b. Untuk perorangan atau badan yang memiliki izin pengelolaan hutan yang
melakukan penebangan hutan secara liar dapat dikenakan sanksi berupa penghentian sementara pelayanan administrasi, penghentian sementara
kegiatan dilapangan, denda administrasi, pengurangan jatah produksi dan pencabutan izin atau apabila penebangan hutan tersebut merupakan
pelanggaran aturan izin pengelolaan hutan juga dapat diberikan sanksi pidana, yang dapat diterapkan secara kumulatif bersama-sama dengan sanksi
administrasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang merupakan hasil penelitian dalam skripsi ini dibawah ini dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Mengingat keberadaan hutan sangat penting dalam kehidupan dan pelestarian
lingkungan maka kepada pemerintah khususnya Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara agar dapat lebih mensosialisasikan Peraturan daerah No.21 tahun 2002 tentang
pengelolaan hutan di Propinsi Sumatera Utara. Hal ini ditujukan terutama kepada pengusaha-pengusaha yang berminat untuk bergerak dibidang pengelolaan dan
pemanfaatan hasil hutan karena sekalipun pada saat ini izin untuk HPH Hak Penebangan Hutan sudah moratorium oleh pemerintah, ternyata sesuai dengan
Peraturan daerah No.21 tahun 2002 tersebut masih banyak usaha yang dapat dilakukan terhadap hutan yang sekaligus berfungsi ganda yaitu disatu sisi
mendatangkan keuntungan daru sudut bisnis dan yang sisi lainnya sekaligus menjadi hutan dapat dilestarikan.
2. Dikarenakan penelitian dalam skripsi ini adalah melalui studi literature
diperpustakaan, maka disarankan agar ada penelitian berikutnya kelapangan untuk mengetahui secara langsung teknis pengurusan izin pengelolaan hutan tersebut. Hal
ini sangat dibutuhkan mengingat banyaknya jenis izin yang dapat dimohonkan seperti diuraikan pada point 2 kesimpulan skripsi ini. Bahkan didalam Peraturan daerah
No.21 tahun 2002 ini selain dari izin-izin yang telah diuraikan diatas, masih ada dibutuhkan izin usaha industry atau izin perbuatan industry primer bila hasil hutan
kayu diolah menjadi bahan baku industri. 3.
Disarankan kepada semua aparatur Negara khususnya Depertemen kehutanan dan lebih utama lagi kepada Polhut Polisi Kehutanan dan masyarakat luas agar dapat
setiap saat dapat mengawasi pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Hal ini diperlukan karena hutan banyak sekali manfaatnya bagi kehidupan dan lingkungan bukan hanya
terhadap bangsa dan Negara Indonesia saja, karena kita termasuk paru-paru dunia, sementara disisi lain illegal loging atau penebangan liar hutan Indonesia tetap terjadi
dimana-mana khususnya di Propinsi Sumatera Utara. Untuk itu aparatur Negara khususnya yang telah disebutkan diatas agar dapat bahu-membahu dengan warganya
agar penebangan hutan secara liar tersebut tidak lagi terjadi atau setidak-tidaknya dapat diminimalisir.
Pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia saat ini merupakan sebuah cerita yang beragam. Di sepanjang jutaan hektar, masyarakat setempat menanami hutan
dengan buah-buahan, damar, kopi dan kakao dan sering ditanam bersama dengan pohon kayu-kayuan yang membentuk wilayah yang disebut wanatani agroforest.
Wilayah wanatani ini menyediakan jasa lingkungan yang sama seperti hutan alam, dengan pengecualian pada perbedaan keanekaragaman hayati yang lebih rendah.
Banyak masyarakat setempat yang melindungi hutan alam, dan kadang bekerjasama dengan petugas Dinas Kehutanan pemerintah daerah setempat.
Namun, secara keseluruhan keadaan hutan alam Indonesia dapat dikategorikan sebagai salah satu krisis yang dihadapi bangsa ini. Laju deforestasi per tahun yang
mencapai satu juta hektar tetap bertahan sepanjang sepuluh tahun terakhir serta kemampuan terpasang industri pengolahan kayu terus berkembang melampaui tingkat
pemanfaatan lestari per tahun. Pengelolaan sumber kehutanan modern berdasarkan sifat renewable dan potensi serba guna bagi kesejahteraan rakyat sepanjang masa.
Izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintahan menggunakan ijin sebagai sarana yuridis untuk
mengemudikan tingkah laku para warga. Izin juga suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan.
17
Izin dalam arti sempit adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undag-undang untuk
mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk.
18
17
Op.Cit, Philipus Mandiri Hadjon, hal 2
18
Op.Cit, Ridwan HR, hal 159
Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini
menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.
19
Izin juga dapat dilihat dari arti yang sempit yang tujuannya adalah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap
tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya.
20
Jadi, yang pokok pada izin adalah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan
dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus.
21
Membicarakan pengertian izin pada dasarnya mencakur suatu pengertian yang sangat kompteks yaitu berupa hal yang membolehkan seseorang atau badan
hukum melakukan sesuatu hal yang rnenurut peraturan perundang-undangan harus memiliki izin. terlebih dahulu, maka akan dapat diketahui dasar hukum dari izinnya
tersebut. Menurut Prajudi Admosudirjo, mengatakan bahwa izin verguning adalah
suatu penetapan yang merupakan dispensasi daripada suatu larangan oleh undang- undang.
22
Pada umumnya pasal undang-undang yang bersangkutan berbunyi : Dilarang tanpa izin memasuki areallokasi ini. Selanjutnya larangan tersebut diikuti dengan
rincian daripada syarat-syarat, kriteria dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan tersebut, disertai dengan
19
Op.Cit, Philipus Mandiri Hadjon, hal 3
20
Ibid
21
Ibid
22
Prajudi Admosudirjo,Dasar-Dasar Ilmu Administrasi,Jakarta, 1981,hal. 94
penetapan prosedur atau petunjuk pelaksanaan kepada pejabat pejabat administrasi negara yang bersangkutan.
Menurut Utrecht sebagaimana dikutip oleh Bachsan Mustafa : Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan,
tetapi masih juga mernperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang
memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin verguning.
23
Kata perizinan kita peroleh atau kita dengar dan sepintas lalu kata perizinan mengandung arti yang sederhana yaitu pemberian izin terhadap sesuatu yang
berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan, namun bila kita telusuri lebih jauh mengenai pengertian perizinan itu tidaklah semudah apa yang kita sebutkan tadi. Lalu apa
sebenarnya perizinan tersebut. Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan
sesuatu usaha yang biasanya hams dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau
tindakan yang dilakukan. Setelah kita memahami arti daripada perizinan maka timbul suatu pertanyaan
apa yang dimaksud dengan hukum perizinan ? Hukum perizinan adalah : ketentuan yang berkaitan dengan pemberian izin atau bentuk lain yang berkaitan dengan itu
yang d.ikeluarkan oleh pemerintah sehingga dengan pemberian izin tersebut
23
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 80.
melahirkan hak bagi pemegang izin baik terhadap seseorang, badan usaha, organisasi, LSM dan sebagainya untuk beraktivitas.
Hukum perizinan merupakan hukum publik yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah di pusat maupun di daerah sebagai aparatur
penyelenggaraan negara mengingat hukum perizinan ini berkaitan dengan pemerintah maka mekanisme media dapat dikatakan bahwa hokum perizinan termasuk disiplin
ilmu Hukum Administrasi Negara atau hukum Tata Pemerintahan seperti yang kita ketahui pemerintah adalah : sebagai pembinaan dan pengendalian dari masyarakat dan
salah satu fungsi pemerintah di bidang pembinaan dan pengendalian izin adalah pemberian izin kepada masyaralat dan organisasi tertentu yang merupakan
mekanisme pengendalian administratif yang harus dilakukan di dalam praktek pemerintahan.
Hutan sebagai salah satu bagian dari lingkungan hidup merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat penting
bagi umat manusia. Hal ini didasarkan pada banyaknya manfaat yang diambil dari hutan. Misalnya hutan sebagai penyangga paru-paru dunia. Menurut Black Law
Dictionary, hutan forest adalah suatu daerah tertentu yang tanahnya ditumbuhi pepohonan tempat hidup segala binatang.
