran pada lansia dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli (tuli lansia). Bentuk ketulian yang selama ini dikenal adalah :

1. Tuli sensori, yaitu tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf dimana kehilangan pendengaran sehubungan dengan kerusakan organ akhir untuk pendengaran dan atau nervus kranialis VIII (kerusakan kokhlea/ saraf vestibulokokhlear).

2. Tuli konduktif, yaitu tuli yang terjadi akibat gangguan hantaran suara: telinga luar, telinga tengah, dimana kehilangan pendengaran sehubungan dengan transmisi bunyi yang efektif ke telinga dalam terputus oleh sumbatan atau proses penyakit (impaksi serumen, otitis media, otosklerosis/ pembentukan tulang baru) .

Pada klien lansia dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan adalah media visual. Klien lansia menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan perawat/orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien lansia ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan agar


(27)

sikap dan gerakan perawat dapat ditangkap oleh indera visualnya (Nugroho, 2010).

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendengaran

Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi insiden kehilangan pendengaran sensorineural meningkat seiring pertambahan usia. Faktor yang mempengaruhi pendengaran adalah terpajan suara bising, diet tinggi kolesterol, hipertensi, faktor-faktor metabolik, dan hereditas. Tanda dan gejala adalah sulit memahami orang yang berbicara dengan suara bernada tinggi, sulit mendengar di percakapan kelompok dan tempat yang banyak suara latar yang bising, sulit membedakan bunyi “s” dan “th. Presbikusis ditambah dengan situasi ketika percakapan yang berlangsung kurang mendukung dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan komunikasi (Fatimah, 2010).


(28)

2.2.5 Tingkat/derajat Gangguan Pendengaran Menurut WHO

No. Derajat/Tingkat Gangguan

Nilai Audiometri ISO (rata-rata dari 500, 1000, 2000, 4000 Hz)

Gambaran Kerusakan

1. 0 (Tidak ada gangguan)

10-25 Db Tidak ada atau sangat sedikit gangguan pendengaran. Masih dapat mendengar suara bisikan.

2. 1 (Gangguan sedikit)

26-40 dB Dapat mendengar dan

mengulangi kata percakapan suara normal jarak 1 meter. 3. 2 (Gangguan

sedang)

41-60 dB Dapat mendengar dan

mengulangi kata dengan menggunakan nada tinggi jarak 1 meter.

4. 3 (Gangguan berat)

61-80 dB Dapat mendengar beberapa kata dengan diteriaki ke telinga yang baik.

5. 4 ( Gangguan sangat berat)

81 dB atau lebih besar

Tidak dapat mendengar dan mengerti walaupun sudah diteriaki dengan nada tinggi.


(29)

2.2.6 Uji Pendengaran Pada Lansia

a. Uji Rinne

Untuk membandingkan hantaran/konduksi suara melalui hantaran tulang pendengaran dengan hantaran udara. Pemeriksaan ini dilakukan di dalam ruangan yang tenang dan tidak bising. Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu peneliti akan menjelaskan prosedur, tujuan, dan manfaat pemeriksaan kepada pasien.

Cara pemeriksaan: garpu penala digetarkan, kemudian dasar penala diletakkan pada prosesus mastoideus telinga yang akan diperiksa, jika op tidak mendengar bunyi lagi, penala dipindahkan ke depan liang telinga ± 2,5 cm dari liang telinga.

Pada orang normal, konduksi udara berlangsung lebih lama dari konduksi tulang.

Bila ada gangguan konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara, “begitu konduksi tulang menghilang, pasien tidak mampu lagi mendengar mekanisme konduksi yang biasa”.

Bila ada gangguan sensori, suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.

b. Uji Weber

Untuk mengetahui aliran udara melalui tulang, serta membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan dengan cara meletakkan garpu tala yang sudah dibunyikan pada bagian tengah dahi pasien.


(30)

Pemeriksaan dilakukan di dalam ruangan yang tenang, nyaman, dan tidak bising. Setelah peneliti menjelaskan tentang pemeriksaan, manfaat, dan tujuannya, peneliti langsung memulai tindakan.

Cara pemeriksaan: garpu penala digetarkan dan ditaruh di verteks, kemudian dibandingkan pendengaran telinga kanan dan kiri. Pasien diminta mendengarkan dan menentukan pada telinga mana terdengar bunyi yang lebih keras.

Pada orang normal pendengaran telinga kanan dan kiri sama/seimbang (tidak ada lateralisasi).

Bila ada gangguan konduksi, tejadi lateralisasi kearah telinga yang sakit. Bila ada gangguan sensori, terjadi lateralisasi ke telinga yang sehat.

Hasil dinyatakan sebagai lateralisasi ke kanan/ke kiri atau lateralisasi negatif (-).

c. Uji Schwabach

Untuk mengetahui hantaran melalui tulang, dengan membandingkan antara pendengaran orang sakit/pasien dan pendengaran pemeriksa yang pendengarannya normal.

Cara pemeriksaan: garpu penala digetarkan, kemudian ditempelkan pada tulang mastoid penderita. Bila penderita sudah tidak mendengar lagi, garputala tersebut segera dipindahkan ke mastoid pemeriksa.

Hasil pemeriksaan schwabach dinyatakan normal apabila hantaran tulang telinga penderita sama dengan hantaran tulang pemeriksa.


(31)

Bila pemeriksa masih mendengar, maka penderita mengalami tuli sensori (memendek).

Bila hantaran tulang telinga penderita lebih besar dari hantaran telinga pemeriksa, maka penderita mengalami tuli konduktif (memanjang).

2.3 Aktivitas Hidup Sehari-hari (ADL)

2.3.1 Defenisi Aktivitas Hidup Sehari-hari

Aktivitas hidup sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. Aktifitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian, makan, atau melakukan mobilisasi (Luekenotte, 2000). Seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduruan kemampuan dalam beraktifitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari tersebut (Stanley, 2006).

