Financial Distress Analisis Diskriminan

13 yang rendah pada tingkat penjualan tertentuakan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yangtertanam pada aktiva-aktiva tersebut. c. Rasio Solvabilitas . Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhikewajiban- kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidaksolvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besardibandingkan total aktivanya. d. Rasio Profitabilitas Rasio yang mengukur kemampuan perusahanmenghasilkan keuntungan profitabilitas pada tingkat penjualan,aset dan modal saham tertentu. e. Rasio Pasar Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilaibuku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak bersudut padainvestor atau calon investor, meskipun pihak manajemenberkepentingan terhadap rasio ini.

2.2 Financial Distress

Financial Distress merupakan suatu situasi dimana aliran kasoperasi sebuah perusahaan tidak cukup memuaskan kewajiban-kewajibanyang sekarang seperti perdagangan kredit ataupengeluaran bunga dan perusahaan dipaksa untuk melakukantindakan korektif. Sjahrial, 2007:453 Financial Distress mungkinmembawa suatu perusahaan untuk menggagalkan suatu kontrak danitu mungkin melibatkan restrukturisasi diantara perusahaan, parakrediturnya, dan para investor ekuitasnya. Istilah kesulitan keuangan financial distress digunakan untukmencerminkan adanya permasalahan dengan likuiditas yang tidakdapat Universitas Sumatera Utara 14 dijawab atau diatasi tanpa harus melakukan perubahan skalaoperasi atau restrukturisasi perusahaan. Pengelolaan kesulitankeuangan jangka pendek tidak mampu membayar kewajibankeuangan pada saat jatuh temponya yang tidak tepat maka akanmenimbulkan permasalahan yang lebih besar yaitu menjadi tidaksolvable jumlah utang lebih besar dari pada jumlah aktiva danakhirnya mengalami kebangkrutan. Munawir, 2002:291 Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahuikondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapatdilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yangmengarah pada kebangkrutan.

2.3 Pengertian Kebangkrutan

Kebangkrutan adalah kesulitan likuiditas yang sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan operasi dengan baik. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Alimiansyah dan Padji 2003:44 bahwa kebangkrutan dapat diartikan sebagai pernyataan keadaan yang menunjukkan jalannya usaha yang sangat kritis genting dan akhirnya jatuh pailit atau bangkrut. Sedangkan menurut pendapat yang lain kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti Martin et al. dalam Sayekti Indah,2005. 1. Kegagalan dalam arti ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutup biaya sendiri, ini Universitas Sumatera Utara 15 berarti bahwa tingkat labanya lebih kecil dari kewajiban Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan. 2. Kegagalan keuangan financial failure, Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk: a. Insolvensi teknis tehnical insolvency Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo, walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap hutang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang diisyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu. b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan Dalam pengertian ini, kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. Pengertian kebangkrutan dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya Universitas Sumatera Utara 16 sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai dengan profit sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki Adnan dan Kurniasih 2000 dalam Sayekti Indah 2005. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal diketahui tanda-tanda kebangkrutan semakin baik bagi manajemen karena manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan. Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutanperusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atauuntuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalahlaporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untukmemprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan.

2.3.1 Indikator Terjadinya Kebangkrutan

Sebelum pada akhirnya pada suatu perusahaan dinyatakan bangkrut, biasanya ditandai oleh berbagai situasi atau keadaan khususnya yang berhubungan Universitas Sumatera Utara 17 dengan efektivitas dan efisiensi operasinya. Indikator yang harus diperhatikan para manajer,seperti yang dikemukakan oleh harnanto 1984 bahwa : 1. Penurunan volume penjualan karena adanya perubahan selera atau permintaan konsumen. 2. Kenaikan biaya produksi. 3. Tingkat persaingan yang semakin ketat. 4. Kegagalan melakukan ekspansi. 5. Ketidakefektifan dalam melaksanakan fungsi pengumpulan piutang. 6. Kurang adanya dukungan atau fasilitas perbankan kredit. Suatu perusahaan yang mengandalkan hutang di dalam menghadapi kegiatan operasi dan kegiatan investasinya akan berada dalam keadaan yang kritis karena apabila suatu saat perusahaan mengalami penurunan hasil operasi, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Adapun indikator-indikator yang dapat diamati oleh pihak ekstern antara lain : a. Penurunan deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham b. Terjadinya penurunan laba yang terus-menerus, bahkan sampai terjadinya kerugian. c. Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha d. Terjadinya pemecatan pegawai e. Pengunduran diri eksekutif puncak. f. Harga saham yang terus menerus turun di pasar modal Universitas Sumatera Utara 18

