Pengembangan Potensi Lanskap Sejarah Kampus Dramaga untuk Mendukung Program Agroedutourism di Institut Pertanian Bogor

PENGEMBANGAN POTENSI LANSKAP SEJARAH KAMPUS
DRAMAGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM
AGROEDUTOURISM DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR

IRMA LASMIANA SUMARNA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Potensi
Lanskap Sejarah Kampus Dramaga untuk Mendukung Program Agroedutourism
di Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Irma Lasmiana Sumarna
NIM A44090035

ABSTRAK
IRMA LASMIANA SUMARNA. Pengembangan Potensi Lanskap Sejarah
Kampus Dramaga untuk Mendukung Program Agroedutourism di Institut
Pertanian Bogor. Dibimbing oleh NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN.
Kampus IPB Dramaga memiliki sejarah pada lanskapnya baik sebelum
maupun setelah ditetapkan sebagai area kampus IPB. Salah satu cara menjaga dan
melestarikan lanskap sejarah kampus IPB adalah dengan mengaitkannya dengan
wisata. Berkaitan dengan wisata, IPB memiliki suatu program wisata yang
bernama Agroedutourism. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk membuat suatu konsep pengembangan potensi lanskap sejarah kampus IPB
untuk mendukung program Agroedutourism di IPB. Penelitian dilakukan di
kampus IPB Dramaga dari bulan Maret hingga Juli 2013 dengan metode survai,
penelusuran sejarah, analisis deskriptif dan penilaian potensi lanskap sejarah
dengan pendekatan teknik scoring. Dari identifikasi, terdapat 47 elemen dan tapak

bersejarah yang terbagi ke dalam 5 periode. Setelah penilaian dilakukan, terdapat
19 elemen dan tapak yang memiliki nilai signifikansi tinggi, 12 elemen dan tapak
yang memiliki nilai signifikansi sedang, dan 16 elemen dan tapak yang memiliki
nilai signifikansi rendah. Penelitian menghasilkan suatu konsep pengembangan
potensi lanskap sejarah kampus dengan pengintegrasian elemen-elemen sejarah
bernilai penting untuk menjadi obyek wisata Agroedutourism termasuk
pengembangan jalur wisata, arahan penataan lanskap dan fasilitas interpretasi.
Kata kunci: agroedutourism, kampus IPB Dramaga, lanskap sejarah

ABSTRACT
IRMA LASMIANA SUMARNA. The Development of Historical Landscape in
Dramaga Campus to Support Agroedutourism Program at Bogor Agricultural
University. Supervised by NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN.
IPB Dramaga campus has histories on its landscape both before and after
the campus was built. One way to maintain and preserve historical landscape of
IPB campus is by linking it with tourism. Related to tourism, IPB has a tourism
program named Agroedutourism. Therefore, this study was conducted with the
aim to create a concept of the development potential of historical landscape in
campus to support Agroedutourism program at IPB. The study was held at IPB
Dramaga campus from March to July 2013 using survey method, histories

searching, descriptive analysis, and assessment of the potential of historical
landscape with scoring technique approach. As results, there were 47 historical
elements and sites that were grouped in 5 periods. After the assessment was
conducted, there were 19 elements and sites that having high significant value, 12
elements and sites that having medium significant value, and 16 elements and
sites that having low significant value. The study resulted a development concept
of potential historical landscape with integration historical elements and sites that
having significant value to be tourism objects of Agroedutourism, including
tourism track, referral arrangement of landscape, and facilities of interpretation.
Key words: agroedutourism, IPB Dramaga campus, historical landscape

PENGEMBANGAN POTENSI LANSKAP SEJARAH KAMPUS
DRAMAGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM
AGROEDUTOURISM DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR

IRMA LASMIANA SUMARNA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian

pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Pengembangan Potensi Lanskap Sejarah Kampus Dramaga untuk
Mendukung Program Agroedutourism di lnstitut Pertanian Bogor
: Irma Lasmiana Sumarna
Nama
: A44090035
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Nurhayati H. S. Arifin, MSc
Pembimbing


TanggaJ Lulus :

2 1 OCT 2013

Judul Skripsi : Pengembangan Potensi Lanskap Sejarah Kampus Dramaga untuk
Mendukung Program Agroedutourism di Institut Pertanian Bogor
Nama
: Irma Lasmiana Sumarna
NIM
: A44090035

Disetujui oleh

Dr Ir Nurhayati H. S. Arifin, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr

Plh Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian ini adalah Pengembangan Potensi Lanskap Sejarah Kampus Dramaga
untuk Mendukung Program Agroedutourism di Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor.

Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan, dan perhatian yang telah
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr Ir Nurhayati H. S. Arifin, MSc selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan
arahan selama masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini;
2. Bapak Asep dari Subdit Inventaris Faspro IPB dan Bapak Bambang dari
Humas IPB yang telah membantu dalam pengumpulan data dan penelusuran
sejarah kampus IPB;
3. Bapak Hery Purwanto dan Bapak Dr Drs D. Iwan Riswandi, SE, MSi dari
Direktorat Perencanaan dan Pengembangan IPB yang telah memberikan
informasi mengenai perkembangan rencana induk IPB;
4. Bapak Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr selaku ketua Tim Pengelola
Agroedutourism IPB, Kak Fiona, Kak Dwinda, Kak Zainul dan teman-teman
sesama tour guide Agroedutourism IPB atas dukungan dan bantuannya selama
pengamatan dan analisis program Agroedutourism;
5. Orang tua, seluruh keluarga, beserta seluruh teman-teman ARL 46 atas segala
doa, semangat, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

Irma Lasmiana Sumarna

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir Penelitian

2

METODE

3

Lokasi dan Waktu Penelitian

3


Metode Penelitian

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum Lanskap IPB Dramaga

7

Sejarah Perkembangan Institut Pertanian Bogor

8

Identifikasi Elemen dan Tapak Bersejarah Kampus IPB Dramaga

9


Analisis Lanskap Sejarah Kampus IPB Dramaga

49

Pelestarian Lanskap Sejarah Kampus IPB Dramaga

57

Program Agroedutourism IPB

62

Konsep Integrasi Potensi Lanskap Sejarah Kampus dalam Agroedutourism

69

PENUTUP

76

Simpulan

76

Saran

77

DAFTAR PUSTAKA

77

RIWAYAT HIDUP

81

DAFTAR TABEL
1 Kriteria penilaian keaslian (originality)
2 Kriteria penilaian keunikan (uniqueness)
3 Elemen atau tapak bersejarah sejak masa sebelum kolonial belanda
hingga tahun 1962
4 Elemen dan tapak bersejarah periode tahun 1963–1983
5 Elemen dan tapak bersejarah periode tahun 1984–1989
6 Elemen dan tapak bersejarah periode tahun 1990–2009
7 Elemen dan tapak bersejarah periode tahun 2010–2013
8 Penilaian keaslian (originality) lanskap sejarah kampus IPB Dramaga
9 Penilaian keunikan (uniqueness) lanskap sejarah kampus IPB Dramaga
10 Penilaian gabungan aspek keaslian dan keunikan lanskap sejarah
kampus IPB Dramaga
11 Tindakan pelestarian lanskap sejarah
12 Tindakan pelestarian terhadap lanskap sejarah kampus IPB Dramaga
yang memiliki nilai signifikansi tinggi
13 Obyek wisata Agroedutourism IPB
14 Kegiatan kunjungan Agroedutourism bulan Januari sampai November
2012
15 Susunan kegiatan wisata beserta durasi