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktifitas Sehari-hari pada Lansia

Kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari pada lansia di pengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Potter, 2005):

a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri 1) Umur

Menurut Potter dan Perry (2005) Kemampuan aktifitas sehari-hari pada lanjut usia dipengaruhi dengan umur lanjut usia itu sendiri. Umur seseorang menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana seseorang bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Pada


(32)

kelompok umur diatas 85 tahun lebih banyak membutuhkan bantuan pada satu atau lebih Aktivitas sehari - hari dasar.

2) Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai contoh sistem nervous menggumpulkan dan menghantarkan, dan mengelola informasi dari lingkungan. Sistem muskuluskoletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga seseorang dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan.

3) Fungsi kognitif

Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Keliat,1995). Tingkat fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Fungi kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpestasikan sensor stimulus untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif yang meliputi perhatian memori, dan kecerdasan. Gangguan pada aspek-aspek dari fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari.

4) Fungsi psikologis

Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang


(33)

realistik. Proses ini meliputi interaksi yang komplek antara perilaku interpersonal dan interpersonal. Kebutuhan psikologis berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang. Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengan kehidupanya, sehingga kebutuhan psikologi harus terpenuhi agar kehidupan emosionalnya menjadi stabil (Tamher, 2009).

5) Tingkat stres

Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Stres dapat mempunyai efek negatif atau positif pada kemampuan seseorang memenuhi aktifitas sehari-hari.

b. Faktor-faktor dari Luar meliputi : 1) Lingkungan Keluarga

Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia yang rentan masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, kesehatan maupun psikologis, oleh karenanya agar lansia tetap sehat, sejahtera dan bermanfaat, perlu didukung oleh lingkungan yang konduktif seperti keluarga. Budaya tiga generasi (orang tua, anak dan cucu) di bawah satu atap makin sulit dipertahankan, karena


(34)

ukuran rumah di daerah perkotaan yang sempit, sehingga kurang memungkinkan para lanjut usia tinggal bersama anak (Leuckenotte, 2000).

Sifat dari perubahan sosial yang mengikuti kehilangan orang yang dicintai tergantung pada jenis hubungan dan definisi peran sosial dalam suatu hubungan keluarga. Selain rasa sakit psikologi mendalam, seseorang yang berduka harus sering belajar keterampilan dan peran baru untuk mengelola tugas hidup yang baru, dengan perubahan sosial ini terjadi pada saat penarikan, kurangnya minat kegiatan, tindakan yang sangat sulit. Sosialisasi dan pola interaksi juga berubah. Tetapi bagi orang lain yang memiliki dukungan keluarga yang kuat dan mapan, pola interaksi independent maka proses perasaan kehilangan atau kesepian akan terjadi lebih cepat, sehingga seseorang tersebut lebih mudah untuk mengurangi rasa kehilangan dan kesepian (Lueckenotte, 2000).

2) Lingkungan Tempat Kerja

Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka bekerja, karena setiap kali seseorang bekerja maka ia memasuki situasi lingkungan tempat yang ia kerjakan. Tempat yang nyaman akan membawa seseorang mendorong untuk bekerja dengan senang dan giat (Leuckenotte, 2000).

3) Ritme Biologi

Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya (Leuckenotte, 2000).


(35)

2.3.3 Macam-macam Aktifitas Hidup Sehari-hari pada Lansia

Indeks Barthel adalah suatu alat yang cukup sederhana untuk menilai perawatan diri, dan mengukur harian seseorang berfungsi secara khusus dalam aktivitas sehari-hari dan mobilitas (Leuckenotte, 2000).

Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan indekz Barthel. Menurut penelitian Agung (2006) Aktivitas Hidup Sehari-hari Barthel merupakan instrumen ukur yang andal dan shahih serta dapat digunakan untuk mengukur status fungsional dasar usia lanjut di Indonesia.

Berdasarkan Indeks Aktivitas Hidup Sehari-hari (Activity Daily Living) Barthel, tingkat ketergantungan klien terdiri dari mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat, dan ketergantungan total. Indeks Barthel terdiri dari sepuluh aktivitas yaitu meliputi pengendalian rangsang BAB, BAK, membersihkan diri (sikat gigi, memasang gigi palsu, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan jamban/toilet, masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, memakai baju, naik turun tangga dan mandi. Penilaian indeks Barthel berdasarkan pada pengamatan, wawancara penilai terhadap aktivitas yang benar-benar dikerjakan oleh responden. Kemudian nilai dari setiap item akan di jumlahkan untuk mendapatkan skor total dengan skor maksimum adalah 20.


(36)

Tabel.2.3.3 Instrumen Pengkajian Aktivitas Hidup Sehari-hari dengan

Indeks Barthel

No Aktivitas Kemampuan Skor

1 Mengendalikan rangsang buang air besar (BAK)

Tidak terkendali / tidak teratur Kadang kala tidak terkendali Terkendali teratur

0 1 2 2 Mengendalikan rangsang

buang air kecil (BAK)

Tidak terkendali

Kadang kala tidak terkendali Terkendali teratur

0 1 2 3 Membersihkan diri ( sikat

gigi, memasang gigi palsu, sisir rambut, bercukur, cuci muka)

Membutuhkan bantuan orang lain Mandiri

0 1

4 Penggunaan jamban/toilet, masuk &keluar wc (melepas, memakai celana, membersihkan/menyeka, menyiram)

Tergantung pertolongan orang lain Perlu bantuan pada beberapa aktivitas

Mandiri

0 1 2

5 Makan Tidak mampu

Perlu dibantu memotong makanan Mandiri

0 1 2 6 Berpindah posisi dari

tempat tidur ke kursi dan sebaliknya

Tidak mampu

Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk

Perlu sedikit bantuan saja Mandiri

0 1 2 3 7 Mobilitas/berjalan Tidak mampu (imobil)

Bisa pindah/mobilitas dengan kursi roda

Berjalan dengan bantuan 1 orang Mandiri

0 1 2 3 8 Memakai baju/berpakaian Tergantung bantuan orang lain

Sebagian dibantu orang lain (misal mengancing baju, resleting)

