Penegakan hukum administrasi negara kaitannya dengan Pengelolaan Hutan

dalam kawasan lindung seluas 1.774.400 hektar dan fungsi hutan dalam kawasan budidaya seluas 1.967.720 hektar. 121 Secara nasional kebijakan pembangunan bidang kehutanan telah dituangkan dalam lima kebijakan prioritas bidang kehutanan sesuai Keputusan Menteri Kehutanan No.SK 456Menhut-VII2004 tanggal 29 November 2004 yaitu pemberantasan pencurian kayu di hutan Negara dan perdagangan kayu illegal, revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan, rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan, pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan serta pemantapan kawasan hutan. Khusus sektor kehutanan kebijakan itu katanya harus dipercepat untuk meningkatkan kontribusi kehutanan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengurangan dan pengentasan kemiskinan. Selain itu, potensi sumber daya hutan sangat menjanjikan kemakmuran tapi kontradiktif dengan kondisi masyarat. Hal ini dapat diatasi dengan membangun hutan tanaman baru dengan pola 60 persen hutan tanaman rakyat dan 40 persen Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Tanaman. Mendukung kebijakan pembangunan kehutanan nasional itu dengan sasaran antara lain, terselesaikannya tata batas kawasan hutan baik luar maupun batas fungsi berkurangnya jumlah konflik pemanfaatan lahan kawasan hutan, menurunnya perambahan dan kebakaran hutan, bertambahnya luas hutan rakyat dan hutan tanaman unggulan untuk kesejahteraan, serta terselenggaranya desentralisasi yang mendorong pengelolaan hutan yang efisien dan lestari. 122