6
7
16
23
29
41
47
49
52
55
58
59
65
67
76

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Kerangka pikir penelitian
Lokasi penelitian
Tahapan penelitian
Kuburan “Mbah Jawa” jika dilihat dari arah: (a) FMIPA, (b) jalan
Batu nisan di kompleks kuburan Palalangon (PPLH IPB 2012)
Sisa-sisa perkebunan karet Belanda: (a) di area depan FMIPA, (b) di
Jalan Agatis, (c) di kebun Cikabayan
(a) Bangunan Landhuis, (b) Lonceng Slavenbel
(a) Kantor administrasi, (b) Rumah administrator
(a) Menara air, (b) Bak pengolahan lateks
(a) Pencangkulan pertama kampus IPB Dramaga (Humas IPB 2010), (b)
Pinus plaza Soekarno
Bangunan Fakultas Kehutanan
Asrama: (a) Sylva Sari, (b) Amarilis, (c) Sylva Lestari, (d) Sylva Pinus
Kondisi lanskap kampus IPB sebelum rencana induk 1981
(a) Perumahan dosen, (b) Gedung olah raga lama
Bangunan-bangunan Food Technology Development Center
(a) Bangunan Agricultural Product Processing Pilot Plant,
Rencana induk tahun 1981
(a) Bangunan Lembaga Sumber daya Informasi, (b) Bangunan Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup
(a) Gedung administrasi pusat, (b) Bangunan Fakultas Teknologi
Pertanian

3
3
5
10
11
12
14
14
15
16
19
19
20
21
22
22
24
25
26

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

35
36
37
38
39
40
41

(a) Bangunan Pusat Antar Universitas, (b) Bangunan GMSK
Kompleks sistem energi tata surya
Rencana induk hasil revisi tahun 1989
Gedung Graha Widya Wisuda: (a) lama, (b) baru
(a) Bangunan Poliklinik IPB, (b) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
(a) Mesjid Al Hurriyyah, (b) Fakultas Peternakan
Simbol peresmian kampus IPB Dramaga: (a) Dua pohon beringin, (b)
Batu prasasti
(a) Fakultas Pertanian, (b) Fakultas Kedokteran Hewan
(a) Rumah Sakit Hewan IPB, (b) Gymnasium (sumber:
avita.unaiya10.student.ipb.ac.id 2013)
Asrama TPB IPB: (a) putera (b) puteri
(a) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, (b) Rusunawa
(a) Asrama internasional, (b) Gedung Agrimedia
Rencana induk hasil revisi tahun 2010-2030
(a) Fakultas Ekonomi Manajemen, (b) Fakultas Ekologi Manusia
(a) Common Class Room, (b) Laboratorium bersama, (c) Rencana
Gedung
Pusat
Informasi
Kehutanan
(sumber:
http://kshe.fahutan.ipb.ac.id 2012)
Elemen dan tapak bersejarah kampus IPB Dramaga
Hasil analisis nilai signifikansi sejarah lanskap sejarah kampus IPB
Dramaga
Obyek wisata Agroedutourism IPB
Tingkat pendidikan pengunjung Agroedutourism IPB
Jalur interpretasi lanskap sejarah kampus IPB Dramaga bagi kegiatan
awal kunjungan
Jalur interpretasi wisata sejarah kampus pertanian alternatif 1
Jalur interpretasi wisata sejarah kampus pertanian alternatif 2

27
28
30
31
32
34
35
37
38
38
39
41
44
45

47
48
56
66
67
71
74
75

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah lembaga pendidikan tinggi pertanian
yang secara historis merupakan bentukan dari lembaga-lembaga pendidikan
menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang dimulai pada awal
abad ke-20 di Bogor (Anonim 2012). Saat ini IPB memiliki 5 kampus yang
tersebar di beberapa lokasi dengan peruntukan khusus, yaitu: kampus IPB
Dramaga (267 Ha) sebagai kantor rektorat dan pusat kegiatan belajar-mengajar
S1, S2 dan S3, kampus IPB Baranangsiang Bogor (11.5 Ha) sebagai pusat
kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat serta pendidikan pascasarjana
eksekutif, kampus IPB Gunung Gede Bogor (14.5 Ha) sebagai pusat kegiatan
pendidikan manajemen dan bisnis, kampus IPB Cilibende Bogor (3.2 Ha) sebagai
pusat kegiatan pendidikan vokasional diploma, dan kampus IPB Taman Kencana
Bogor (3.4 Ha) yang direncanakan untuk pendirian rumah sakit internasional
(Humas IPB 2010).
IPB yang secara resmi berdiri sejak tahun 1963 ini tentunya telah
menorehkan banyak sejarah. Begitupun dengan lanskap kampus IPB khususnya
kampus IPB Dramaga memiliki berbagai sejarah baik sebelum kampus IPB
dibangun maupun setelah kampus IPB dibangun. Sejarah tersebut dapat terlihat
dari elemen-elemen lanskap sejarah kampus IPB Dramaga yang sampai saat ini
masih ada. Namun keberadaan elemen-elemen lanskap bersejarah ini masih
diabaikan dan tidak dianggap penting, sehingga keberadaan elemen-elemen
bersejarah ini belum banyak diketahui oleh masyarakat dan belum dimanfaatkan
terutama sebagai bukti sejarah IPB dan salah satu identitas kampus IPB Dramaga.
Padahal keberadaan elemen-elemen lanskap bersejarah memiliki nilai penting,
seperti yang dikemukakan Arifin (2011), bahwa bukti fisik yang dapat
merepresentasikan nilai pentingnya, dapat dilihat, dipelajari, diinterprestasi,
diteliti sebagai pengingat, pengenal dan penghubung suatu kawasan/masyarakat
dengan sejarah masa lalunya, sebagai identitas kawasan, sebagai aset untuk
ekonomi/kesejahteraan masyarakat, dan sebagai bagian dari kota (kawasan yang
lebih besar) menghasilkan keberagaman yang meningkatkan kualitas kota.
Menjaga dan melestarikan sejarah bagi suatu bangsa sangatlah penting.
Salah satu caranya adalah dengan mengaitkannya dengan pariwisata. Hal ini
dapat dilakukan dengan menjadikan hal yang berkaitan dengan sejarah sebagai
obyek wisata (Gustiawan 2012). Dengan demikian, potensi lanskap sejarah
kampus IPB Dramaga penting untuk dilestarikan dan dapat dikembangkan dalam
suatu program wisata.
Berkaitan dengan wisata, IPB memiliki suatu program wisata yang bernama
Agroedutourism IPB. Agroedutourism IPB merupakan wisata pendidikan
pertanian yang ditujukan bagi masyarakat sebagai sarana rekreasi serta sarana
memperkenalkan pertanian secara luas kepada masyarakat. Selain itu,
Agroedutourism menjadi ajang memperkenalkan kampus IPB kepada masyarakat
luar. Dalam program ini, terdapat berbagai obyek wisata yang menjadi tujuan atau
daya tarik untuk pengunjung dalam berwisata. Dengan demikian, lanskap sejarah

2
kampus IPB berpotensi untuk dikembangkan atau diintegrasikan menjadi salah
satu program pendukung dalam program Agroedutourism IPB. Oleh karena itu,
dengan mengembangkan potensi lanskap sejarah kampus dan memasukkannya ke
dalam program Agroedutourism, dapat menjadi salah satu upaya melestarikan
sejarah IPB untuk menjaga keberlanjutannya.