Mandiri

0 1 2 9 Naik turun tangga Tidak mampu

Butuh bantuan orang lain Mandiri

0 1 2

10 Mandi Tergantung orang lain

Mandiri

0 1

Skor total = 20


(37)

Nilai Aktivitas Hidup Sehari-hari = 20 : Mandiri

12– 19 : Ketergantungan Ringan 9– 11 : Ketergantungan Sedang 5– 8 : Ketergantungan Berat 0– 4 : Ketergantungan Total


(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini bertujuan untuk melihat gambaran aktifitas hidup sehari-hari dan gangguan pendengaran pada lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang. Adapun kerangka konsep untuk penelitian gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan pendengaran adalah:

Skema 3.1 Kerangka Penelitian Gambaran Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

dan Gangguan Pendengaran pada Lansia

Tingkat Kemampuan: 1. Mandiri 2. Ketergantungan Ringan 3. Ketergantungan Sedang 4. Ketergantungan Berat 5. Ketergantungan Total Aktivitas Indeks Barthel: 1. Pengendalian BAB 2. Pengendalian BAK 3. Membersihk an diri 4. Penggunaan jamban/toilet 5. Makan 6. Berpindah posisi 7. Mobilitas/ber jalan 8. Berpakaian 9. Naik turun

tangga 10.Mandi Pendengaran Lansia: 1. Normal 2. Gangguan Pendengaran


(39)

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Variable Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Pendengaran Lansia Gangguan pendengaran pada lansia adalah gangguan yang terjadi secara perlahan-lahan akibat proses penuaan Pemeriksaan Garputala a. Rinne Uji untuk membandingk an hantaran tulang dengan hantaran udara pada telinga yang diperiksa. b. Weber Uji untuk mengetahui hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. c. Schwabach Uji untuk membandingk an hantaran tulang telinga orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarann ya normal. 1. Normal 2. Ganggua n Pendeng aran (hantaran udara<ha ntaran tulang)) (lateralis asi ke telinga yang sakit) (hantara n telinga penderit a tidak sama dengan pemerik sa) Ordinal Aktivitas Hidup Sehari-hari Lansia Aktivitas hidup sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap hari, aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau

usaha keras. Kuisioner

Indeks Barthel yang terdiri dari 10 pertanyaan 1. Mandiri (20) 2. Ketergan tungan Ringan (12-19) 3. Ketergan tungan Sedang (9-11) Ordinal


(40)

Menurut Barthel aktifitas sehari-hari meliputi:

pengendalian

rangsang BAB, BAK,

membersihkan diri

(sikat gigi, memasang gigi palsu, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan jamban/toilet,

masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/men yeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya,

mobilitas/berjalan, memakai baju, naik turun tangga dan mandi.

4. Ketergan tungan Berat (5-8) 5. Ketergan

tungan Total


(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat Deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di Desa Sriwijaya.

4.2Populasi Dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan lansia yang tinggal di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Propinsi Aceh yang berjumlah 149 orang, dari Data Kantor Kepala Desa Sriwijaya Mei 2013.

4.2.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada rumusan Arikunto, yaitu jika jumlah subjek lebih dari 100 orang maka jumlah sampel dapat diambil ± 25-30% dari jumlah subjek (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini diambil sampel sebesar 30% dari jumlah seluruh populasi yaitu sebesar 45 orang.

4.3Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karaktristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008).


(42)

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: a. Lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas. b. Bersedia menjadi responden penelitian.

4.4Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Propinsi Aceh Tahun 2013 yang telah dilakukan pada bulan Juli 2013 - Januari 2014.

4.5Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti mendapat izin dari Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan rekomendasi dari Kepala Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang. Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menyerahkan lembar persetujuan (informed consent) kepada responden yang memenuhi kriteria sampel, kemudian peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian. Jika responden merasa siap dan setuju maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak dan tidak menerima untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati keputusan dari responden tersebut. Kerahasiaan informasi responden akan dijaga oleh peneliti dengan tidak mencantumkan nama lengkap, tetapi hanya mancantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing lembar pengumpulan data.

4.6Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian. Bagian I merupakan data demografi berupa identitas dari


(43)

responden yang meliputi: kode responden, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, penggunaan alat bantu pendengaran. Bagian II terdiri dari lembar observasi tes pendengaran dengan pemeriksaan garputala meliputi uji rinne, uji weber, dan uji schwabach. Bagian III merupakan kuesioner aktivitas sehari-hari Indeks Barthel yang terdiri dari 10 pertanyaan meliputi pengendalian rangsang BAB, BAK, membersihkan diri (sikat gigi, memasang gigi palsu, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan jamban/toilet masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, berpakaian, naik turun tangga dan mandi.

4.7Validitas dan Reliabilitas Penelitian

Kuesioner ini diadopsi langsung dari indeks Barthel. Indeks Barthel merupakan instrumen/alat ukur yang andal dan sahih serta dapat digunakan untuk mengukur status fungsional dasar usia lanjut di Indonesia karena kuesioner ini telah diuji validitas dan reliabilitas oleh Agung (2006), dengan uji Spearman correlation coefficient dengan nilai (p<0,01) dan dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dengan hasil reliabilitas 0,938.

4.8Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan wawancara terstruktur berupa kuesioner yang dapat menggambarkan tingkat kemampuan aktifitas sehari-hari pada lansia. Prosedur pengambilan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin ke bagian Pendidikan Fakultas Keperawatan, kemudian surat izin tersebut dilanjutkan ke Kantor Kepala


(44)

Desa Sriwijaya. Setelah mendapatkan izin penelitian peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Peneliti mengumpulkan data dengan menemui responden dari rumah ke rumah. Pengumpulan data telah dilaksanakan pada bulan Juli s/d Desember. Dalam pengumpulan data ini peneliti memberikan kuesioner hanya pada responden yang memenuhi kriteria sampel. Setelah menemukan calon responden pertama-tama peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuesioner. Kemudian peneliti meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani Informed Concent. Setelah mendapatkan persetujuan responden, pengumpulan data dimulai. Sebelum mengisi kuesioner peneliti melakukan pemeriksaan pendengaran didalam rumah (tempat yang cukup tenang). Dalam pengumpulan data ini observasi dilakukan menggunakan garputala, dengan uji rinne, uji weber dan uji schwabach.

Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti membaca kuesioner dan responden menjawab pertanyaan. Jawaban yang diberikan oleh responden juga disesuaikan peneliti dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada saat pengisian kuesioner berlangsung. Data yang telah terkumpul dianalisa dan dikategorikan kedalam kategori mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat, dan ketergantungan total.

Observasi untuk pengisian kuesioner berlangsung selama ± 20 menit untuk 1 orang lansia yang menjadi responden.


(45)

4.9Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama editing yaitu mengecek nama, kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Coding yaitu memberi kode atau angka tertentu untuk mempermudah waktu melakukan tabulasi dan analisa data. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dengan program SPSS 16,0. Selanjutnya tabulating, yaitu data yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk mendeskripsikan tingkat Aktivitas sehari-hari dan gangguan pendengaran pada lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencakup karakteristik demografi responden setelah dilakukan pengumpulan data terhadap 45 orang lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang.

5.1.1 Gambaran Karakteristik Demografi Responden

Tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 30 orang (66,7%), berdasarkan karakteristik usia mayoritas responden berada pada kelompok usia 60-74 tahun sebanyak 38 orang (84,4%), dan minoritas responden berada pada kelompok usia 75-90 tahun sebanyak 7 orang (15,6%), berdasarkan tingkat pendidikan terakhir menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu 24 orang (53,3%), dan sebagian responden lain yang tidak sekolah yaitu 21 orang (46,7%), bedasarkan jenis pekerjaan sebagian besar responden dengan pekerjaan sebelumnya sabagai Wiraswasta sebanyak 19 orang (42,2%), dan yang paling sedikit responden bekerja sebagai PNS yaitu 7 orang (15,6%). Berdasarkan pemakaian alat bantu pendengaran didapatkan bahwa semua responden di Desa Sriwijaya tidak menggunakan alat bantu pendengaran sejumlah 45 orang (100%).


(47)

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik Demografi Frekuensi(n) Persentase(%)

Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan Usia: 60-74 tahun 75-90 tahun >90 tahun Pendidikan Terakhir: Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan Sebelumnya: PNS Wiraswasta Petani Lainnya

Alat Bantu Pendengaran: Ya Tidak 15 30 38 7 0 21 24 0 0 0 7 19 11 8 0 45 33,3 66,7 84,4 15,6 0 46,7 53,3 0 0 0 15,6 42,2 24,4 17,8 0 100

5.1.2 Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia Tabel 5.1.2 menunjukkan bahwa responden yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak (66,7%).

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gangguan Pendengaran

Lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang

Frekuensi(n) Persentase(5%)

Normal Gangguan Pendengaran 15 30 33,3 66,7

Tabel 5.1.3 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang berada di Desa Sriwijaya mayoritas dapat mengendalikan BAB secara teratur (80,0%), mayoritas dapat mengendalikan BAK secara teratur (73,3%), lansia membersihkan diri secara mandiri (88,9%), lansia menggunakan jamban/toilet


(48)

masuk keluar WC secara mandiri (60,0%), lansia makan secara mandiri (80,0%), lansia mandiri dalam berpindah posisi (62,2%), mandiri dalam mobilisasi/berjalan (55,6%), mandiri dalam memakai baju/berpakaian (71,1%), mandiri dalam naik turun tangga (46,7%), dan lansia yang mandi secara mandiri (82,2%).

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Aktivitas Hidup

Sehari-hari

Pertanyaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Pengendalian Rangsang BAB: Tidak terkendali

Kadang tidak terkendali (1x seminggu) Terkendali teratur

Pengendalian Rangsang BAK: Tidak terkendali

Kadang tidak terkendali (1x 24jam) Terkendali teratur

Membersihkan Diri:

Membutuhkan bantuan orang lain Mandiri

Penggunaan Jamban/Toilet, Masuk Keluar WC: Tergantung pertolongan orang lain

Perlu bantuan pada beberapa aktivitas Mandiri

Makan: Tidak mampu

Perlu dibantu memotong makanan Mandiri

Berpindah Posisi: Tidak mampu

Perlu banyak bantuan (2 orang/lebih) Perlu sedikit bantuan saja (1 orang) Mandiri

Mobilisasi/Berjalan: Tidak mampu (imobil)

Bisa pindah/mobilitas dengan kursi roda Berjalan dengan bantuan 1 orang Mandiri

Memakai Baju/Berpakaian: Tergantung bantuan orang lain Sebagian dibantu orang lain Mandiri

Naik Turun Tangga: Tidak mampu

Butuh bantuan orang lain Mandiri

Mandi:

Tergantung orang lain Mandiri 1 8 36 - 12 33 5 40 16 12 27 1 8 36 1 4 12 28 4 3 13 25 5 8 32 10 14 21 8 37 2,2 17,8 80,0 - 26,7 73,3 11,1 88,9 13,3 26,7 60,0 2,2 17,8 80,0 2,2 8,9 26,7 62,2 8,9 6,7 28,8 55,6 11,1 17,8 71,1 22,2 31,1 46,7 17,8 82,2


(49)

Tabel 5.1.4 menunjukkan bahwa lansia memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Dari hasil penelitian responden mayoritas berada pada kelompok mandiri sebanyak 19 orang (42,2%) dan responden dengan ketergantungan total hanya 2 orang (4,4%).

