BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Penerapan prinsip tata kelola perusahaan perbankan di PT. Bank Sumut
Kantor Pusat Imam Bonjol Medan yang meliputi tranparansi, kemandirian, pertanggungjawaban, akuntabilitas dan kewajaran pada PT Bank Negara
Indonesia Persero Tbk dilaksanakan dengan cukup baik. Penerapan salah satu prinsip dari GCG yaitu dengan melaksanakan corporate social
responsibility. Pelaksanaan CSR harus diungkapakan dalam suatu laporan yang disebut sustainability reporting dan masuk dalam laporan annual
financial tahunan perusahaan. Perusahaan yang telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya terhadap lingkungan social dan masyarakat
berarti telah melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik. 2.
Peranan corporate sosial responsibility dalam mengimplementasikan tata kelola perusahaan perbankan yang baik di PT. Bank Sumut Kantor Pusat
Imam Bonjol Medan adalah untuk meningkatkan image perusahaan di dalam masyarakat di mana perusahaan itu menjalankan kegiatan usahanya.
Ide untuk menjadikan kepedualian sosial perusahaan sebagai unsur pemasaran. Perencanaan sosial harus selalu masuk dalam rencana strategik
perusahaan. Kegiatan sosial tersebut bukan suatu biaya, tetapi merupakan suatu investasi. PT. Bank Sumut memandang tanggung jawab sosial
perusahan bukan merupakan tuntutan, melainkan sebuah kebutuhan. Eksistensi dan keberlangsungan Bank Sumut sebagai entitas bisnis
Universitas Sumatera Utara
sekaligus elemen sosial sangat bergantung dari pola interaksi antara manajemen perusahaan di satu pihak dengan para pemangku kepantingan
di pihak lain. 3.
Hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan bank yang baik yaitu
kendala pengetatan kredit perbankan, produktivitas produk bank yang belum sepenuhnya efisien dan efektif, standar SDM yang tinggi akibat dari
era globalisasi dan masalah kasus penyimpangan internal internal fraud.
B. Saran
1. Agar program-program corporate social responsibility lebih tingkatkan
lagi untuk lebih mendekatkan Bank Sumut dengan masyarakat dan dan untuk implementasi CSR kedepannya sebaiknya pengeluaran dana dalam
rangka pelaksanaan tanggung jawab sosial CSR Bank Sumut diperhitungkan sebagai beban dalam periode berjalan.
2. Agar Bank Sumut aktif melakukan sosialisasi aktif tentang
penyelenggaraan GCG yang merupakan kegiatan wajib yang dilakukan oleh Bank Sumut kepada masyarakat sekitar yang belum mengetahui
secara detail tentang program yang dilaksanakan tersebut. 3.
Agar Bank Sumut tetap menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILTY
A. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility.
Terminologi tanggung jawab sosial perusahaan CSR bukanlah hal yang relative baru dalam dunia usaha, evolusi konsepnya sendiri sudah berlangsung
pada beberapa dekade. Pada sisi lain istilah CSR sendiri juga mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan dunia usaha, politis dan pembangunan
sosial serta hak asasi manusia HAM. Selain itu terminologi CSR juga dipengaruhi oleh dampak globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, dan
semua itu akan mencerminkan pemahaman terhadap pengertian CSR dalam kontek lokal.
13
13
Zaim Saidi, Sumbangan Sosial Perusahaan, Piramida, Jakarta, 2008, hal. 97
Corporate Social Responsibility dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tanggungjawab sosial perusahaan sedangkan di Amerika, konsep ini seringkali
disamakan dengan corporate citizenship. Pada intinya, keduanya dimaksudkan sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah
sosial dan lingkungan dalam kegiatan usaha dan juga pada cara perusahaan berinteraksi dengan stakeholder yang dilakukan secara sukarela. Selain itu,
tanggungjawab sosial perusahaan diartikan pula sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan dan masyarakat setempat lokal dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Universitas Sumatera Utara
Era globalisasi sering kali menjadi alasan untuk menjawab perubahan yang terjadi tanpa menyadari efek yang timbul dari globalisasi itu sendiri. Globalisasi
sendiri berarti universal, di mana segala sesuatu nanti akan saling tergantung satu sama lain dan saling berintegrasi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi, politik, lingkungan dan budaya masyarakat.
14
Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal sebagai Corporate
Social Responsibility CSR. Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa Dalam dinamika
masyarakat sendiri banyak fenomena yang muncul menjadi isu sosial, salah satunya adalah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility CSR. Tanggung jawab sosial atau social responsibiliy muncul dan berkembang sejalan dengan interelasi antara perusahaan dan masyarakat,
yang sangat ditentukan oleh dampak yang timbul dari dari perkembangan dan peradaban masyarakat.