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Tujuan dari penelitian ini adalah:
mengidentifikasi elemen dan tapak bersejarah kampus IPB Dramaga,
menganalisis potensi dan kendala, serta nilai penting lanskap sejarah kampus
IPB,
menganalisis potensi pengembangan lanskap sejarah untuk program
Agroedutourism IPB, dan
membuat suatu rekomendasi pengembangan potensi lanskap sejarah kampus
untuk mendukung program Agroedutourism IPB.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. menghasilkan suatu rekomendasi pengembangan lanskap sejarah kampus IPB
yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi tim pengelola Agroedutourism
IPB sebagai salah satu program pendukung Agroedutourism;
2. pertimbangan bagi pengelola kampus IPB agar menjaga dan melestarikan
lanskap sejarah kampus IPB Dramaga, sehingga lanskap sejarah kampus
tersebut dapat menjadi identitas kampus IPB.

Kerangka Pikir Penelitian
Secara umum, penelitian ini mengangkat topik mengenai lanskap sejarah
kampus IPB khususnya di kampus IPB Dramaga. Hal ini berkenaan dengan
elemen dan tapak bersejarah di suatu kawasan merupakan suatu yang penting
dijaga dan dilestarikan karena memiliki nilai-nilai penting sejarah. Permasalahan
saat ini ialah lanskap sejarah kampus IPB Dramaga kurang digali, masih
diabaikan dan tidak dianggap penting, sehingga perlu upaya untuk
melestarikannya. Untuk melestarikan elemen dan lanskap bersejarah dapat
dilakukan salah satunya dengan cara menjadikannya sebagai obyek wisata. Di
samping itu, IPB sendiri memiliki suatu program wisata yang bernama
Agroedutourism. Dengan demikian, lanskap sejarah kampus IPB dapat dijadikan
program pendukung dalam program Agroedutourism. Kerangka pikir penelitian
ini disajikan pada Gambar 1.

3

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di kawasan kampus Institut Pertanian
Bogor (IPB) Dramaga, yaitu di Jalan Raya Dramaga, Desa Babakan, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Gambar 2). Penelitian dilakukan selama
4 bulan, yaitu pada bulan Maret hingga Juli 2013.

Gambar 2 Lokasi penelitian

4
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap pengumpulan data, tahap
analisis, dan tahap sintesis (Gambar 3). Penjelasan dari tahapan-tahapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data awal yang
berupa data primer dan data sekunder. Data yang diambil meliputi aspek sejarah,
fisik, dan wisata. Secara teknis, tahap pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. survai lapang, dilakukan untuk mendapatkan data primer dan mengetahui
langsung kondisi tapak, yaitu: kondisi fisik lanskap yang bernilai sejarah,
karakter lanskap dan lingkungan sekitarnya, elemen bersejarah, dan
penggunaan lahan saat ini.
2. wawancara, dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dari pihak-pihak
yang terkait seperti tim pengelola Agroedutourism IPB mengenai kondisi
program Agroedutourism IPB, Direktorat Fasilitas dan Properti IPB untuk
mendapatkan data keberadaan elemen bersejarah, penelusuran sejarah dan
pengelolaan yang telah dilakukan terhadap elemen-elemen bersejarah,
Direktorat Perencanaan dan Pengembangan untuk mendapat informasi
mengenai perkembangan master plan IPB, serta narasumber lain untuk
mendapatkan informasi mengenai perkembangan lanskap kampus IPB
Dramaga sebagai salah satu sumber penelusuran sejarah.
3. studi pustaka, dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi sekunder yang
tidak didapatkan dari survai tapak serta untuk melengkapi data dan informasi
yang dirasa belum cukup. Studi pustaka terutama dilakukan di Direktorat
Fasilitas dan Properti IPB Subdit Inventaris berupa studi dokumen-dokumen
laporan pembangunan kampus IPB Dramaga beserta rencana induk.
Tahap Analisis
Tahap analisis merupakan tahap penilaian kualitas karakter lanskap lokasi
penelitian. Analisis dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan, untuk
menentukan potensi dan kendala pada tapak. Metode analisis yang digunakan
adalah secara deskriptif. Analisis yang dilakukan dimulai dengan identifikasi
elemen dan tapak bersejarah kampus IPB Dramaga dengan periodisasi sejarah
yang digunakan berdasarkan keberadaan kolonial Belanda untuk masa sebelum
kampus IPB dibangun dan berdasarkan rencana induk IPB pada masa
pembangunan kampus IPB Dramaga. Periodisasi sejarah tersebut terbagi menjadi
5 periode, yaitu:
1. periode pertama adalah pada masa sebelum Kolonial Belanda hingga tahun
1962. Tahun 1962 digunakan sebagai batas akhir periode pertama karena
tahun ini merupakan tahun terakhir kawasan Dramaga belum dikelola oleh
IPB yang berdiri secara resmi pada tahun 1963;
2. periode kedua adalah pada tahun 1963 hingga tahun 1983, yaitu masa
pembangunan kampus Dramaga sejak IPB berdiri dengan pembangunan yang
belum mengikuti rencana induk;
3. periode ketiga adalah pada tahun 1984 hingga 1989, yaitu sejak masa
pembangunan kampus IPB Dramaga yang sudah mengikuti rencana induk

5
pertama (tahun 1981) hingga pembuatan rencana induk revisi pada tahun
1989;
4. periode keempat adalah pada tahun 1990 hingga tahun 2009, yaitu masa
pembangunan kampus IPB Dramaga yang mengikuti rencana induk hasil
revisi tahun 1989 hingga pembuatan rencana induk revisi terbaru pada tahun
2010;
5. periode kelima adalah pada tahun 2010 hingga tahun 2013, yaitu masa
pembangunan kampus IPB Dramaga yang mengikuti rencana induk revisi
tahun 2010 hingga dilakukannya penelitian ini pada tahun 2013.
Setelah identifikasi, analisis dilanjutkan dengan analisis terhadap kondisi
fisik dan nilai penting lanskap sejarah kampus sesuai dengan periode sejarah,
analisis perkembangan rencana induk IPB sesuai dengan pengaruhnya terhadap
keberadaan elemen dan lanskap bersejarah yang berhasil diidentifikasi, serta
analisis potensi pengembangan potensi lanskap sejarah kampus untuk mendukung