C. Penegakan hukum administrasi negara kaitannya dengan Pengelolaan Hutan

121 https:bolmerhutasoit.wordpress.com20110227keadaan-hutan-sumatera-utara.html, diakses tanggal 6 Maret 2015 122 http:bolmerhutasoit.wordpress.com20110227keadaan-hutan-sumatera-utara diakses tanggal 27 Oktober 2014 Untuk mengatasi penebangan hutan dan sekaligus juga perambahan hutan, kiranya pemerintah perlu melakukan restrukturisasi atas kelembagaan ini sebagaimana yang diamanatkan dalam program ketiga Departemen Kehutanan yaitu: restrukturisasi kelembagaan sektor kehutanan, dengan cara antara lain perlu dibentuk unit-unit pengelolaan hutan untuk setiap unit kawasan hutan di bawah satuan kerja yang telah ada dengan fasilitas yang memadai. Perlu mendudukkan fungsi Dinas Kehutanan di provinsi Sumatera Utara sebagai regulator di samping fungsinya sebagai koordinator lembagainstansi kehutanan yang ada di provinsi kabupatenkota; sehingga jelas tugasfungsinya sebagai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas umum pemerintahan melaksanakan kebijakan publik. Selain itu, perlu mengembalikan fungsi Perhutani ke dalam fungsi BUMN murni yang diberi tugas mencari mendapatkan keuntungan finansial bagi perusahaan untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan kehutanan dalam arti luas. 123 Mewujudkan supremasi hukum melalui upaya penegakan hukum serta konsisten akan memberikan landasan kuat bagi terselenggaranya pembangunan, baik dibidang ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan. Namun dalam kenyataan untuk mewujudkan supremasi hukum tersebut masih memerlukan proses dan waktu agar supremasi hukum dapat benar-benar memberikan implikasi yang menyeluruh terhadap perbaikan pembangunan nasional. Upaya penegakan sanksi administrasi oleh pemerintah daerah secara konsisten sesuai dengan kewenangan yang ada akan berdampak bagi penegakan hukum, dalam rangkan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini, maka penegakan sanksi administrasi merupakan garda terdepan dalan penegakan 123 http:ariefriyadi.blogspot.com.html, Arief Riyadi, “Penebangan Hutan secara Liar”, diakses tanggal 27 Oktober 2014 hukum lingkungan. Jika sanksi administrasi dinilai tidak efektif, berulan dipergunakan sarana sanksi pidana sebagai senjata pamungkas. Ini berarti bahwa kegiatan penegakan hukum pidana terhadap suatu tindak pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai apabila aparat yang berwenang telah menjatuhkan sanksi administrasi dan telah menindak pelanggar degan menjatuhkan suatu sanksi administrasi tesebut, namun ternyata tidak mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau antara perusahaan yang melakukan pelanggaran dengan pihak masyarakat yang menjadi korban akibat terjadi pelanggaran, sudah diupayakan penyelesaian sengketa melalui mekanisme altenatif di luar pengadilan dalam bentuk musyawarah perdamaian negoisasi mediasi, namun upaya yang dilakukan menemui jalan buntu, dan atau litigasi melalui pengadilan pedata, namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru dapat digunakan instrumen penegakan hukum pidana lingkungan hidup. Pada dasarnya setiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan perubahan yang bersifat positif ataupun negatif. Untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup, maka perlu diusahakan peningkatan dampak positif dan mengurangi dampak negatif. Kewenangan pemerintah untuk mengatur merupakan suatu hal yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Dari sisi Hukum Administrasi Negara, kewenangan ini di sebut dengan kewenagan atribusi, yaitu kewenangan yang melekat pada badan-badan pemerintah yang diperoleh dari Udang-Undang. Dengan demikian, badan-badan pemerintah yang berwenang memiliki legitimasi kewenangan bertindak dalam pengertian politik untuk menjalankan kewenangan hukumnya. Karena masalah legitimasi adalah persoalan kewenangan yaitu kewenangan menerapkan sanksi seperti pengawasan dan pemberian sanksi yang merupakan suatu tugas pemerintah seperti yang diamanatkan oleh undang-undang. Terdapat beberapa sanksi khas yang terkadang digunakan pemerintah daerah dalam penegakan hukum lingkungan, diantaranya Bestuursdwang. Bestuursdwang paksaan pemerintahan diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari pengusaha guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum administrasi atau bila masih melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang. Penarikan kembali keputusan ketetapan yang menguntungkan izin pembayaran, subsidi. Penarikan kembali suatu keputusan yang menguntungkan tidak selalu perlu didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini tidak termasuk apabila keputusan tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu dan menurut sifanya dapat diakhiri atau ditarik kembali izin, subsidi berkala. 