2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

Perusahaan yang berada pada Negara sedang mengalami kesulitan ekonomi akan lebih cepat mengalami kebangkrutan, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum sakitpun akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional perusahaan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun demikian, proses kebangkrutan sebuah perusahaan tentu saja tidak semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi saja, tetapi bisa juga disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya non ekonomi. Menurut Darsono dan Ashari 2005:104 mendeskripsikan bahwa secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro. Adapun Faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi: 1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus- menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya. Ketidakefisien ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen. Universitas Sumatera Utara 19 2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang- hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan. 3. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor. Sedangkan faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan berasal dari faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan, supplier, debitor, kreditor, pesaing ataupun dari pemerintah. Sedangkan faktor eksternal yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi perekonomian secara makro ataupun faktor persaingan global. Faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan adalah: 1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Universitas Sumatera Utara 20 2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi. 3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang yang diberikan debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan. 4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam undang-undang no.4 tahun 1998, kreditor bisa memailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor. 5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan. Universitas Sumatera Utara 21 6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan Negara- negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi oleh perusahaan. Dari teori yang dikemukakan diatas maka faktor penyebab kebangkrutan adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan yang kondisi keuangannya tidak sehat, baik itu faktor ekonomi, internal dan eksternal

2.3.3 Prediksi Kebangkrutan

Menurut Darsono dan Ashari 2005:105 mengemukakan bahwa Kemampuan dalam memprediksi kebangkrutan akan memberikan keuntungan banyak pihak, terutama pada kreditur dan investor. Kemudian prediksi kebangkrutan juga berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan keuangan atau tidak di masa mendatang. Maka, sebagai pihak yang berada di luar perusahaan, investor sebaiknya memiliki pengetahuan tentang kebangkrutan sehingga keputusan yang diambil tidak akan salah. Salah satu indikator yang bisa dipakai untuk mengetahui tingkat kebangkrutan adalah indikator keuangan. Prediksi kesulitan keuangan salah satunya dikemukakan oleh seorang profesor di New York University bernama Edward Altman yang disebut dengan Altman Z-Score. Rumus Z-Score ini menggunakan komponen laporan keuangan sebagai alat prediksi terhadap kemungkinan bangkrut tidaknya perusahaan. Universitas Sumatera Utara 22 Dari teori yang dikemukakan diatas bahwa dalam memprediksi kebangkrutan dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang dari komponenyang digunakan dalam rumus Z-Score yang sebagai alat prediksi terhadap kemungkinan bangkrut tidaknya suatu perusahaan.

2.4 Analisis Diskriminan

Dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan kita perlumemasukkan rasio-rasio keuangan kedalam model Altman yangdapat menentukan besarnya kemungkinan kebangkrutan.Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatankeuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbuldari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat suatupenyimpangan univariate, yang artinya setiap rasio diuji secaraterpisah. Untuk mengatasi kelemahan analisis-analisis tersebut,maka Alman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadimodel prediksi dengan teknik analisis statistik, yaitu analisisdiskriminan yang menghasilkan suatu indek yang memungkinkanklasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapapengelompokan yang bersifat apriori. Weston Copeland,2004:254 Dalam penelitian Altman 1968 yang menggunakan analisisdiskriminan dengan menyusun satu model untuk perusahaan 66perusahaan manufaktur, setengah diantaranya mengalami pailit,Altman memperoleh 22 rasio keuangan, dimana lima di antaranyaditemukan paling berkontribusi pada model prediksi. Fungsidiskriminan Z yang ditemukan oleh Altman adalah sebagai berikut: Weston Copeland, 2004:255 Z = 0,012X1 + 0,014X2 +0,033X3+0,006X4 +0,999X5 Universitas Sumatera Utara 23 Pada tahun 1983,1984 model prediksi kebangkrutandikembangkan lagi oleh Altman untuk beberapa negara, daripenelitian tersebut ditemukan nilai Z, yang dicari dengan persamaandiskriminan sebagai berikut : Hanafi Halim, 2003:275. Zi = 1,2X1 + 1,4 X2+3,3X3 + 0,6X4 +1,0X5 Dimana : X1 = Aktiva Lancar – Hutang lancarTotal Aktiva X2 = Laba yang ditahantotal aset X3 = Laba sebelum bunga dan pajakTotal aset X4 = nilai pasar saham biasa dan preferentnilai buku total hutang X5 = penjualan Total aset Dalam laporannya Altman mengelompokkan perusahaan menjadi dua kategori, yaitu pailit dan tidak palit. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai Z rata-rata kelompok perusahaan yang pailit sebesar -0,2599 dan rata-rata untuk perusahaan yang tidak pailit sebesar 4,8863. Sebesar patokan untuk mengklasifikasikan perusahaan yang dipilih batas nilai Z sebesar 2,675 sebagai nilai kritis yang merupakan klasifikasi umum. Jadi nilai perusahaan dengan nilai skor Z yang lebih besar dari 2,675 diklasifikasikan perusahaan yang tidak pailit dan skor nilai Z yang kurang dari 2,675 diklasifikasikan perusahaan yang pailit. Weston Copeland, 2004:255. Masalah lain yang sering dihadapai oleh Altman dalammelakukan penelitian di Indonesia adalah sedikitnya perusahaanIndonesia yang go public. Jika perusahaan tidak go-public, maka nilaipasar menggunakan nilai buku saham biasa dan preferen sebagaisalah satu komponen variabel bebasnya, dan kemudian mengembangkan model discriminan kebangkrutan, danmemperoleh model sebagai berikut ini. Universitas Sumatera Utara 24 Zi = 0,717 X1+0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4+0,998 X5 Akam tetapi Z-Score Altman untuk perusahaan yang telah go public ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut S.Munawir, 2002: 309: Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 Dimana : X1 = Aktiva Lancar – Hutang lancarTotal Aktiva X2 = Laba yang ditahantotal aset X3 = Laba sebelum bunga dan pajakTotal aset X4 = Nilai pasar saham biasa dan preferentnilai buku total hutang X5 = Penjualan Total aset Modeltersebut kemudian bisa digunakan baik untuk perusahaan yang go publicmaupun yang tidak go-public. Perbandingan nilai skor Z kritisdan skor daerah rawan dengan model yang baru bisa dilihat pada interprestasi penilaian sebagai berikut : a. Z-Score 2,99 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi sehat dan tidak sedang mengalami kesulitan keuangan. b. 1,81 Z-Score 2,99 artinya perusahaan memiliki peluang mengalami kebangkrutan, namun peluang terselamatkan dan peluang bangkrut sama besarnya, tergantung dari penanganan pihak manajemen dalam mengelola perusahaan mengatasi hal tersebut. c. Z-Score 1,81 artinya perusahaan sedang dalam kondisi mengalami kesulitan keuangan yang pelik dan memiliki peluang besar akan menghadapi kebangkrutan. Berikut merupakan uraian mengenai rasio-rasio yang kemudian akan dimasukkan ke dalam persamaan diskriminan Z – Score Universitas Sumatera Utara 25 a. Modal kerja terhadap total aset working capital to total assets digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalnya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal sepertim ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, dan beberapa indikator lainnya. b. Laba ditahan terhadap total harta retained earning to total assets digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya. c. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta earnings before interest and taxes to total assets digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnyan dari aktiva perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat, rugi terus-menerus Universitas Sumatera Utara 26 dalam beberapa kwartal, persediaan meningkat, penjualan menurun, dan terlambatnya hasil penagihan piutang. d. Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari utang market value equity to book value of total debt digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah utang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan utang mencakup utang lancar dan utang jangka panjang.Penjualan terhadap total harta sales to total assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.

2.5 Penelitian Terdahulu