Gambar 3 Tahapan penelitian

6
program Agroedutourism. Analisis untuk mengetahui nilai signifikansi lanskap
sejarah adalah dengan melakukan penilaian terhadap beberapa aspek penting
menurut Harris dan Dines (1998) yang dimodifikasi dengan menyesuaikan
kebutuhan dan kondisi lanskap sejarah. Penilaian signifikansi tersebut meliputi
penilaian keaslian (originality) dan keunikan (uniqueness). Penilaian terhadap
aspek tersebut dihitung menggunakan metode scoring yang dikemukakan oleh
Selamet (1983) dalam Allindani (2007), dengan rumus interval kelas:
k r Mak i u ሺ Maሻ k r Mini u ( Mi)
Int r al K la ሺIKሻ
Ju lah Kat ri
Keterangan : Tinggi
= SMi + 2IK + 1 sampai SMa
Sedang
= SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2IK)
Rendah
= SMi sampai SMi + IK
Kriteria penilaian yang digunakan sebagai tolok ukur dalam menentukan
tingkat keaslian lanskap sejarah kampus IPB Dramaga adalah fungsi, kondisi fisik
elemen atau tapak, dan aksesibilitas menuju elemen atau tapak (Tabel 1). Dengan
menggunakan kriteria tersebut dapat diketahui tingkat keaslian dari setiap elemen
dan tapak bersejarah yang terdapat di kawasan kampus IPB Dramaga. Kriteria
penilaian yang digunakan sebagai tolok ukur dalam menentukan tingkat keunikan
lanskap sejarah kampus IPB Dramaga adalah asosiasi kesejarahan, integritas,
keragaman yang berbeda dari kebiasaan, dan kualitas estetik (Tabel 2). Dengan
menggunakan kriteria tersebut dapat diketahui tingkat keunikan dari setiap elemen
dan tapak bersejarah yang terdapat di kawasan kampus IPB Dramaga. Setelah
masing-masing dari elemen dan tapak bersejarah diberikan penilaian sesuai
dengan kriteria dari tiap-tiap aspek, maka dilakukan overlay untuk mengetahui
hasil analisis dan potensi lanskap sejarah untuk dikembangkan menjadi suatu
program wisata.
Tabel 1 Kriteria penilaian keaslian (originality)
Skor
1 (Rendah)
Mengalami
perubahan fungsi
>50%.
Elemen mengalami
perubahan struktur.
Tidak mewakili
karakter dan gaya
arsitektur masa lalu.

No.

Kriteria

1

Fungsi

2

Fisik

3

AksesibiAkses dan sirkulasi
litas
dan menuju elemen
sirkulasi
mengalami
perubahan
karakteristik.

Diadaptasi dari Harris dan Dines (1988)

2 (Sedang)
Mengalami
perubahan fungsi 2550%.
Elemen mengalami
asimilasi struktur,
namun masih
mewakili karakter
dan gaya arsitektur
masa lalu.
Akses dan sirkulasi
menuju elemen
mengalami
perubahan, namun
masih
mempertahankan
karakteristiknya.

3 (Tinggi)
Tidak mengalami
perubahan fungsi atau
berubah 5
yang berbeda perwakilan elemen
dari kebiasaan bersejarah pada suatu
kawasan.

Lanskap memiliki 25 perwakilan elemen
bersejarah pada
suatu kawasan.

4

Kualitas
estetik

Elemen lanskap
masih memiliki
estetika/gaya
arsitektur yang dapat
menunjukkan
kekhasannya pada
masa lalu.

Elemen lanskap tidak
memiliki estetika/
gaya arsitektur yang
dapat menunjukkan
kekhasannya pada
masa lalu.

3 (Tinggi)
Lanskap/elemen
memiliki
hubungan
kesejarahan yang
kuat.
Elemen lanskap
sejarah
membentuk
kesatuan lanskap
bersejarah dengan
karakter kuat.
Lanskap hanya
memiliki satu
perwakilan elemen
bersejarah pada
suatu kawasan.
Elemen lanskap
memiliki estetika/
gaya arsitektur
masa lalu yang
khas pada hampir
semua bagian,
termasuk detail
ornamennya.

Diadaptasi dari Harris dan Dines (1988)

Tahap Sintesis
Sintesis dilakukan sebagai tahapan pengolahan hasil analisis. Pada tahap ini
dibuat suatu hasil akhir penelitian berupa rekomendasi konsep pengembangan
potensi lanskap sejarah kampus dengan pengintegrasian elemen-elemen sejarah
bernilai penting untuk menjadi obyek-obyek wisata Agroedutourism termasuk
pengembangan jalur wisata, arahan penataan lanskap dan fasilitas interpretasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lanskap IPB Dramaga
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menjadi tapak dalam penelitian
ini merupakan kampus IPB Dramaga yang secara administratif terletak di Jalan
Raya Dramaga Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Secara geografis kampus IPB Dramaga berada pada ketinggian 190 mdpl
dengan letak astronomis berada antara 06o32’41” sampai 06o33’58” LS dan antara

8
106o42’47” sampai 106o44’07” BT. Lokasi kampus ini sekitar + 13,3 km dari
pusat kota Bogor ke arah Jasinga dan sekitar + 52 km sebelah selatan Kota Jakarta.
Batas-batas kampus IPB Dramaga adalah:
a. sebelah utara berbatasan dengan sungai Ciapus dan sungai Cisadane
b. sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Raya Bogor-Jasinga
c. sebelah timur berbatasan dengan perkampungan penduduk Desa Babakan
d. sebelah barat berbatasan dengan Sungai Cihideung
Berdasarkan data iklim 2012-2013 dari Stasiun Klimatologi Kelas I
Dramaga, Bogor, suhu udara rata-rata bulanan sebesar 25,8oC dengan suhu
tertinggi sebesar 26,3oC terjadi pada bulan Oktober dan suhu terendah sebesar
25,1oC terjadi pada bulan Januari. Curah hujan rata-rata bulanan sebesar 316,2
mm dengan hari hujan tertinggi sebanyak 28 hari dan curah hujan tertinggi
sebesar 548.9 mm terjadi pada bulan Januari. Kelembaban udara relatif rata-rata
tahunan wilayah ini adalah sebesar 84,3%.
Kondisi topografi di sepanjang tapak cukup bervariasi. Sebagian besar tapak
memiliki kelas lereng 1%-5%. Sebagian daerah Utara dan Barat tapak memiliki
kelas 5%-10%. Kelas lereng 10%-15% berada pada bagian belakang kandang sapi
dan sebagian pinggiran sungai Cihideung di sebelah Barat tapak memiliki kelas
lereng lebih 15% (Saputra 2010).

