Kesimpulan Saran Tumbuhan Pirdot Saurauia vulcani Korth. Senyawa Organik Bahan Alam

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil skrining fitokimia flavonoida terhadap pasta hasil isolasi dari daun tumbuhan pirdot S.vulcani Korth. menunjukkan hasil positif senyawa flavonoida. 2. Hasil isolasi yang diperoleh dari 2400 g daun tumbuhan pirdot S.vulcani Korth. merupakan pasta berwarna kuning kecoklatan, diperoleh sebanyak 3,6 mg, Rf = 0,46dengan eluen n-heksana: etil asetat70:30 vv. 3. Hasil analisis dengan Spektrofotometer UV-Visible, Spektrofotometer Inframerah FT-IR dan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton 1 H- NMR menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi dari daun tumbuhan pirdot S.vulcani Korth. diduga adalah senyawa flavonoida golongan isoflavon.

5.2 Saran

Untuk lebih mendukung struktur senyawa flavonoida hasil isolasi, maka sebaiknya perlu dilakukan analisis Spektrometer Karbon 13 C-NMR dan Spektrometer Massa MS. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Pirdot Saurauia vulcani Korth.

Pirdot merupakan tumbuhan yang hidup pada daerah basah seperti dekat air terjun, aliran sungai, jurang, gunung yang lembab, daerah hutan dan daerah yang berawan mendung. Kebanyakan spesies hidup pada tanah yang berpasir, banyak humus, dan tanah liat. Tempat tumbuh tanaman ini pada ketinggian 3600 km di atas permukaan laut Soejarto,1980. Pirdot merupakan genus Saurauia dan keluarga Actinidiaceae. Sistematika tumbuhan ini dapat dilihat dari hasil identifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Ericales Famili : Actinidiaceae Genus : Saurauia Spesies : Saurauia vulcani Korth. Nama Lokal : Pirdot Herbarium Medanense.

2.2 Senyawa Organik Bahan Alam

Pada hakekatnya kimia bahan alam merupakan pengetahuan yang telah dikenal sejak peradaban manusia tumbuh. Contoh yang dapat segera diketahui adalah pembuatan bahan makanan, pewarnaan benda, obat-obatan atau stimulan, dan sebagainyaSastrohamidjojo, 1996. Universitas Sumatera Utara Kimia bahan alam merupakan hasil perkembangan ilmu kimia organik yang mempelajari senyawa-senyawa kimia yang tergolong metabolit sekunder. Senyawa- senyawa tersebut banyak ditemukan pada sumber alam, baik berupa tumbuhan, hewan yang masih hidup maupun yang sudah mati. Senyawa-senyawa bahan alam ini diklasifikasikan berdasarkan empat kriteria yang berbeda yaitu: struktur kimia, keaktifan fisiologis, taksonomi dan biogenesis Harborne, 1987. 1. Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimia Klasifikasi ini adalah klasifikasi formal berdasarkan kerangka struktur molekul, yaitu: a. Senyawa lemak rantai terbuka atau alifatik, seperti asam-asam lemak, gula- gula, dan hampir semua asam amino b. Senyawa sikloalifatik atau alisiklik, seperti terpenoid, steroid, dan beberapa alkaloid c. Senyawa benzenoid atau aromatik, seperti fenol dan kuinon. d. Senyawa heterosiklik, seperti alkaloid, flavonoid, dan basa-basa nukleat. 2. Klasifikasi Berdasarkan Aktivitas Fisiologi Biasanya pengembangan bahan alam didahului dengan pengamatan dan pengalaman empirik khasiat bahan alam tersebut untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Oleh karena itu, salah satu cara penyelidikan bahan obat dari tumbuhan atau bahan alam lainnya adalah melalui ekstraksi dan penetapan khasiat farmakologi ekstrak, diikuti dengan isolasi komponen murni. 3. Klasifikasi Berdasarkan Taksonomi Klasifikasi ini didasarkan pada pengkajian morfologi komparatif atau taksonomi tumbuhan. Walaupun beberapa metabolit selama ini diketahui spesifik pada tumbuhan tertentu, tetapi sekarang telah diketahui tersebar di dalam berbagai tumbuhan, misalnya alkaloid dan isoprenoiddapat diisolasi dari berbagai genus, spesies, suku, atau ordo. Bahkan di dalam satu spesies terdapat sejumlah komponen yang memiliki struktur dasar yang berkaitan. Pengetahuan tentang kandungan komponen tumbuhan berkembang dengan sangat pesat karena berkembangnya metode ekstraksi, isolasi dan karakterisasinya. Hal ini Universitas Sumatera Utara mendorong berkembangnya suatu bidang baru yang disebut kemotaksonomi chemotaxonomy atau sistematik kimia chemosystematic yang mengarah ke pembagian kandungan tumbuhan berdasarkan taksa tumbuhan. 4. Klasifikasi Berdasarkan Biogenesis Biogenesis dan biosintesis memiliki arti yang sama dan sering kali digunakan tanpa perbedaan. Namun, istilah biogenesis biasanya digunakan untuk reaksi pembentukan yang masih dalam taraf hipotesis, sedangkan jika reaksi tersebut telah dibuktikan secara eksperimen, digunakan istilah biosintesisNakanishi et al, 1974. Diawali dengan teori aturan isoprena pada tahun 1930, yang menyatakan bahwa semua terpenoid dibentuk dari unit isoprena 5-C, dilanjutkan dengan teori poliketometilena untuk senyawa fenolik, yang merupakan saran pertama bagi biosintesis asetogenin poliketida. Komponen pembangun utama untuk atom-atom karbon dan nitrogen di dalam semua senyawa bahan alam berasal dari 5 kelompok prekursor, yaitu: a. asetil ko-A → unit 2C MeCO- → poliketida asetogenin malonil ko-A b. asam sikimat → unit 6C-3C 6C-1C atau 6C-2C → senyawa fenolik c. asam mevalonat → unit prenil → isoprenoid CH 2 =C-CH 2 -CH 2 - Me d. unit asam amino seperti fenilanalina, tirosina, ornitina, lisina, dan triptofan → alkaloid e. 5-5 ’ -deoksiadenilmetionina → unit 1C Wiryowidagdo, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.3 Metabolit Sekunder