13
Pada fase ini, jumlah sel yang mati meningkat. Faktor penyebabnya adalah ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik.
2.3.2 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus termasuk dalam suku Micrococcaceae, merupakan bakteri gram positif, berbentuk bulat kokus atau oval dengan diameter sekitar 1
μm, terdapat tunggal dan berpasangan, secara khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombolan yang tidak teratur dan menyerupai
buah anggur. Staphylococcus aureus tidak membentuk spora dan termasuk anaerob fakultatif. Tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam keadaan aerobik.
Staphylococcus aureus adalah bakteri mesofil dengan suhu pertumbuhan optimum 37
o
C. Staphylococcus aureushidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut,
tenggorokan dan dapat pula dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin Supardi dan Sukamto, 1999.
Gambar 2.Staphylococcus aureus Todar, 2008
Menurut Holt 1988, sistematika dari bakteri Staphylococcus aureus yaitu: Divisi
: Schizophyta Kelas
: Schizomycetes Ordo
: Eubacteriales
Universitas Sumatera Utara
14
Suku : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
muntah, diare, mual, kejang dan kram pada abdominal serta sakit kepala ICMSF, 1996.
2.3.3 Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli umumnya merupakan flora normal saluran pencernaan tubuh manusia dan hewan. Escherichia coli merupakan bakteri gram
negative berbentuk batang, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan bersifat motile. Sel Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0-
6,0 μm dan lebar 1,1-
1,5 μm, tersusun tunggal, berpasangan, dengan flagella peritikus Supardi dan Sukamto, 1999.
Gambar 1 Escherichia coli Todar, 2008 Menurut Holt 1988, sistematika dari bakteri Escherichia coli adalah
sebagai berikut: Divisi
: Schizophyta Kelas
: Schizomycetes Ordo
: Eubacteriales
Universitas Sumatera Utara
15
Suku : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli dapat memproduksi enterotoksin. Organ sasaran enterotoksin adalah usus kecil dan menyebabkan diare sebagai akibat dari
pengeluaran cairan dan elektrolit Tim Mikrobiologi FK Brawijaya, 2003.
2.4 Faktor-faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Bakteri