Sejarah Perkembangan Institut Pertanian Bogor
Sejarah perkembangan IPB dimulai sejak zaman kolonial Belanda.
Pendiriannya berawal dari keinginan para cendekia bangsa Indonesia untuk
mendirikan Fakultas Pertanian yang sudah muncul pada tahun 1918, tetapi ditolak
oleh pemerintah Belanda. Usul tersebut muncul kembali pada tahun 1926/1927,
tetapi masih ditolak dengan alasan tidak cukup jumlah lulusan sekolah menengah
yang memenuhi syarat, karena pada tahun itu pula Fakultas Kedokteran dibuka.
Pada tahun 1931, pada waktu pembukaan Fakultas Sastra, Pemerintah Belanda
berjanji akan mendirikan Fakultas Pertanian. Tahun 1937-1938 pendiriannya
ditunda karena diperlukan pengkajian terlebih dahulu oleh suatu komisi, sehingga
dibentuklah Komisi Pengkajian Fakultas Pertanian. Komisi ini diketuai oleh Dr.
De Vries, hoofd ambtenar urusan ekonomi, Departemen Ekonomi Pemerintah
Hindia Belanda (Manuwoto 2001).
Berdasarkan hasil pengkajian oleh komisi tersebut, maka ilmu pertanian
yang ditawarkan di Fakultas Pertanian mencakup 2 kelompok ilmu, yaitu: ilmu
yang berhubungan dengan pertumbuhan tanaman dan keadaan lingkungan yang
mempengaruhinya, serta ilmu yang berhubungan dengan keuntungan yang
diperoleh melalui aktivitas pertanian dan keadaan kehidupan masyarakat.
Dijelaskan pula bahwa yang dimaksud pertanian oleh komisi mencakup pula
peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pada akhir laporannya komisi tersebut
menyarankan pembentukan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam untuk dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan pendukung ilmu-ilmu kedokteran, pertanian,
dan teknik. Dengan persetujuan Volksraad (Dewan Rakyat) maka Fakultas
Pertanian yang dijuluki mahkota alam (naturlijke bekroning) memulai perkuliahan
pada tanggal 1 September 1940. Pada waktu itu terdapat 49 orang mahasiswa dari
51 orang calon mahasiswa yang mendaftar. Dua orang mengundurkan diri,

9
seorang karena menjalani wajib militer dan seorang lagi pindah ke Sekolah Tinggi
Kedokteran (Manuwoto 2001).
Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian yang didirikan oleh Pemerintah
Hindia Belanda di Bogor pada tahun 1940 ini diberi nama Landbouw Hogeschool
yang kemudian pada tanggal 31 Oktober 1941 dinamakan Landbowkundige
Faculteit. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) Landbowkundige Faculteit
ditutup, sedangkan Nederlandsch Indische Veeartsenschool (sekolah Kedokteran
Hewan) tetap berjalan, hanya saja namanya diubah menjadi Bogor Zui Gakku
(Sekolah Dokter Hewan Bogor). Sejalan dengan masa kemerdekaan tahun 1946,
Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia meningkatkan Sekolah Dokter
Hewan di Bogor menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (Humas IPB
2010).
Pada tahun 1947 Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian, Landbowkundige
Faculteit dibuka kembali dengan nama Faculteit Voor Landbouw-Wetenschappen
yang mempunyai jurusan Pertanian dan Kehutanan. Sedangkan Perguruan Tinggi
Kedokteran Hewan pada tahun 1948 dijadikan Faculteit voor Dierge neeskunde di
bawah Universiteit van Indonesie yang kemudian berubah nama menjadi
Universitas Indonesia. Pada tahun 1950 Faculteit voor Landbouw-wetenschappen
berubah nama menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dengan 3 jurusan
yaitu Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan Kehutanan serta pada tahun 1957
dibentuk jurusan Perikanan Darat. Adapun Faculteit voor Dieergeneeskunde
berubah menjadi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia yang pada
tahun 1960 berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.
Selanjutnya pada tahun 1962 menjadi Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan
Universitas Indonesia (Humas IPB 2010).
Tanggal 1 September 1963 IPB berdiri secara resmi berdasarkan keputusan
Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang
kemudian disyahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No. 279/1965.
Pada saat itu, 2 fakultas di Bogor yang berada dalam naungan Universitas
Indonesia, yaitu Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan berkembang
menjadi 5 fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan,
Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Pada tahun
1964, lahir Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian (Humas IPB 2010).

Identifikasi Elemen dan Tapak Bersejarah Kampus IPB Dramaga
Identifikasi elemen dan tapak bersejarah di kampus IPB Dramaga bertujuan
untuk mengetahui elemen-elemen dan tapak-tapak yang memiliki nilai sejarah
yang masih ada di sekitar kampus IPB Dramaga hingga saat ini. Identifikasi
elemen dan tapak bersejarah kawasan kampus IPB Dramaga ini dilakukan sesuai
dengan periode sejarah yang telah ditentukan, yaitu sebagai berikut:
Pada Masa Sebelum Kolonial Belanda Hingga Tahun 1962
Periode sejak sebelum masa Kolonial Belanda hingga tahun 1962 ini
digunakan sebagai periode pertama dengan pertimbangan bahwa terdapat elemen
atau tapak sisa peninggalan masa sebelum dan selama masa penjajahan Belanda
yang masih ada hingga saat ini. Pada tahun 1958 semua warga Belanda diminta

10
untuk meninggalkan Indonesia dan semua aset peninggalan Belanda disita oleh
pemerintah Indonesia, termasuk lahan karet di wilayah Dramaga. Semua orang
Belanda yang tinggal di Indonesia beserta keluarganya diminta untuk segera
meninggalkan Indonesia, tak terkecuali keluarga Motman di Dramaga ini.
Semenjak itu perkebunan karet yang luasnya sekitar 250 hektar beserta seluruh
asetnya, disita oleh pemerintah RI (Astari 2010). Setelah itu, lahan perkebunan
Dramaga ini dikelola oleh Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor
berdasarkan kewenangan yang diberikan Menteri Agraria tanggal 8 Agustus 1958
pada surat keputusan No. SK. 209/Ka Bab II Sub kedua dan Bab III Sub b. Batas
akhir periode kedua ini adalah tahun 1962 yang merupakan tahun terakhir
Fakultas Pertanian masih menjadi bagian dari Universitas Indonesia sebelum
berdiri secara resmi sebagai perguruan tinggi. Identifikasi elemen dan tapak
bersejarah pada periode pertama ini menghasilkan 12 elemen dan tapak bersejarah
yang masih ada bukti fisiknya hingga saat ini (Tabel 3). Penjelasan ke-12 elemen
dan tapak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kuburan “Mbah Jawa”
Suatu pandangan menyebutkan bahwa sebelum warga keturunan dari
keturunan terhormat di Banten, kawasan Dramaga sudah dihuni oleh beberapa
kalangan yang juga dian ap
ba ai “ ran - ran
akti”. Pandan an ini
mendasarkan pada adanya kuburan tua di dalam areal kampus yang dikenal
sebagai kuburan “Mbah Jawa” (Ga bar 4). Adanya kuburan tersebut memberikan
keyakinan bahwa Mbah Jawa sebagai penghuni utama di kawasan Dramaga. Kini
kuburan tersebut berada di tengah kebun karet di depan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB. Kuburan ini merupakan kuburan tunggal
sisa dari pemindahan sejak awal tahun 1960-an. Pada awalnya di areal sekitar
kuburan Mbah Jawa diperkirakan lebih dari dua puluh unit kuburan. Namun pada
sekitar tahun 1961 seluruh jasad dalam area kuburan tersebut dipindahkan, yakni
pada saat perintisan pembangunan kampus IPB Dramaga. Namun setelah
pemindahan, salah satu imam yang ikut mengorganisasikan, memindahkan, dan
menguburkan mayat tersebut ke tempat lain merasa tidak nyaman karena yang
bersangkutan sering mendapatkan gangguan. Bentuk gangguan tersebut antara
lain dalam bentuk suara atau mimpi permintaan seseorang untuk dikembalikan ke
kuburan semula. Gangguan tersebut datang berulang sehingga diputuskan untuk
dikembalikan ke tempatnya semula dan sejak saat itu tidak ada lagi warga yang
berani memindahkan kuburan tersebut (PPLH IPB 2012). Cerita gangguan dari
penghuni kuburan tersebut secara ilmiah dapat dikaitkan dengan suatu bentuk