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kemampuan

Aktivitas Hidup Sehari-hariLansia

Tingkat Ketergantungan Frekuensi (n) Persentase (%)

Mandiri

Ketergantungan Ringan Ketergantungan Sedang Ketergantungan Berat Ketergantungan Total

19 18 3 3 2

42,2 40,0 6,7 6,7 4,4

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 45 responden lansia yang berada di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang yaitu responden lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang (66,7%). Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar penduduk lansia adalah perempuan, sesuai dengan Susenas Tahun 2012 data dari Badan Pusat Statistik RI jumlah penduduk lansia perempuan 8,2% dan lansia laki-laki yang hanya 6,9%. Panjangnya angka harapan hidup penduduk lanjut usia perempuan ini sesuai dengan angka harapan hidup waktu lahir untuk perempuan yang lebih tinggi dari laki-laki. Hal ini juga sesuai dengan usia harapan hidup lansia perempuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup lansia laki-laki, yaitu 71,74


(50)

tahun untuk usia harapan hidup perempuan dan 67,51 tahun untuk usia harapan hidup laki-laki (BPS, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok lanjut usia di Desa Sriwijaya mayoritas berada dalam rentang usia 60-74 tahun sebanyak 38 orang (84,4%). Hal ini sebanding dengan Susenas (2012) data dari Badan Pusat Statistik RI dimana lansia berusia 60 tahun keatas telah mencapai 7% dari keseluruhan penduduk. Keadaan ini berkaitan dengan adanya perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial masyarakat yang meningkat, dan menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan.

Berdasarkan penelitian, umumnya responden di Desa Sriwijaya memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, yaitu terlihat dari lansia yang hanya berpendidikan SD sebesar 24 orang (53,3%) dan tidak sekolah sebanyak 21 orang (46,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian Setyoadi et al (2011) yang mengatakan bahwa pada penelitiannya jumlah lansia yang berpendidikan SD lebih tinggi dibandingkan lansia yang tidak sekolah yaitu sebesar 39%. Penelitian yang dilakukan oleh Najiyatul et al (2012) di UPT PSLU Pasuruan juga mengatakan bahwa lansia yang berpendidikan SD lebih besar yaitu 61%. Dari beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden sebelumnya memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 18 orang (42,2%). Hasil ini sesuai berdasarkan dengan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)


(51)

tahun 2011, bahwa hampir separuh (45,41%) lansia di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja, dan kegiatan lainnya sekitar 24,4%.

Hasil penelitian ini menunjukkan lansia yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 30 orang (66,7%). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Kamso (1994), yang menemukan 77,3% lansia dengan penurunan pendengaran. Gangguan pendengaran yang dialami lansia dapat menyebabkan dampak terhadap psikososial dan gangguan komunikasi serta adanya penurunan kualitas hidup.

Pada tingkat kemampuan aktivitas hidup sehari-hari lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang mayoritas responden dikategorikan mandiri sebanyak 18 orang (40%). Umumnya responden dapat mengontrol BAB secara teratur sebanyak 36 orang (80%), 33 orang (73,3%) responden dapat mengontrol BAK secara teratur, 40 orang (88,9%) responden dapat mandiri dalam membersihkan diri, 27 orang (60,0%) responden dapat mandiri dalam penggunaan toilet, 36 orang (80,0%) responden mandiri dalam kemampuan untuk makan, 28 orang (62,2%) responden mandiri dalam kemampuan berpindah posisi, 25 orang (55,6%) responden mampu mandiri dalam melakukan mobilisasi/berjalan, 32 orang (71,1%) responden mandiri dalam kemampuan berpakaian, 21 orang (46,7 %) responden masih mampu mandiri dalam kemampuan naik turun tangga, dan 37 orang (82,2%) mayoritas responden mampu mandiri dalam kemampuan untuk mandi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rahmayanti (2011) yang menunjukkan bahwa lansia sebagian besar lansia masih dapat melakukan transfer secara mandiri (82,8%), dan lansia mampu membersihkan diri secara mandiri


(52)

(64,1%). Hasil penelitian Ediawati (2012) juga menunjukkan bahwa mayoritas responden lansia dapat mandiri dalam melakukan aktivitas seperti mandi (96,5%), lansia mandiri dalam berpakaian (95,8%), lansia mandiri dalam mengontrol BAB/BAK (96,5%), lansia mandiri dalam penggunaan toilet (96,5%), lansia mandiri dalam hal makan (100%), dan lansia mampu mandiri dalam berpindah tempat/berjalan (95,1%).

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa mayoritas lansia yang menjadi responden masih dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari mereka dengan mandiri (42,2%) atau hanya sebagian kecil aktivitas yang membutuhkan bantuan orang lain (40%). Hasil penelitian ini sebanding dari hasil penelitian sebelumnya oleh Napitulu (2010) tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong ketergantungan ringan 56,2%. Hasil penelitian ini juga sebanding dengan hasil penelitian yang di peroleh Agung (2006) yaitu dengan jumlah 85% lansia tergolong kedalam tingkat mandiri dan ketergantungan ringan untuk kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia yang mengalami gangguan pendengaran sebagian besar ketergantungan ringan sebanyak (36,8%) . Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Djamin (2010) yang menyatakan bahwa kualitas hidup lansia dengan gangguan pendengaran paling banyak adalah mengalami gangguan ringan sampai sedang (49,2%).

Djamin (2010) juga menyatakan bahwa lansia dengan gangguan pendengaran yang tidak mengalami gangguan kualitas hidup sehari-hari sebanyak


(53)

(14,75%), hal ini dibuktikan dari hasil penelitian meliputi aktivitas sehari-hari responden yaitu masih terdapatnya lansia yang mengalami ketergantungan berat dan ketergantungan total pada aktivitas sehari-hari sebanyak (16,6%).

Kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah gangguan pendengaran. Keadaan ini berhubungan dengan penurunan fungsi biologis dan fisik pada lansia. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan, yang dapat dilihat dari beberapa perubahan, perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka (Djamin, 2010).


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang dari 45 responden, peneliti akan menguraikan hasil kesimpulan dan saran sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa mayoritas lansia adalah wanita (66,7%), mayoritas lansia berusia 60-74 tahun (84,4%), lansia memiliki jenjang pendidikan SD (53,3%), mayoritas pekerjaan lansia yaitu wiraswasta (42,2%), dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran (100%).

Gambaran gangguan pendengaran lansia dari hasil pemeriksaan garputala terdapat (66,7%) lansia yang mengalami gangguan pendengaran. Gambaran tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari tergolong dalam kategori mandiri (42,2%) dan ketergantungan ringan (40,0%), aktivitas dengan persentase tertinggi adalah membersihkan diri (88,9%).

6.2 Saran

6.2.1 Tempat Penelitian

Agar tetap memperhatikan status kesehatan lansia di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang sehingga lansia bisa tetap sehat dan mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.


(55)

6.2.2 Bidang Pendidikan

Untuk dapat memberikan informasi sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan lansia dalam mempertahankan kesehatannya.

6.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dapat meneliti tentang gambaran aktivitas hidup sehari-hari (Instrumental Activity Daily Living) pada lansia yang mengalami gangguan pendengaran.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Agung,I.(2006). Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily Living Barthel Untuk Mengukur Status Fungsional Dasar pada Usia Lanjut

di RSCM. Diambil tanggal 31 Mei 2013 dari

http://www.eprints.lib.ui.ac.id

Arikunto,S.(2006). Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Jakarta: PT Azizah,L.M.(2011). Keperawatan Usia lanjut. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Sosial. (2012). Lansia. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Sosial. Jakarta.

Badan Pusat Statistik.(2010). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Darmojo,R.B & Hartono,H.H.(2000). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 2. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

Djamin,R. (2010). Kualitas Hidup Lansia dengan Gangguan Pendengaran. Dikutip tanggal 22 Desember 2013.

Ediawati,E. (2012). Gambaran Tingkat Kemampuan dalam Activyti of Daily Living (ADL) dan Resiko Jatuh pada Lansia di Panti Sosial Tresna Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Dikutip tanggal 01 Januari 2013. Fatimah.(2010). Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta: Trans Info Media.

Kamso,S.(1994). Penelitian Usia Lanjut di Kecamatan Pasarebo Jakarta Timur. Kerjasama Team Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan Dinas Kesehatan Daerah Khusua Ibukota Jakarta.

Leuckenotte,A.G.(2000). Pengkajian Gerontologi. Edisi 2. Jakarta:EGC

Maryam,et al.(2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Maryam,et al.(2011). Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta:TIM.

Maryam,et al.(2011). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak,et al.(2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika


(57)

Najiatul,F. et al. (2012). Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemandirian dalam Melakukan Activity Daily Living pada Lansia di UPT PSLU Pasuruan. Dikutip tanggal 02 Juni 2013.

Napitupulu,P.D.(2010). Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Johor Kecamatan Medan Johor. Medan. Dikutip tanggal 7 Mei 2013. http://www.repository.usu.ac.id Notoadmodjo,S.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. Nugroho,W.(2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta:EGC.

Nugroho,W.(2010). Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta:EGC.

Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

Pieter,H.Z & Lubis,N.M.(2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Edisi pertama. Jakarta:Kencana 2010

Potter & Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Volume 2. Jakarta:EGC.

Rahmayati. (2011). Kemampuan Fungsional Lansia di Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Dikutip tanggal 03 Januari 2014.

Survey Angkatan Kerja Nasional. (2011). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Semester 1,2013: Kementrian Kesehatan RI

Setyoadi, et al.(2011). Perbedaan Tingkat Kualitas Hidup Lansia di Komunitas dan Panti. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Stanley,M & Beare,P.G.(2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi2. Jakarta: EGC

Susenas.(2012). Badan Pusat Statistik dalam Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Semesrer 1, 2013

Tamher,S. & Noorkasiani.(2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tjan,Lintong,Supit.(2013). Efek Bising Elektronika Terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja di Kecamatan Sario Kota Manado Sulawesi Utara. Fak.Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.


(58)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia Di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Propinsi Aceh Tahun 2013

Peneliti : Beby Hermanti (NIM 121121118)

---

Saya yang bernama Beby Hermanti adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Ekstensi Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian, penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut dan agar tercapainya tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan pendengaran pada lansia. Saya selaku peneliti mengharapkan partisipasi saudara sebagai responden dalam penelitian ini. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas saudara sebagai responden dalam penelitian ini dan sebagai bukti shahih dalam penelitian.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Apabila saudara tidak menginginkan menjadi responden dalam penelitian saya, saudara berhak menolak dan tidak ikut serta dalam penelitian ini. Apabila saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian saya, maka saudara dipersilahkan menandatangani formulir di bawah ini.

Terimakasih atas partisipasi ibu/ bapak untuk penelitian ini.

Tanggal : No Kode Responden :


(59)

INSTRUMEN PENELITIAN

Kode :

Tanggal :

Petunjuk Umum Pengisian

1. Responden diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan uraian yang tertulis dilembar kuesioner ini. 2. Berilah tanda check list (√ ) pada tempat yang tersedia sesuai dengan

kondisi anda.

3. Jika pertanyaan kurang jelas atau kurang dimengerti silahkan tanyakan kepada peneliti.

Bagian 1. Kuesioner Data Demografi

Inisial responden : Umur :

1. Jenis kelamin ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 2. Pendidikan terakhir ( ) Tidak sekolah

( ) SD ( ) SMP

( ) SMA ( ) Perguruan tinggi

3. Pekerjaan sebelumnya ( ) PNS

( ) Wiraswasta

( ) Petani ( ) lainnya, sebutkan…...

4. Menggunakan alat bantu pendengaran ( ) Ya, ……….. ( ) Tidak


(60)

Bagian 2 : Observasi

Lembar Observasi Tes Pendengaran dengan Pemeriksaan Garputala.

No. Uji Rinne Kanan

Uji Rinne Kiri

Uji Weber Uji Schwabach Kanan

Uji Schwabach Kiri

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.


(61)

26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.


(62)

Bagian 3. Kuesioner tingkat Kemampuan Aktivitas sehari-hari

Berilah tanda chek list (√) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi anda !

No Aktivitas Kemampuan Check

list (√)

1 Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu

mengendalikan rangsang BAB?

Tidak terkendali/tidak teratur Kadang kala tidak terkendali (1 minggu)

Terkendali teratur

2 Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu

mengendalikan rangsang BAK?