Semenjak keruntuhan rezim diktatoriat Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap
perkembangan dunia bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para
pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan
usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya.
14
Ibid, hal. 98.
Universitas Sumatera Utara
korporasi bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja sehingga ter-alienasi atau mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat di
tempat mereka bekerja, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya.
Bambang Rudito dan Melia Famiola menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah merupakan suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya bukan hanya perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
15
Lebih lanjut disebutkan bahwa tanggung jawab sosial berhubungan erat dengan pembangunan
berkelanjutan, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata hanya
berdasarkan faktor keuangan belaka seperti halnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekwensi sosial dan lingkungan untuk saat
ini maupun untuk jangka panjang.
16
Menurut Baker, tanggung jawab sosial adalah bagaimana cara perusahaan mengelola proses bisnisnya untuk menghasilkan segala hal yang positif yang
berpengaruh terhadap lingkungannya. Tanggung jawab sosial dapat dikatakan sebagai cara perusahaan mengatur proses produksi yang berdampak positif pada
komunitas. Dapat pula dikatakan, sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan untuk meraih keuntungan, baik internal pekerja, shareholder,
maupun eksternal kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas,
15
Bambang Rudito dan Melia Famiola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Rekayasa Sains, Bandung, 2007, hal.42
16
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain. Esensi tanggung jawab sosial. Pada dasarnya, bentuk tanggung jawab sosial perushaan dapat beraneka ragam.
Dari yang bersifat charity sampai pada kegiatan yang bersifat pengembangan komunitas Community Development.
17
Menurut Andi Firman tanggung jawab sosial adalah suatu konsep yang bermaterikan tanggung jawab sosial dan lingkungan oleh perusahaan kepada
masyarakat luas, khususnya di wilayah perusahaan tersebut beroperasi. Tanggung jawab sosial dapat berupa program yang memberikan bantuan modal kerja lunak
bagi para petani, nelayan, pengusaha kecil, pemberian beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa terutama yang tidak mampu dan berprestasi, perbaikan infrastruktur
jalan, gedung-gedung sekolah, sarana keagamaan dan olah raga, pendidikan dan pelatihan keperempuanan dan pemuda, serta pemberdayaan masyarakat adat.
Termasuk pula memelihara kondisi alam agar tetap dalam kondisi yang sehat dan seimbang. Pada posisi demikian, perusahaan telah ikut serta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Economic Growth masyarakat dari segi ekonomis dan ekologis.
18
Menurut Bank Dunia tanggung jawab sosial perusahaan terdiri dari beberapa komponen utama: perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak azasi
manusia, interaksi dan keteribatan perusahaan dengan masyarakat, standar usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan,
17
A. Martanti Dwifebri, 2007, “Corporate Social Responsibility CSR seharusnya ikut serta perbaiki perekonomian bangsa” diakses dari situs : http:72.
14.235.104search?q=cache:HN9RRTtGGung J:www.isei.or.idpage.php3Fid,112920 ,
diakses tanggal 21 April 2016 Pukul 10.
00
Wib.
18
Yenni Mangoting, Biaya Tanggung Jawab Sosial sebagai Tax Benefit, diakses dari situs : Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
http:puslit.petra.ac.idjournalsaccounting , diakses tanggal 21 April 2016 Pukul 10.
00
Wib.
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan dan pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan.
19
Yusuf Wibisono, CSR didifinisikan sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan triple bottom line dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Dengan adanya
tanggung jawab sosial sebenarnya perusahaan diuntungkan karena dapat menciptakan lingkungan sosial yang baik serta dapat menumbuhkan citra positif
perusahaan, tentu hal ini dapat meningkatkan iklim bisnis bagi perusahaan.
20
Suhandari M. Putri, mendifinisikan CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis,
sosial, dan lingkungan.
21
1. Model Amerika Tradisional. Model ini lebih bersifat
filantropiskaritas. Pada model ini perusahaan mendapatkan laba sebesarbesarnya, melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan dan
menyumbangkan keuntungannya kepada masyarakat.
Baker menyebutkan bahwa ada dua model penerapan tanggung jawab sosial. Model tersebut adalah:
2. Model Eropa Modern. Model ini lebih integrative, memfokuskan diri
pada bidang usaha utama perusahaan yang dijalankan dengan tanggung jawab terhadap masyarakat.
22
19
A. Martanti Dwifebri, Op.Cit.
20
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility, Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal. 10
21
Suhandari M. Putri, Schema CSR, Sinar Grafika, Jakarta 2007, hal.25
22
Ibid , hal.26
Universitas Sumatera Utara
CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat tempatan. Secara teoretik, CSR dapat
didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para strategicstakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah
kerja dan operasinya. CSR memandang perusahaan sebagai agen moral. Dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas.
Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah pengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa
merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral yang sering digunakan adalah goldenrules yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak
memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan. Dengan begitu, perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral
dan etis akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.
23
Menilik sejarahnya, gerakan CSR modern yang berkembang pesat selama dua puluh tahun terakhir ini lahir akibat desakan organisasi-organisasi masyarakat
sipil dan jaringannya di tingkat global. Keprihatinan utama yang disuarakan adalah perilaku korporasi, demi maksimalisasi laba, lazim mempraktekkan cara-
cara yang tidak fair dan tidak etis, dan dalam banyak kasus bahkan dapat dikategorikan sebagai kejahatan korporasi. Beberapa raksasa korporasi
transnasional sempat merasakan jatuhnya reputasi mereka akibat kampanye dalam skala global tersebut.
24
23
Sambutan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Seminar Sehari A Promise of Gold Rating : Sustainable CSR diakses dari situs : http:www.menlh.go.id236, diakses tanggal 21
April 2016 Pukul 10.
00
Wib.
24
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Hingga dekade 1980-90 an, wacana CSR terus berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992 menegaskan konsep sustainibility development
pembangunan berkelanjutan sebagai hal yang mesti diperhatikan, tak hanya oleh negara, tapi terlebih oleh kalangan korporasi yang kekuatan kapitalnya makin
menggurita. Tekanan KTT Rio, terasa bermakna sewaktu James Collins dan Jerry Porras meluncurkan Built To Last; Succesful Habits of Visionary Companies di
tahun 1994. Lewat riset yang dilakukan, mereka menunjukkan bahwa perusahaan- perusahaan yang terus hidup bukanlah perusahaan yang hanya mencetak
keuntungan semata. Di Indonesia sendiri, munculnya Undang-Undang No. 40 tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disebut UU PT menandai babak baru pengaturan CSR. Selain itu, pengaturan tentang CSR juga tercantum di dalam
Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Walaupun sebenarnya pembahasan mengenai CSR sudah dimulai jauh sebelum kedua
undang-undang tersebut disahkan. Salah satu pendorong perkembangan CSR yang terjadi di Indonesia adalah pergeseran paradigma dunia usaha yang tidak hanya
semata-mata untuk mencari keuntungan saja, melainkan juga bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial.
Adapun pengaturan CSR di dalam di dalam Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007, diatur sebagai berikut :
1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
2 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
Ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
Universitas Sumatera Utara
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada Ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Penjelasan Pasal 74 UU PT, disebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam adalah Perseroan
yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam dan yang dimaksud dengan Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang
berkaitan dengan sumber daya alam adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada
fungsi kemampuan sumber daya alam, sehingga hal ini dapat menimbulkan penafsiran bahwa entitas yang tidak berbentuk Perseroan Terbatas tidak
diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pasal 74 UU PT tidak menjelaskan penerapan CSR bagi perseroan yang
tidak menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam, juga tidak menyebutkan jumlah anggaran yang dapat dianggarkan
untuk CSR. Pada Ayat 4 dinyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Pemerintah PP, sedangkan PP yang dimaksud belum ada. Dapat
diperkirakan bagaimana bentuk penerapan CSR dengan belum adanya PP tersebut yang bertendensi kepada penerapan yang sekenanya dan alakadarnya walaupun
ada perseroan yang menjalankan CSR dengan sungguh-sungguh. Melihat yang diwajibkan melakukan CSR dalam UU PT ini adalah Perseroan Terbatas, terhadap
BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas pun harus melakukan CSR seperti
Universitas Sumatera Utara
yang dimaksud dalam Pasal 74 UU PT ini. Walaupun pada Pasal 74 UUPT hanya menyatakan secara eksplisit perseroan yang bersinggungan langsung dengan
Sumber Daya Alam SDA saja yang wajib melaksanakan, akan tetapi tidak dapat dibatasi begitu saja, karena tidak ada satu pun dunia usaha yang tidak
bersinggungan dengan SDA atau pun lingkungan itu sendiri. Peraturan perundang-undang lain yang mewajibkan adanya pelaksanaan
CSR di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang selanjutnya disebut sebagai UU PM. Dalam UU PM pada
Pasal 15 huruf b menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial
perusahaan pada UU PM adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Kemudian ditegaskan pada Pasal 34 yang menyatakan bahwa badan
usaha atau perserorangan yang dimaksud pada Pasal 5 tidak melaksanakan kewajiban yang disebut dalam Pasal 15 dikenai sanksi administratif. Sanksi
administartif berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas penanam modal, pencabutan kegiatan usaha
danatau fasilitas penanam modal.
B. Prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility.