BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan
2.1.1 Pengertian dan Batasan Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai kenyataan, kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribaadian normal Hawari, 2008.
Kecemasan adalah perasaan yang menetap berupa ketakutan atau kecemasan yang merupakan respon terhadap kecemasan yang akan datang. Hal tersebut dapat
merupakan perasaan yang ditekan kedalam bawah alam sadar bila terjadi peningkatan akan adanya bahaya dari dalam. Kecemasan bukanlah suatu panyakit melainkan suatu
gejala. Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-
perstiwa atau situasi-situasi khusus dapat menpercepat munculnya kecemasan tetapi setelah terbentuk pola dasar yang menunjukan reaksi rasa cemas pada pengalaman
hidup seseorang Ibrahim, 2007. Kecemasan adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
perasaan gelisah dan aktivasi sistem saraf autonom dalam merespon ancaman yang tidak jelas. Kecemasan akibat terpejan pada peristiwa traumatik yang dialami
individu yang mengalami, menyaksikan atau menghadapi satu atau beberapa
peristiwa yang melibatkan kematian aktual atau ancaman kematian atau cidera serius atau ancaman fisik diri sendiri Doenges, 2006.
Kecemasan adalah respon subjektif terhadap stres, ciri-ciri kecemasan adalah keperihatinan, kesulitan, ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi akibat ancaman
yang nyata atau dirasakan Isaacs, 2004. Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan
sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan Asmadi, 2009.
2.1.2 Angka Kejadian Kecemasan
Menurut Ibrahim 2007, kriteria diagnosis untuk gangguan kecemasan karena kondisi medis meliputi:
a. Kecemasan yang menonjol, serangan panik, obsesi, atau kompulsi yang
menguasai gejala klinis. b.
Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat langsung dari kondisi medis umum.
c. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
misalnya gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dimana stresor adalah suatu kondisi medis umum yang serius.
d. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, perjalanan atau fungsi penting lain. Manifestasi klinis, Gejala utamanya adalah kecemasan, ketegangan motorik,
hiperaktivitas otonom, dan kewaspadaan kognitif. Ketegangan motorik sering
dimanifestasi oleh sesak nafas, keringat berlebihan, palpitasi dan gejala gastrointestinal. Gejala lain adalah mudah tersinggung dan mudah dikejutkan
Manjoer, 2000. Kecemasan pada tingkat fisiologik atau kecemasan yang sudah mempengaruhi
atau terwujud pada gejala fisik terutama pada fungsi saraf. Misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, keluar keringat dingin berlebih, sering gemetar, perut mual,
dan yang lainnya. Tingkatan ansietas adalah sebagai berikut :
a. Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsi. b.
Ansietas sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. c.
Ansietas berat, sangat mengurangi persepsi seseorang yang cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat berpikir tentang
hal lain. d.
Tingkat panik dari ansietas, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. 2.1.3 Cara Mengukur Kecemasan
Menurut Hawari 2008, untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali digunakan alat ukur yang
dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety HRS-A. Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan
gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka score antara 0-4, yang artinya nilai 0 berarti tidak ada gejala, nilai 1 gejala
ringan, nilai 2 gejala sedang, nilai 3 gejala berat, dan nilai 4 gejala berat sekali. Masing-masing nilai angka score dari ke-14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan
dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu Total nilai score 14 tidak ada kecemasan, nilai 14-20 kecemasan ringan,
nilai 21-27 kecemasan sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai 42-56 kecemasan berat.
Tabel 2.1. Alat Ukur HRS-A Hamilton Rating Scale For Anxiety No Gejala kecemasan
Nilai Angka skor
1.
2.
3.
4. Perasaan cemas
a. Cemas
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
Ketegangan a.
Merasa tegang b.
Lesu c.
Tidak bisa istirahat tenang d.
Mudah terkejut e.
Mudah menangis f.
Gemetar g.
Gelisah Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang asing
c. Ditinggal sendiri
Gangguan tidur a.
Sukar tidur b.
Terbangun malam hari 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
5
6.
7.
8.
9.
10.
11. c.
Tidur tidak nyenyak d.
Bangun dengan lesu e.
Banyak mimpi-mimpi mimpi buruk Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
Perasaan depresi murung a.
Hilangnya minat b.
Sedih c.
Bangun dini hari d.
Perasaan berubah-rubah Gejala somatikfisik otot
a. Sakit dan nyeri di otot-otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
Gejala somatikfisik sensorik a.
Tinitus telinga berdenging b.
Penglihatan kabur c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemas Gejala kardiovaskuler jantung dan pembuluh
darah
a. Takikardia denyut jantung cepat
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesulemas seperti mau pingsan
Gejala respiratori pernafasan a.
Rasa tertekan atau sempit didada b.
Rasa tercekik c.
Sering menarik nafas d.
Nafas pendeksesak Gejala gastrointestinal pencernaan
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
c. Gangguan pencernaan
d. Nyeri sebelum atau sesudah makan
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
Tabel 2. 1 Lanjutan
12.
13.
14. e.
Rasa penuh dan kembung f.
Mual atau muntah g.
Buang air besar lembek atau konstipasi Gejala urogenital perkemihan
a. Sering buang air kecil
b. Tidak dapat menahan air seni
Gejala autonom a.
Mulut kering b.
Muka merah c.
Mudah berkeringat d.
Kepala terasa berat Tingkah laku
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegangmengeras
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
2.2
Informed Consent 2.2.1 Pengertian Informed Consent
Menurut Permenkes Republik Indonesia nomor 585MenkesPerIX 1989 Informed consent atau Persetujuan Tindakan Medis adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Persetujuan Tindakan Medis adalah terjemahan yang dipakai untuk istilah informed consent, Informed artinya telah diberitahukan, telah disampaikan, atau telah
diinformasikan. Consent artinya persetujuan yang diberikan kepada seseorang untuk berbuat sesuatu Hanafiah Amir, 2008.
Tabel 2. 1 Lanjutan
Informed Consent adalah suatu izin atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional sesudah mendapat informasi dari dokter dan
yang sudah dimengerti Guwandi, 1994. Menurut Sampurna dalam proceding seminar lokakarya yang dikutip oleh IDI
2005, yang mengatakan Informed Consent adalah suatu proses yang menunjukan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien dan bertemunya pemikiran
tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan tehadap pasien. 2.2.2 Tujuan dan Fungsi Persetujuan Tindakan Medis
Menurut Guwandi 2004, fungsi dari Persetujuan Tindakan Medis antara lain: 1 promosi dari hak otonomi perorangan, 2 proteksi dari pasien dan subjek, 3
mencegah terjadinya penipuan atau paksaan, 4 menimbukan ransangan kepada profesi medik untuk mengadakan introspeksi terhadap diri sendiri, 5 promosi dari
keputusan-keputusan yang rasional, 6 keterlibatan masyarakat dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai sosial dan mengadakan dalam pengawasan
penyelidikan biomedik. Dasar hukum Persutujuan Tindakan Medis adalah hubungan dokter dengan
pasien yang atas dasar kepercayaan, tujuannya adalah memberikan perlindungan pasien tehadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dimana secara
medik tidak ada dasar pembenaran yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien dan memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan
bersifat negatif, karena setiap prosedur medik melekat suatu risiko Affandi dkk, 2005.
Tujuan dan fungsi Persetujuan Tindakan Medis adalah: a.
Persetujuan Tindakan Medis dimaksudkan sebagai alat untuk memungkinkan penentu nasib sendiri dan berfungsi sebagai jaminan untuk terpenuhi hak dan
informasi dalam suatu hubungan medikkesehatan.
b. Persetujuan Tindakan Medis ini juga dimaksudkan untuk melindungi hak individu
pasien dari tindakan tidak sah oleh dokter dan dapat melindungi dokter dari
tuntutan pelanggaran hak pribadi pasien tersebut.
c. Persetujuan Tindakan Medis dapat menjadi doktrin hukum apabila adanya
kewajiban dokter untuk memberi informasi dan kewajiban untuk mendapatkan
persetujuan mempunyai dasar hukum tertentu.
d. Persetujuan Tindakan Medis dapat diartikan sebagai perwujudan prinsip
mengutamakan pasien, tanpa mengabaikan kepentingan dokter, maka Persetujuan Tindakan Medis secara tertulis dari pasien dapat dijadikan alat bukti untuk
membebaskan dokter dari tuntutan resiko yang mungkin timbul dari tindakan medik yang dilakukan. Karena itu, Persetujuan Tindakan Medis bertujuan supaya
dokter dapat menghindari resiko sekecil apapun atau demi kepentingan pasien. 2.2.3 Bentuk Persetujuan Tindakan Medis
Ada dua bentuk Persetujuan Tindakan Medis yaitu: 1.
Tersirat atau dianggap telah diberikan Implied consent a.
keadaan normal b.
keadaan darurat
2. Dinyatakan Expressed consent
a. lisan
b. tulisan
Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini dilihat dokter dari sikap dan tindakan
pasien. Tindakan dokter yang biasa dilakukan atau sudah diketahui umum. Misal pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium, melakukan suntikan pada
pasien, dan melakukan penjahitan. Implied consent adalah bila pasien dalam keadaan gawat darurat emergency sedang dokter memerlukan tindakan segera, sementara
pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarga tidak di tempat, dokter dapat melakukan tindakan medis terbaik menurut dokter Permenkes
No 585 tahun1989, pasal 11. Jenis persetujuan ini disebut sebagai Presumed consent. Artinya, bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yang
akan dilakukan dokter. Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau
tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Dalam keadaan demikian, sebaliknya kepada pasien disampaikan terlebih
dahulu tindakan apa yang akan dilakukan supaya tidak sampai terjadi salah pengertian. Misalnya, pemeriksaan dalam rektal atau pemeriksaan dalam vagina,
mencabut kuku dan tindakan lain yang melebihi prosedur pemeriksaan dan tindakan umum. Pada saat ini, belum diperlukan pernyataan tertulis, persetujuan secara lisan
sudah mencukupi. Namun, bila tindakan yang akan dilakukan mengandung risiko
seperti tindakan pembedahan, sebaliknya didapatkan Persetujuan Tindakan Medis secara tertulis Hanafiah Amir, 2008.
2.2.4 Informasi