124 Pengelolaan hutan semakin sering terjadi, tak hal kegiatan seperti itu menimbulkan dampak yang besar. Pengelolaan hutan tanpa pemikiran logis dapat mengakibatkan rusaknya keseimbangan ekosistem lingkungan. Hewan-hewan yang ada di hutan Sumatera Utara sekarang semakin berkurang mengikuti kawasan hutan yang semakin menyempit. Tak hal terkadang hewan-hewan yang ada di hutan keluar dan masuk kepemungkiman warga untuk mencari makan karena hutan sebagai tempat mencari makan mereka telah dirusak warga. Dan yang tak kalah penting lagi adalah fungsi hutan sebagai penyedia oksigen dan penyerap carbodioksida, pencegah erosi, mengatasi penggenaan, dan penjaga air tanah. Hutan memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan kita, baik langsung maupun tidak langsung. Diantaranya produksi hasil hutan, mengatur iklim mikro dan eko wisata. Oleh sebab itu, kerusakan hutan akan dapat menimbulkan terjadinya bencana alam dan kerugian yang besar bagi masyarakat, seperti banjir, tanah longsor dan pemanasan global. 124 http:il-pustakawanhukum.blogspot.com201402makalah-keterkaitan-hukum-.html, diakses tanggal 27 Oktober 2014 Dalam rangka mencegah dan menanggulangi gangguan manusia terhadap hutan dilakukan kegiatan sebagai berikut: a. perencanaan pengamanan hutan; b. penyusunan organisasi pengamanan hutan; c. penyediaan sarana dan prasarana; d. pengamanan secara preventif dan atau represif; e. sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan; f. meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan; g. melakukan pengawasan dan pengendalian 125 Bila dipikirkan apabila hutan semakin dirusak tentu akan berakibat pada berkurangnya fungsi hutan. Ujung-ujungnya akan berdampak pada berkurangnya udara bersih karena hutan tidak bisa menyuplai oksigen sebagai mana biasanya dan karbondioksida yang bebas bertebaran di udara; tanah yang longsor atau erosi karena akar pohon tidak menyangga tanah lagi; Terganggunya sistem hidro-orologis akibat kerusakan hutan. Banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau merupakan salah satu contoh dari tidak berfungsinya hutan untuk menjaga tata air. Air hujan yang jatuh tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah, laju aliran permukaan atau runoff begitu besar dapat mengakibatkan banjir; atau pun yang lagi sering dibicarakan adalah pemanasan global yang mengakibatkan suhu udara yang semakin panas. Sebagian besar dari daerah Sumatera Utara menerima dampak dari perambahan liar, kerusakan dan penebangan hutan baik itu di sekitar kawasan hutan. Meski dampaknya tidak bisa dirasakan oleh semua orang tetapi jika kita runungkan dapat kita rasakan. Udara yang semakin panas merupakan tanda-tanda dari dampak 125 Op.Cit, Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002, Pasal 41 tersebut. Selain itu kota Bangko yang tak lagi memiliki lahan terbuka hijau yang banyak guna menjaga kebersihan air dan tanah menyebabkan tanah menjadi kering dan tandus yang akan menambah kotor udara. Jika dibiarkan bisa menjadi banjir besar. Penegakan hukum yang dilakukan pemerintah daerah Propinsi Sumatera Utara yaitu Pengawasan pengawasan preventif dan pengawasan represif. 126 Pengawasan preventif dilakukan antara lain pembinaan kesadaran hukum aparatur dan masyarakat, peningkatan profesionalisme aparatur pelaksana dan peningkatan peran dan fungsi pelaporan, sedangkan Pengawasan represif meliputi tindakan penertiban terhadap perbuatan-perbuatan warga masyarakat yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah dan peraturan pelaksanaannya penyerahan penanganan pelanggaran Peraturan Daerah kepada Lembaga Peradilan dan pengenaan sanksi administratif dan hukuman disiplin kepada para pegawai yang melanggar Peraturan Daerah. 127 Pengelolaan hutan disebabkan oleh adanya perambahan besar-besar. Selain itu disebabkan deforestasi atau banyaknya hutan dialih fungsikan, menjadi baik menjadi perkebunan seperti kebun karet dan sawit. Selain itu ditambah lagi dengan banyaknya kegiatan penebangan hutan yang akhir-akhir ini terjadi. Jutaan pohon di hutan di digunduli menjadi kayu glondongan yang dikiring ke berbagai wilayah. Selain itu juga disebabkan oleh banyaknya kebakaran hutan yang terjadi baik yang disebabkan oleh ulah manusia maupun karena musim kering yang terjadi di akhir-akhir ini. Untuk mengatasi banyaknya pengelolaan hutan yang sering terjadi di Sumatera Utara diperlukan pengolaan kawasan hutan yang baik seperti larangan menebang pohon di kawasan hutan dan pemanajemenan pengelolaan hutan seperti system 126 Ibid, Pasal 55 ayat 2 127 Ibid, Pasal 56 dan Pasal 57 tembang pilih langsung tanam. Menurut peraturan Perda “kawasan hutan perlu dikelola, dan ditata di wilayah pengelolaan hutan dengan mempertimbangkan fungsi pokok dan peruntukannya. Ini sebagai syarat terciptanya pengelolaan hutan yang lestari, berkelanjutan, berkeadilan, dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Serta meningkatkan pendapatan daerah”. Selain itu diperlukannya upaya kita bersama dalam menjaga dan mengawasi pengelolaan hutan. 