Tidak terkendali atau menggunakan kateter

Kadangkala tidak terkendali (1x/24 jam)

Terkendali teratur 3 Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam

membersihkan diri (sikat gigi, memasang gigi palsu, sisir rambut, bercukur, cuci muka)?

Membutuhkan bantuan orang lain

Mandiri 4 Bagaiman kemampuan Bapak/Ibu dalam

penggunaan jamban, masuk dan WC (melepas, memakai celana, membersihkan/menyeka, menyiram)?

Tergantung pertolongan orang lain

Perlu bantuan pada beberapa aktivitas, tetapi aktivitas lain bisa dilakukan sendiri

Mandiri 5 Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu untuk

makan?

Tidak mampu

Perlu dibantu memotong makanan

Mandiri 6 Bagaimana lemampuan Bapak/Ibu dalam

berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan dari kursi ke tempat tidur?

Tidak mampu

Perlu banyak bantuan orang untuk bisa duduk (2 orang) Perlu sedikit bantuan saja (1 orang)

Mandiri 7 Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam

melakukan mobilitas (berjalan)?

Tidak mampu (imobil)

Bisa pindah atau mobilitas dengan kursi roda

Berjalan dengan bantuan 1 orang

Mandiri 8 Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam

mengenakan baju (berpakaian)?

Tergantung bantuan orang lain Sebagian dibantu orang lain


(63)

Mandiri 9 Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu naik dan

turun tangga?

Tidak mampu

Butuh bantuan orang lain Mandiri

10 Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu untuk mandi?

Tergantung orang lain Mandiri


(64)

PROSEDUR PEMERIKSAAN TES GARPUTALA PADA LANSIA

DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran perbandingan tuli konduktif dan tuli sensorineural pada telinga kanan dan kiri.

Sasaran : Lansia yang mengalami gangguan pendengaran di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013

Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan:

a. Lansia yang menjadi responden telah mendapatkan penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan

b. Lansia merasa nyaman, tidak tepaksa, dan terlindungi privasinya c. Pemeriksaan dilakukan diruangan yang tenang dan tidak rebut


(65)

PROSEDUR PEMERIKSAAN GARPUTALA

No Uji Rinne Uji Weber Uji Schwabach

1. Uji rinne adalah uji yang dilakukan untuk membandingkan hantaran tulang dan udara pada telinga yang diperiksa.

1. Garpu tala 512 Hz digetarkan lembut 2. Tempatkan garpu

tala yang bergetar di dasar tulang mastoid

3. Minta klien untuk memberitahu anda ketika suara tidak terdengar lagi

4. Catat interval waktu ketika garpu tala dipindahkan ke meatus auditorius 2,5 cm

5. Minta klien untuk memberi tahu anda ketika suara tidak terdengar lagi

6. Catat hasil

Hasil : Bila masih terdengar disebut Rinne positif (Tuli Sensorineural), bila tidak terdengar disebut Rinne negatif (Tuli Konduktif).

Uji weber adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.

1. Getarkan garpu tala 512 Hz lembut

2. Berdiri di depan pasien dan letakkan garpu tala dengan kuat pada bagian tengah dahi klien. 3. Minta klien untuk

menunjukkan apakah ia mendengar atau merasa bunyi pada telinga kanan, telinga kiri, atau di bagian tengah dahinya.

4. Catat hasil

Hasil : Apabila bunyi garputala terdengar lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke telinga yang sakit) disebut tuli konduktif dan apabila terdengar lebih keras pada telinga yang sehat (lateralisasi ke telinga yang sehat) disebut tuli sensorineural.

Uji schwabach adalah uji yang dilakukan untuk membandingkan hantaran tulang telinga orang yang

diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.

1. Getarkan garpu tala 512 Hz lembut

2. Letakkan tangkai garpu tala yang digetarkan di tulang mastoideus

pemeriksa, dan jika

sudah tidak terdengar lagi diletakkan pada klien atau sebaliknya.

3. Catat hasil

Hasil : apabila klien masih mendengar meskipun pemeriksa sudah tidak mendengar berarti schwabach memanjang (tuli konduktif) dan apabila pemeriksa masih mendengar meskipun tidak lagi terdengar oleh penderita berarti schwabach

memendek (tuli sensorineural).


(66)

Data SPSS Karakteristik Demografi

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 60-74thn 38 84.4 84.4 84.4

75-90thn 7 15.6 15.6 100.0

Total 45 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 15 33.3 33.3 33.3

Perempuan 30 66.7 66.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Sekolah 21 46.7 46.7 46.7

SD 24 53.3 53.3 100.0

Total 45 100.0 100.0

Pekerjaan Sebelumnya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PNS 7 15.6 15.6 15.6

Wiraswasta 19 42.2 42.2 57.8

Petani 11 24.4 24.4 82.2

Lainnya 8 17.8 17.8 100.0

Total 45 100.0 100.0

Penggunaan Alat Bantu Pendengaran

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Menggunakan Alat Bantu 45 100.0 100.0 100.0


(67)

Data SPSS Pendengaran Lansia

Tes Pendengaran Rinne Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid normal

konduktif 14 31,1 31,1 31,1

sensori 31 69,9 69,9 100.0

Total 45 100.0 100.0

Tes Pendengaran Rinne Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid normal

konduktif 23 51,1 51,1 51,1

sensori 22 48,9 48,9 100.0

Total 45 100.0 100.0

Tes Pendengaran Weber

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid normal 15 33,3 33,3 33,3

konduktif 25 55,6 55,6 88,9

sensori 5 11,1 11,1 100.0

Total 45 100.0 100.0

Tes Pendengaran Schwabach Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid normal 15 33,3 33,3 33,3

konduktif 23 51,1 51,1 84,4

sensori 7 15,6 15,6 100.0


(68)

Tes Pendengaran Shwabach Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid normal 15 33,3 33,3 33,3

konduktif 23 51,1 51,1 84,4

sensori 7 15,6 15,6 100.0

Total 45 100.0 100.0

Data SPSS ADL (Activity Daily Living) Lansia

Tingkat Kemampuan ADL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Mandiri 20 19 42.2 42.2 42.2

Ketergantungan Ringan 12-19 18 40.0 40.0 82.2

Ketergantungan Sedang 9-11 3 6.7 6.7 88.9

Ketergantungan Berat 5-8 3 6.7 6.7 95.6

Ketergantungan Total 0-4 2 4.4 4.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

Pengendalian Rangsang BAB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak terkendali-0 1 2.2 2.2 2.2

Kadang tidak terkendali-1 8 17.8 17.8 20.0

Terkendali teratur-2 36 80.0 80.0 100.0

Total 45 100.0 100.0

Pengendalian Rangsang BAK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kadang tidak terkendali-1 12 26.7 26.7 26.7

Terkendali teratur-2 33 73.3 73.3 100.0


(69)

Membersihkan Diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Membutuhkan bantuan-0 5 11.1 11.1 11.1

Mandiri-1 40 88.9 88.9 100.0

Total 45 100.0 100.0

Penggunaan Toilet

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid tergantung pertolongan orang-0 6 13.3 13.3 13.3

perlu bantuan beberapa aktifitas-1 12 26.7 26.7 40.0

mandiri-3 27 60.0 60.0 100.0

Total 45 100.0 100.0

Makan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak mampu-0 1 2.2 2.2 2.2

perlu dibantu memotong makanan-1 8 17.8 17.8 20.0

mandiri-3 36 80.0 80.0 100.0

Total 45 100.0 100.0

Berpindah posisi/transfer (tempat tidur-kursi)

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak mampu-0 1 2.2 2.2 2.2

perlu banyak bantuan-1 4 8.9 8.9 11.1

perlu sedikit bantuan-2 12 26.7 26.7 37.8

mandiri-3 28 62.2 62.2 100.0


(70)

Mobilitas (berjalan) Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak mampu-0 4 8.9 8.9 8.9

bisa dengan kursi roda-1 3 6.7 6.7 15.6

berjalan dengan bantuan 1 orang-2 13 28.8 28.8 44.4

mandiri-3 25 55.6 55.6 100.0

Total 45 100.0 100.0

Berpakaian Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tergantung bantuan orang lain-0 5 11.1 11.1 11.1

sebagian dibantu-1 8 17.8 17.8 28.9

mandiri-2 32 71.1 71.1 100.0

Total 45 100.0 100.0

Naik Turun Tangga

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulativ e Percent

Valid tidak mampu-0 10 22.2 22.2 22.2

butuh bantuan orang lain-1 14 31.1 31.1 53.3

mandiri-2 21 46.7 46.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

Mandi Frequency Percent Valid Percent Cumulativ e Percent

Valid tergantung orang lain-0 8 17.8 17.8 17.8

mandiri-1 37 82.2 82.2 100.0


(71)

No Kelamin Umur Terakhir Sebelumnya Pendengaran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Laki-laki 75-90tahun SD PNS Tidak Gangguan Pendengaran 2 2 1 2 2 3 3 1 2 1 19 Ringan

2 Laki-laki 60-74tahun Tidak sekolah Wiraswasta Tidak Gangguan Pendengaran 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 Mandiri

3 Laki-laki 60-74tahun SD PNS Tidak Normal 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 13 Ringan

4 Perempuan 60-74tahun SD PNS Tidak Normal 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 Mandiri

5 Perempuan 60-74tahun SD Lainnya Tidak Gangguan Pendengaran 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 3 Total

6 Perempuan 75-90tahun SD PNS Tidak Gangguan Pendengaran 1 2 1 1 2 2 1 1 0 0 11 Sedang

7 Perempuan 60-74tahun SD Wiraswasta Tidak Normal 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 Mandiri

8 Laki-laki 60-74tahun SD PNS Tidak Gangguan Pendengaran 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 17 Ringan

9 Perempuan 60-74tahun SD Petani Tidak Normal 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 Mandiri

10 Laki-laki 60-74tahun Tidak sekolah Wiraswasta Tidak Gangguan Pendengaran 2 2 1 1 2 2 2 1 1 0 14 Ringan

11 Perempuan 75-90tahun Tidak sekolah Lainnya Tidak Gangguan Pendengaran 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 5 Berat

12 perempuan 60-74tahun SD Lainnya Tidak Gangguan Pendengaran 2 1 1 1 1 2 2 1 0 0 11 Sedang

13 Perempuan 60-74tahun Tidak sekolah Wiraswasta Tidak Gangguan Pendengaran 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 5 Berat

14 Perempuan 60-74tahun Tidak sekolah Wiraswasta Tidak Normal 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19 Ringan

15 Laki-laki 60-74tahun SD PNS Tidak Normal 2 1 1 1 1 3 2 2 1 1 15 Ringan

16 Perempuan 60-74tahun Tidak sekolah Wiraswasta Tidak Normal 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 Mandiri

17 Perempuan 60-74tahun SD Petani Tidak Gangguan Pendengaran 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 Berat

18 Laki-laki 60-74tahun SD PNS Tidak Normal 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 18 Ringan

19 Perempuan 60-74tahun Tidak sekolah Lainnya Tidak Gangguan Pendengaran 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20 Mandiri

20 Laki-laki 60-74tahun SD Wiraswasta Tidak Normal 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 18 Ringan

21 Perempuan 75-90tahun Tidak sekolah Petani Tidak Gangguan Pendengaran 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19 Ringan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

9 80 88

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

6 43 83

Gambaran Tingkat Demensia Dan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo

9 77 92

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 2 25

2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia - Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 22

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia - Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Penglihatan Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

0 0 25

GAMBARAN AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI DAN GANGGUAN PENGLIHATAN PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANSIA DAN ANAK BALITA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN

0 0 10

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI HARI LANSIA DI DESA TONGKO KECAMATAN BAROKO KABUPATEN ENREKANG

0 0 101

HUBUNGAN GANGGUAN PENGLIHATAN DENGAN KEMANDIRIAN DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANSIA DI DESA KARANGPUCUNG KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 15