41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi
Dalam pengerjaan tugas akhir ini penelitian dilakukan melalui pengujian langsung dilapangan tepatnya pada jalan yang dianggap mewakili. Lokasi pengujian
dipilih berdasarkan jenis perkerasannya yaitu perkerasan beraspal Aspal Beton dan perkerasan Beton Semen.
Kedua jalan yang dipilih sebagai tempat pengujian adalah Jalan Jendral Sudirman mewakili perkerasan beraspal Aspal Beton dan Jalan Sisingamangaraja
mewakili perkerasan Beton Semen. Jalan Jendral Sudirman yang dipilih adalah jalan dari persimpangan Jalan Jendral Sudirman dengan jalan Diponogoro sampai
persimpangan Jalan Jendral Sudirman dengan Jalan Imam Bonjol. Untuk Jalan Sisingamangaraja dipilih jalan yang memiliki perkerasan beton
semen tepatnya dari persimpangan Jalan Sisingamangaraja dengan Jalan Halat sampai persimpangan Jalan Sisingamangaraja dengan Jalan Turi. Sketsa lokasi
pengujian sesuai Gambar 3.1.
42
Gambar 3.1 Sketsa Lokasi Pengujian
43
3.2. Sampel
Dalam pengujian diambil delapan titik sampel untuk setiap ruas jalan yang menjadi lokasi penelitian. Delapan titik sampel ini dipilih berdasarkan jarak yang
tersedia pada ruas jalan yang akan diteliti. Pada setiap titik sampel dilakukan masing- masing lima kali pengujian, baik pengujian kedalaman tekstur maupun pengujian
skid resistance. Sehingga untuk setiap ruas jalan dilakukan 40 kali pengujian dengan total 80 kali pengujian dilakukan pada kedua ruas jalan.
Pemilihan jumlah titik sampel per ruas jalan dilakukan berdasarkan penelitian-penelititian terdahulu mengenai skid resistance dan kedalaman tekstur.
Penelitian-penelitian tersebut antara lain: a. Suleiman Arafat Yero dkk melakukan pengujian skid resistance,
kedalaman tekstur dan kekasaran pada beberapa ruas jalan. Terdapat 6 ruas jalan yang diuji. Pada setiap ruas jalan dilakukan 10 titik sampel.
Dalam setiap titik sampel dilakukan 3 kali pengujian. Jadi dalam satu ruas jalan dilakukan 30 kali pengujian dengan total 180 kali pengujian pada
seluruh penelitian ini. b. M. R. Ahadi dan K. Nasirahmadi melakukan penelitian mengenai skid
resistance dan kedalaman tekstur menggunakan sampel laboratorium. Dimana terdapat dua jenis sampel yang digunakan yaitu sampel bergradasi
rapat dan gardasi terbuka. Dengan masing-masingnya terdiri dari grade 4 dan grade 5. Pada setiap grade sampel dibagi berdasarkan kadar bitumen
yaitu: 4, 4.5, 5, 5.5, 6, dan 6.5. Dengan setiap kadar bitumen diwakili 3 benda uji. Jadi untuk satu jenis grade terdapat 6 variasi sampel
44 yang masing-masingya terdiri dari 3 benda uji. Jadi untuk setiap grade
terdapat 18 benda uji. Dan total 72 benda uji digunakan pada penelitian ini. Berlandaskan kedua penelitian terdahulu akhirnya pada penelitian ini
ditentukan delapan sampel dengan setiap sampel terdiri dari lima pengujian. Jadi total pengujian secara keseluruhan adalah 80 kali pengujian.
Berkaitan dengan pemilihan titik sampel, titik sampel pada perkerasan dipilih yang tidak memiliki tambalan atau crack. Karena tambalan dan crack dapat
menyebabkan error pada pengujian. Lima pengujian yang dilakukan pada satu titik sampel dipilih berdasarkan
beberapa penelitian terdahulu dan ketentuan-ketentuan yang ada. Ketentuan- ketentuan tersebut antara lain:
a. M. Sjahdanulirwan dan A. Tatang Dachlan dalam penelitiannya melakukan pengujian British Pendulum Tester pada beberapa ruas jalan
dengan jarak melintang jalan yang tetap yaitu pada lajur roda luar outer wheel track, OWT atau sekitar 60cm dari tepi perkerasan.
b. Road Research Laboratory mengenai penggunaan British Pendulum Tester mengatur bahwa:
1 Peluncur pendulum meluncur searah dengan arah lalu lintas. 2 Pada permukaan dengan pola tertentu seperti perkerasan rigid,
pengujian harus dibuat 80
o
dari pola. 3 Dalam pengujian diambil rata-rata dari lima pengujian pada setiap lima
lokasi di lintasan pengujian biasanya dekat wheel track dengan jarak 5 sampai 10 m sepanjang lajur yang akan diuji. Rata-rata dari kelima
pengujian ini disebut sebagai nilai skid resistance dari jalan.
45 4 Kelicinan dari beberapa jalan bervariasi tergantung kepada lebar
potongan melintang jalan dan terkadang puncak dari jalan memiliki bagian yang paling licin. Oleh sebab itu pengujian harus dilakukan pada
puncak jalan. c. Suleiman Arafat Yero dkk melakukan pengujian skid resistance,
kedalaman tekstur dan kekasaran pada beberapa ruas jalan. Dimana penelitian dilakukan pada jarak 100 m dengan tiga kali pengujian setiap
titiknya. Namun dalam penelitian ini tidak disebutkan kedudukan titik sampel terhadap garis melintang jalan.
d. NCHRP: Guide for Pavement friction menyatakan beberapa ketentuan mengenai pengujian kekesatan jalan. Salah satu dari ketentuan tersebut
mengatur letak pengujian berdasarkan lajur pada jalan. Ketentuan tersebut antara lain:
1 Pengukuran kekesatan harus dilakukan pada lajur dengan lalulintas tinggi.
2 Jalan dua lajur dengan distribusi lalu lintas 50-50 pengujian cukup dilakukan pada satu lajur, apabila distribusi lalu lintas berbeda dipilih
lajur dengan lalu lintas tinggi. 3 Jalan dengan banyak lajur pengujian dilakukan pada lajur terluar pada
kedua arah dimana lalu lintas tinggi. Namun apabila lalu lintas tertinggi tidak terjadi pada lajur terluar maka pengujian harus dilakukan disetiap
lajur. 4 Pengujian harus dilakukan dalam wheel path dimana kekesatan hilang
terbesar.
46 5 Penting untuk melakukan pengujian pada lajur dan wheel path yang
sama untuk mendapatkan konsistensi pada pengujian dan mengurangi variabilitas.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa variasi data pada pengujian skid resistance terjadi sejalan dengan jarak melintang jalan serta wheel
path atau wheel track pada ruas jalan dan variasi terjadi pada jarak memanjang jalan apabila jarak pengujian sampel minimal 100 m . Oleh sebab itu, untuk mendapatkan
hubungan antara skid resistance dan kedalaman tekstur dilakukan pengujian dimana titik sampel dibedakan terutama berdasarkan lebar jalan. Berkaitan dengan jarak
memanjang sampel dipilih berdasarkan panjang jalan yang tersedia. Titik sampel dalam satu ruas jalan diilustrasikan pada Gambar 3.2 di bawah ini.
47
Gambar 3.2 Sketsa Titik Sampel
48
3.3. Peralatan