128 Bentuk sanksi administrasi dapat berupa : 1. Denda. 2. Penghentian sementara usahakegiatan. 3. Pencabutan izin 129 D. Sanksi Administratif Terhadap Penyalahgunaan Izin Pengelolaan Hutan berdasarkan Peraturan Daerah No. 21 tahun 2002 Sanksi hukum juga dapat dikenakan untuk mereka yang menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau korporasi serta menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan namun menimbulkan kerugian negara. “Dilihat dari situ saja para penegak hukum seharusnya sudah bisa menjerat pelaku kejahatan kehutanan sebagai pelaku korupsi. Masalahnya, mau atau tidak mereka bergerak”. 130 Pengawasan yang dilakukan oleh birokrasipemerintahPemda merupakan jantung dari penegakan hukum administrasi. Sedangkan perizinan, baku mutu 128 http:inovasigatot.blogspot.com201306katapengantar-puji-dan-syukur-saya.html, diakses tanggal 27 Oktober 2014 129 Op.Cit, Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002, Pasal 63 ayat 2 130 http:infokorupsi.comidkorupsi.php?ac=9145l=pembalakan-liar-pelanggaran- kehutanan-adalah-korupsi, diakses tanggal 27 Oktober 2014 limbahemisi atau baku mutu lingkungan dan kewajiban-kewajiban yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan merupakan perangkat administrasi yang digunakan sebagai tolok ukur pelaksanaan pengawasan pemerintah. Salah satu tugas dan kewenangan Pemerintah dan Pemda provinsi, kotakabupaten adalah: 1 melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap ketaatan penangung jawab usaha danatau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang- undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; 2 menerbitkan izin lingkungan; dan 3 melakukan penegakan hukum lingkungan hidup. Peraturan Daerah melakukan pengawasan langsung terhadap ketaatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan yang izin pengelolaan hutan diterbitkan oleh pemerintah daerah diistilahkan Step in. Peraturan Daerah juga dapat menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung jawab usahakegiatan jika dinas kehutanan secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran serius di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Namun demikian berdasarkan Undang-Undang Perlindungan dan Pengelohan Lingkungan Hidup, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah UU Pemda dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota, dan Pemerintah Daerah kotakabupaten Peraturan Pemerintah Pembagian Urusan Daerah, pemerintah daerah tetap merupakan tulang punggung penegakan hukum administrasi. Dengan demikian peranannya dalam melaksanakan penegakan hukum administrasi bersifat utama dan oleh karenanya sangat strategis. Pengenaan paksaan pemerintah dapat dilakukan tanpa didahului sanksi administrasi teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan: 1ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup; 2 dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran danatau perusakannya; 3kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan pencemaran danatau perusakannya. Jenis sanksi paksaan pemerintah ini merupakan sanksi yang berpotensi menakutkan dan oleh karenanya sangat dihindari oleh pemrakarsa kegiatanpenanggung jawab usaha karena dengan pengenaan sanksi ini maka berarti satu langkah kepada sanksi administratif yang lebih berat yaitu sanksi pembekuan atau pencabutan izin lingkungan. Penjatuhan sanksi administratif dalam bentuk pembekuan dan pencabutan izin apabila penangung jawab usaha tidak melaksanakan paksaan pemerintah. Paksaan pemerintah daerah juga merupakan sanksi administrasi yang sangat berat dikarenakan adanya sanksi pidana penjara bagi penangung jawab usahadan atau kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan pemerintah. Mengingat potensi penegakan hukum administrasi sebagai sarana pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan, dan mendorong penaatan sangatlah besar. 