(a)

(b)

Gambar 4 Kuburan “Mbah Jawa” jika dilihat dari arah: (a) FMIPA, (b) jalan

11
pengelolaan dari lahan perkebunan karet yang masih tersisa di sekitar area
akademik kampus IPB Dramaga. Dengan adanya cerita tersebut, perkembangan
pembangunan kampus tidak akan membongkar area perkebunan karet tersebut,
sehingga dapat menjadi upaya menghambat konversi lahan perkebunan (ruang
terbuka hijau) menjadi lahan terbangun.
2. Kompleks Kuburan Palalangon
Pandangan yang lain mengaitkan warga asli Dramaga masa lalu dengan
kuburan Palalangon atau kuburan Gunung Carlang yang dianggap sebagai
kuburan keturunan orang-orang besar sebelum dan di masa kolonial. Pada areal
makam tersebut terdapat sejumlah nama yang dihubungkan dengan keberadaan
mereka sebagai pewaris kawasan Dramaga. Hal ini ditandai dengan adanya
kuburan golongan bangsawan dan pembesar-pembesar pada masa kolonial di areal
kuburan Palalangon (Gambar 5). Lokasi kuburan ini adalah di belakang gedung
laboratorium bersama.
Kuburan ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian satu berada di sebelah utara
dengan luas sekitar 400 meter persegi dengan kondisi terawat baik, dan bagian
yang lain berada di sebelah selatan dengan luas sekitar 700 meter persegi dengan
kondisi kurang terawat atau baru mulai dirawat kembali pada tahun 2012. Pada
keduanya masing-masing terdapat lebih dari 50 unit kuburan. Kuburan bagian
utara banyak dikunjungi oleh warga dari berbagai daerah karena pada lokasi ini
dianggap terdapat satu kuburan yang memiliki keterkaitan dengan kuburankuburan lainnya yang bersejarah di Banten dan Cirebon. Dilihat dari bentuk batu
nisan, terdapat beberapa kuburan yang menunjukkan bentuk-bentuk ukiran tua,
tepatnya akhir abad ke 18 atau awal abad ke 19, dan disusul dengan batu nisan
dengan tulisan huruf latin pada awal abad ke 20. Sebagian kuburan tersebut masih
memiliki ahli waris generasi ketiga dan keempat yang tinggal di sekitar kampus
IPB Dramaga.
Kuburan Palalangon berisikan kalangan pembesar pada masa kolonial, baik
sebagai tuan tanah ataupun tokoh masyarakat/pejabat pemerintahan lokal dan
penduduk lokal yang duduk sebagai pejabat penting dalam perkebunan. Bahkan
diriwayatkan terdapat satu kuburan yang diidentifikasi sebagai keturunan
Kesultanan Banten. Kuburan yang dimaksud adalah kuburan Mbah Surya Atmaja.
Mbah Surya Atmaja diyakini sebagai salah satu putra dari Maulana Magribi dari
Banten yang juga merupakan keturunan dari Kesultanan Bone. Saudara-saudara
dari Mbah Surya Atmaja adalah Surya Winata yang pernah tinggal di daerah

Gambar 5 Batu nisan di kompleks kuburan Palalangon (PPLH IPB 2012)

12
pegunungan Tanah Datar, Cianjur, Jawa Barat. Putra yang lain adalah Suryadireja
yang pernah tingga di Cilebut, Bogor. Selanjutnya salah satu putra Surya Atmaja
adalah Mbah Mihaja yang bertugas sebagai mandor besar dalam Perkebunan
Dramaga pada masa kolonial. Keturunan Mbah Mihaja ini masih ada di sekitar
kampus IPB Dramaga saat ini (PPLH IPB 2012).
3. Perkebunan Karet
Lokasi kampus IPB Dramaga dulunya berupa perkebunan karet yang
dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda, dan sekaligus sebagai pusat pabrik
pengolahan karet di masa kolonial Belanda. Sisa-sisa area perkebunan karet
tersebut masih ada hingga saat ini, seperti area karet FMIPA (Gambar 6a), area
karet di Jalan Agatis (Gambar 6b), dan area karet kebun percobaan Cikabayan
(Gambar 6c). Jauh sebelum pemerintah kolonial masuk, kawasan Dramaga sudah
dihuni oleh beberapa orang yang tergolong keturunan terpandang. Menurut suatu
pandangan masyarakat, warga asli Dramaga adalah keturunan dari Maulana
Hasanuddin yang berasal dari Banten. Keturunan inilah yang menguasai lahan di
Dramaga pada masa lalu dan tergolong sebagai tuan tanah hingga masuknya
kolonial Belanda. Dari tangan keturunan inilah kolonial Belanda memperolah dan
mengakumulasi lahan di sekitar Dramaga. Kolonial Belanda bekerja sama dengan
keturunan keluarga terpandang tersebut untuk memperoleh lahan dari warga
sekitar. Caranya adalah dengan memberikan hak-hak istimewa kepada tuan tanah.
Para tuan tanah tersebut kemudian digunakan oleh kolonial sebagai kaki tangan
mereka untuk memperoleh akumulasi lahan dari warga asli. Hak-hak istimewa
yang diberikan kepada golongan ini adalah menjadi mandor besar dalam
perkebunan karet. Keturunan dari golongan ini yang merupakan generasi ketiga
dan keempat masih terdapat di sekitar Bogor, khususnya di sekitar kampus IPB
Dramaga (PPLH IPB 2011).

(a)

(b)

(c)

Gambar 6 Sisa-sisa perkebunan karet Belanda: (a) di area depan FMIPA, (b) di
Jalan Agatis, (c) di kebun Cikabayan
Bangsa Belanda yang menguasai lahan Dramaga ini adalah Gerrit Willem
Casimir Van Motman. Ia lahir pada 17 Januari 1773 merupakan anak bungsu dari
keluarga yang sebagian besar anggotanya telah meninggal dunia akibat
Tuberkulosis. Karena negaranya mengalami stagnasi akibat invasi Perancis, maka
pada usia 17 tahun, Motman mencoba peruntungan bergabung dengan VOC,
berlayar ke Hindia Belanda dan memulai karir sebagai administrator gudang VOC.
Lalu akhirnya di Buitenzorg (nama kota Bogor pada masa Belanda) setelah VOC
bangkrut, Motman menjadi tuan tanah dengan luas total kepemilikan seluas
117.099 hektar dan salah satu daerahnya adalah Dramaga (Iswanti 2011).

13
Tahun 1813, Motman membeli lahan sekaligus sebagai tuan tanah di
Dramaga dan Jasinga. Sampai akhirnya pada tanggal 25 May 1821, Motman
meninggal dunia di Dramaga dan dimakamkan di Jasinga. Tuan tanah ini
mewariskan perkebunan yang sangat luas kepada dua anaknya, meliputi daerah
sekitar Bogor, Dramaga, Jasinga, Rumpin, Jambu, Semplak, Cikandir, Kedung
Badak, Pondok Gedeh, dan lain lagi. Anak pertamanya memperoleh tanah di
Jasinga, sedangkan yang kedua, Jacob Gerrit Tehodoor van Motman menjadi tuan
tanah di Dramaga tahun 1816-1890. Komoditas perkebunan selain teh dan kopi
adalah sereh dan karet. Generasi penerus pengelola perkebunan keluarga Motman
adalah Pieter Reiner van Motman. Ia tercatat sebagai penerus keturunan keempat.
Keluarga Motman terakhir yang pernah tinggal Landhuis ini adalah Pauline Elize
Laurence Marie van Motman dan suaminya A. B Paauwe (Humas IPB 2013).
Dramaga dahulu terkenal dengan sebutan Liberia-koffie-aanplantingen atau
Perkebunan Kopi Liberia. Awal mula tanaman yang ditanam setelah Motman
menjadi tuan tanah adalah kopi. Karena tidak menguntungkan maka ditanam gula
lalu beralih ke tanaman teh. Walaupun reputasi teh sangat baik namun produksi
hancur gara-gara terjangkit wabah lalat hitam, lalu akhirnya terakhir di Dramaga
ditanamlah pohon karet. Perkebunan karet inilah yang menjadi komoditas terakhir
yang ditanam di daerah (Iswanti 2011).
4. Bangunan Landhuis
Bangunan Landhuis merupakan bangunan perkebunan yang masih ada
hingga saat ini dan menjadi salah satu jejak peninggalan perkebunan karet di masa
kolonial Belanda (Gambar 7a). Bangunan ini terletak di Jalan Tanjung No. 4
kampus IPB Dramaga, tepatnya di depan Poliklinik IPB dan Asrama Internasional.
Landhuis adalah rumah Landlord (tuan tanah) Belanda. Pada saat hidupnya,
Motman memiliki rumah di daerah Dramaga yang disebut Groot Dramaga atau
Big Dramaga yang sekarang bernama Landhuis. Disebut Groot Dramaga karena
rumah itu ukurannya besar, memiliki 20 kamar (Iswanti 2011).
Tahun 1958, setelah Indonesia merdeka, semua perusahaan asing
dinasionalisasikan, termasuk perkebunan karet Dramaga. Sepeninggal keluarga
Motman, sekitar tahun 1960-an Landhuis digunakan sebagai asrama mahasiswa
putri IPB. Pada tahun 1980-an bangunan itu dipugar untuk menjadi kantor Dekan
Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 1990-an bangunan direnovasi untuk
digunakan sebagai kantor proyek Tim Manajemen Pembangunan Kampus Baru
IPB Dramaga, sejak tahun 1996 dilakukan renovasi besar-besaran terhadap
bangunan ini sebagai rumah dinas Rektor IPB. Saat ini gedung Landhuis dijadikan
sebagai wisma tamu dan sebagai tempat berbagai pertemuan dan kegiatan (Humas
IPB, 2013).
5. Lonceng Slavenbel
Bersama dengan landhuis, terdapat sebuah lonceng yang dibangun pada
tahun 1805, tepatnya dibangun di depan bangunan Landhuis. Di kalangan buruh
perkebunan waktu itu, lonceng ini disebut sebagai Slavenbel (Gambar 7b).
Lonceng ini berguna untuk mengumpulkan buruh-buruh pekerja di perkebunan
karet. Pada tahun 1885 dudukan lonceng diperkuat dalam bentuk tugu. Lebih dari
seratus tahun kemudian, tepatnya tanggal 4 November 1986 tugu tersebut
direnovasi sesuai dengan aslinya. Sekarang, lonceng ini masih berdiri di depan
bangunan Landhuis dan menjadi salah satu peninggalan Kolonial Belanda.

14

(a)

(b)

Gambar 7 (a) Bangunan Landhuis, (b) Lonceng Slavenbel
6. Kantor Administrasi Pabrik Karet
Selain perkebunan karet, di lahan Dramaga ini dibangun juga pabrik
pengolahan getah karet. Pabrik ini dibangun di dekat bangunan Landhuis. Pabrik
karet ini telah dibongkar pada masa pembangunan kampus IPB Dramaga.
Sekarang lokasi bekas pabrik karet ini telah dibangun kompleks mesjid Al
Hurriyyah. Walaupun pabrik karet ini telah dibongkar, masih terdapat satu
bangunan yang masih dipertahankan hingga saat ini. Bangunan tersebut adalah
kantor administrasi pabrik karet (Gambar 8a). Pada masa Belanda, bangunan ini
digunakan sebangai kantor tempat berlangsungnya kegiatan pengelolaan pabrik
karet, yaitu administrasi. Saat ini bangunan tersebut masih dipertahankan, namun
berubah fungsi menjadi asrama marbot mesjid Al Hurriyyah.
7. Rumah Administrator Pabrik Karet
Bangunan rumah ini merupakan salah satu rumah perkebunan karet jaman
Belanda yang masih dipertahankan hingga saat ini (Gambar 8b). Lokasinya berada
di depan bangunan Landhuis atau di sebelah kiri Poliklinik IPB. Pada masa lahan
Dramaga masih menjadi perkebunan karet van Motman, terdapat beberapa
bangunan rumah pejabat perkebunan, namun rumah-rumah ini telah dibongkar
demi pembangunan kampus IPB Dramaga. Salah satu lokasi bangunan rumah

(a)

(b)

Gambar 8 (a) Kantor administrasi, (b) Rumah administrator

15
yang dibongkar adalah tempat yang sekarang telah dibangun asrama internasional
yang dulunya terdapat beberapa bangunan rumah. Bangunan rumah pejabat
perkebunan yang masih ada hingga saat ini hanyalah rumah yang berada di
seberang bangunan Landhuis ini. Dahulu, bangunan ini merupakan tempat tinggal
dari administrator keuangan pabrik pengolahan karet. Saat ini bangunan rumah ini
digunakan sebagai rumah salah satu dari staf IPB.
8. Menara Air dan Bak Bekas Pengolahan Lateks Pabrik Karet
Selain bangunan kantor administrasi pabrik karet, terdapat elemen dari
pabrik karet yang masih ada hingga saat ini. Elemen tersebut adalah menara air
pabrik karet (Gambar 9a) dan bak bekas pengolahan lateks (Gambar 9b). Kedua
elemen ini letaknya berdekatan dan berada di belakang aula Mesjid Al Hurriyyah.
Namun berbeda dengan bangunan kantor yang saat ini masih difungsikan dan
dirawat dengan baik, kedua elemen sisa pabrik karet ini sudah tidak berfungsi dan
dibiarkan begitu saja tanpa adanya pemeliharaan. Menara air saat ini telah
ditumbuhi oleh pohon beringin, sehingga bentuknya sudah tidak seperti aslinya.
Begitu pun dengan bak bekas pengolahan lateks yang telah ditumbuhi oleh
tumbuhan-tumbuhan liar.