131 Jenis-jenis sanksi administratif bagi pemegang izin pemanfaatan hutan berupa: 1. Penghentian sementara pelayanan administrasi 2. Penghentian sementara kegiatan di lapangan 3. Denda administratif 4. Pengurangan jatah produksi 5. Pencabutan izin 132 Pemegang izin pemanfaatan hutan adalah perorangan atau koperasi atau Badan Usaha Milik Swasta atau Badan Usaha Milik Negara yang diberi izin oleh 131 http:penegakanhukum.menlh.go.id.html, diakses tanggal 28 Oktober 2014 132 https:nenytriana.wordpress.com, html, Neny Triana, Sanksi Administrasi Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, diakses tanggal 6 Maret 2015 pejabat yang berwenang yang terdiri dari Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan IUPK. Sedangkan yang dimaksud dengan pelanggaran administratif adalah perbuatan yang diancam dengan sanksi administratif terhadap pemegang izin pemanfaatan hutan di luar. 133 Adapun macam dari sanksi dalam hukum administrasi adalah: a. Bestuurdwang paksaan pemerintah : kewenangan untuk atas biaya pelanggar menyingkirkan, mencegah, melakukan atau mengembalikan pada keadaan semula apa yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Penarikan kembali keputusan Keputusan akan ditarik kembali oleh Pemerintah, apabila : 1 Yang berkepentingan tidak mematuhi pembatasanpembatasan, syarat-syarat, atau ketentuan peraturan perundang-undangan. 2 Yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan menggunakan data yang tidak benar atau tidak lengkap. c . Pengenaan denda adminisatratif Sanksi yang berupa kewajiban membayar sejumlah uang dikarenakan melanggar ketentuan yang ada sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. d. Pengenaan uang paksa Sanksi ini dapat untuk mengganti sanksi bestuurdwang apabila secara praktis bestuurdwang sulit dijalankan. Disamping sanksi-sanksi administrasi sebagaimana tersebut di atas, pelanggaran aturan perizinan juga dapat diberikan sanksi pidana, yang dapat diterapkan secara komulatif bersama-sama dengan sanksi administrasi. Tugas pemerintah daerah dapat dikelompokkan menjadi dua 133 Op.Cit,Undang-Undang No. 41 Tahun 1999, Pasal 78 macam yaitu tugas mengatur dan memberikan pelayanan kepada umum. Tugas mengatur meliputi pembuatan-pembuatan peraturan yang harus dipatuhi masyarakat, sedangkan tugas memberi pelayanan kepada umum meliputu tugas- tugas pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sarana finansial dan personal dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang kesejahteraan sosial, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya. Sistem perizinan muncul karena tugas mengatur dari pemerintah, karena perizinan akan dibuat dalam bentuk peraturan yang harus dipatuhi masyarakat yang berisikan larangan dan perintah daerah. Dengan demikian izin ini akan digunakan oleh penguasa sebagai instrumen untuk mempengaruhi hubungan dengan para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya, guna mencapai tujuan yang konkrit. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No.21 tahun 2002 bahwa : a. merusak, memindahkan dan menghilangkan tanda batas serta merusak sarana dan prasarana perlindungan hutan lainnya; b. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah; c. merambah kawasan hutan; d. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan: - 500 lima ratus meter dari tepi waduk atau danau; - 200 dua ratus meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; - 100 seratus meter dari kiri kanan tepi anak sungai; - 50 lima puluh meter dari kiri kanan tepi anak sungai; - 2 dua kali kedalaman jurang dari tepi jurang; - 130 seratus tiga puluh kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. e. membakar hutan; f. menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang; g. menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah; h. melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri; i. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterarigan sahnya hasil hutan; j. menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang; k. membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang; l. membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang; m. membuang benda-benda yang dapat rnenyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan; n. menangkap, mengambil dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang. 134

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002

2 86 112

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Penebangan Pohon pada Dinas Pertamanan Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002

3 72 71

Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002

1 2 7

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002

0 0 9

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002

0 0 15

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002

0 0 35

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002

0 1 4

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002

0 0 35

BAB I I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin Pengelolaan Hutan Di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002

0 0 16

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP IZIN PENGELOLAAN HUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2002 SKRIPSI

0 0 9