(a)

(b)

Gambar 9 (a) Menara air, (b) Bak pengolahan lateks

9. Pinus Plaza Soekarno
Tahun 1961, Presiden Soekarno melakukan pencangkulan pertama sebagai
tanda bahwa dikemudian hari perkebunan ini akan menjadi kampus IPB Dramaga
(Gambar 10a). Presiden Soekarno menanam pohon pinus di areal di depan
"gedung seng" di Dramaga sebagai tanda dimulainya pembangunan kampus itu
yang sekarang dikenal dengan nama Plaza Soekarno. Saat ini plaza Soekarno
terletak di Fakultas Pertanian IPB. Kondisi plaza ini cukup baik, pohon pinus
masih tumbuh di area ini dan telah diberi pondasi serta penanda (Gambar 10b).

16

(a)

(b)

Gambar 10 (a) Pencangkulan pertama kampus IPB Dramaga (Humas IPB 2010),
(b) Pinus plaza Soekarno

Tabel 3 Elemen atau tapak bersejarah sejak masa sebelum kolonial belanda hingga
tahun 1962
No.

Elemen/Tapak

Lokasi

Kondisi Fisik

Tahun
Dibangun

Fungsi
Dahulu
Sekarang

1

Kuburan Mbah
Jawa

Jalan
Meranti
Kampus
IPB
Dramaga

Kondisi cukup baik,
terlihat seperti sering
dirawat. Akses cukup
mudah karena berada di
pinggir jalan.

Tidak
teridentifikasi

Makam

Makam

2

Kuburan
Palalangon

Di
belakang
gedung
laboratori
um
bersama

1700-an

Kuburan
keturunan
orang-orang
besar sebelum
dan di masa
kolonial

Pemakaman
dan sebagai
tempat
ziarah warga

3

Perkebunan Karet
FMIPA

Jln.
Meranti
Kampus
IPB
Dramaga

1800-an

Merupakan
bagian dari
perkebunan
karet Van
Motman

Sebagai
ruang
terbuka hijau
kampus

4

Perkebunan Karet
Jalan Agatis

Jalan
Agatis
Kampus
IPB
Dramaga

Kondisi cukup baik
karena dirawat oleh
masyarakat sekitar
kampus, namun tidak
ada akses dari jalan
kampus menuju area
ini.
Luas lahan perkebunan
karet tinggal sedikit.
Kondisi lahan cukup
terawat. Lahan berada
di samping jalan utama
kampus, sehingga
mudah diakses.
Luas lahan perkebunan
karet cukup luas.
kondisi lahan cukup
terawat. Akses menuju
lahan cukup mudah,
karena terletak di
samping jalan.

1800-an

Merupakan
bagian dari
perkebunan
karet Van
Motman

Sebagai
ruang
terbuka hijau
kampus

17
Tabel 3 Elemen atau tapak bersejarah sejak masa sebelum kolonial belanda hingga
tahun 1962 (lanjutan)
Tahun
Dibangun

Fungsi

No.

Elemen/Tapak

Lokasi

Kondisi Fisik

5

Perkebunan Karet
Cikabayan

Kebun
Percobaan
Cikabayan

1800-an

Merupakan
bagian dari
perkebunan
karet Van
Motman

Sebagai
ruang
terbuka hijau
kampus dan
lapangan
percobaan/
penelitian

6

Bangunan
Landhuis

Jalan
Tanjung
No. 4
Kampus
IPB
Dramaga

Luas lahan perkebunan
karet cukup luas.
kondisi lahan cukup
terawat dan masih
sering dilakukan
penyadapan getah karet.
Akses menuju lahan
cukup mudah, karena
terdapat jalan yang
membelah perkebunan
karet ini.
Kondisi bangunan baik
karena dirawat setiap
hari. Pernah dilakukan
beberapa kali renovasi
untuk mengganti bagian
yang sudah rusak.

1800-an

Wisma tamu
IPB dan club
dosen

7

Lonceng
Slavenbel

Jalan
Tanjung
Kampus
IPB
Dramaga

Kondisi bangunan baik
karena dirawat dan
sengaja dipertahankan
sebagai salah satu situs
bersejarah.

1800-an

Rumah
keluarga Van
Motman,
pemilik
perkebunan
karet
Dramaga
Alat untuk
mengumpulkan buruhburuh pekerja
di perkebunan
karet

8

Kantor
Administrasi
Pabrik Karet

Jalan
Tanjung
Kampus
IPB
Dramaga

Kondisi cukup baik
karena dirawat oleh
penghuninya.

1800-an

Kantor
administrasi
pabrik
pengolahan
karet

Asrama
marbot mesjid
Al Hurriyyah

9

Rumah
Administrator

Jalan
Tanjung
Kampus
IPB
Dramaga

Kondisi cukup baik
karena dirawat oleh
penghuninya.

1800-an

Rumah
administrator
keuangan
pabrik karet

Rumah staf
IPB

10

Menara Air
Jaman Belanda

Jalan
Tanjung
Kampus
IPB
Dramaga

Kondisi sudah berupa
reruntuhan, bangunan
ditutupi oleh pohon
beringin, tidak terawat.
Akses mudah karena
berada di pinggir jalan.

1800-an

Menara air
pabrik karet

Bangunan tua,
tidak
digunakan
lagi

11

Bak Bekas
Pengolahan
Lateks

Jalan
Tanjung
Kampus
IPB
Dramaga

1800-an

Bak
pengolahan
lateks pada
pabrik karet

Bangunan tua,
tidak
digunakan
lagi

12

Pinus Plaza
Soekarno

Fakultas
Pertanian
Jalan
Meranti
kampus
IPB
Dramaga

Kondisi berupa sisa-sisa
bak bekas pengolahan
lateks, ditumbuhi
rumput-rumput, tidak
terawat. Akses mudah
karena berada di pinggir
jalan.
Kondisi baik dan
terawat. Akses cukup
mudah karena dekat
dengan jalan, namun
harus melewati jalan
masuk gedung.

1961

Lokasi
pencangkulan
pertama oleh
Presiden
Soekarno

Simbol
pencangkulan
pertama
pembangunan
kampus IPB
Dramaga

Dahulu

Sekarang

Situs
peninggalan
Belanda,
ornamen
bangunan

18
Pada Tahun 1963 – 1983
Pembangunan kampus IPB Dramaga dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap
perintisan pada tahun 1963-1983, tahap pengembangan pada tahun 1984-2009,
dan tahap rekondisi pada tahun 2010-2030. Perkembangan pembangunan kampus
IPB yang mengikuti rencana induk yang mengalami beberapa kali revisi bertujuan
untuk menyesuaikan kondisi dan kebutuhan nyata (riil) agar lebih relevan
terhadap perubahan faktor internal dan eksternal kampus saat sekara