24
Hutan adalah suatu lapangan pohon-pohon secara keseluruhan yang merupakan persekutuan hidup alam hayati besertaalam lingkungannya, dan yang
ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Hutan merupakan harta kekayaan yang tidak ternilai, oleh karena itu hasil dari hutan perlu dijaga, dipertahankan dan di
lindungi agar hutan dapat berfungsi dengan baik. Istilah hutan merupakan terjemahan
24
Suriansyah Murhaini, Hukum Kehutanan Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan di Bidang Kehutanan, Penerbit Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2012, hal. 9
dari kata bos Belanda dan forrestInggris.Forrest merupakan dataran tanah yang bergelombang dan dapat dikembangkan untuk kepentingan diluar kehutanan, seperti
pariwisata. Di dalam hukum Inggris kuno, forrest hutan adalah suatu daerah tertentu yang tanahnya ditumbuhi pepohonan, tempat hidup binatang buas dan burung-burung
hutan. Pengelelolaan hutan meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan pengelolaan
hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitas dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam. Pemanfaatan pada kawasan hutan
cagar alam serta zona inti dan zona rimba pad ataman nasional.
25
Ada 4 empat unsur yang terkandung dari definisi hutan diatas, yaitu: 1.
Unsur lapangan yang cukup luas yang disebut tanah hutan. 2.
Unsur pohon kayu, bambu, palem, flora dan fauna. 3.
Unsur lingkungan. 4.
Unsur penetapan pemerintah. Unsur pertama, kedua dan ketiga membentuk persekutuan hidup yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pengertian hutan disini, menganut konsepsi hukum secara vertikal, karena antara lapangan tanah, pohon, flora dan
fauna, beserta lingkungannya merupakan satu kesatuan yang utuh.
26
Adanya penetapan pemerintah mengenai hutan mempunyai arti yang sangat penting, karena dengan adanya penetapan pemerintah tersebut, kedudukan hutan
menjadi sangat kuat. Ada dua arti penting penetapan pemerintah tersebut, yaitu:
25
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Cetakan ke-2, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal 167
26
Ibid, hal. 41
1. Agar setiap orang tidak sewenang-wenang untuk membabat, menduduki dan atau
mengerjakan kawasan hutan. 2.
Mewajibkan kepada pemerintah melalui Menteri Kehutanan untuk mengatur perencanaan, peruntukan, penyediaan, dan penggunaan hutan sesuai dengan
fungsinya, serta menjaga dan melindungi hutan. Adapun tujuan dan prinsip-prinsip perlindungan hutan adalah
penyelenggaraan perlindungan hutan adalah bertujuan untuk menjaga hutan, hasil hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan
fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari.
27
Adapun prinsip- prinsip perlindungan hutan yaitu: 1.
Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama,
serta penyakit. 2.
Mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hutan.
28
Menurut Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pasal 5 sampai dengan pasal 9 yaitu hutan berdasarkan statusnya
adalah suatu pembagian hutan yang didasarkan pada status kedudukan antara orang, badan hukum, atau
institusi yang melakukan pengelolaan, pemanfaatan, dan perlindungan. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
29
27
Peraturan Pemerintah No.45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan, Pasal 5
28
Ibid, Pasal 6
29
Peraturan Daerah No.21 Tahun 2002 tentang Pengelolaan hutan di Propinsi Sumatera Utara, Pasal 1 angka 13
Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrust air laut dan memelihara kesuburan tanah.
30
Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya
yang meliputi Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Baru.
31
Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya,
dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan.
32
Pelaksanaan izin pemanfaatan hutan, pemegang izin diwajibkan melaksanakan semua ketentuan mengenai kewajiban selaku pemegang izin. Inti kewajiban tersebut
terbagi pada tiga unsur utama yakni, pertama kewajiban yang berkaitan dengan teknis administrasi pemegang izin. Kedua, kewajiban financial kepada pemerintah, yakni
membayar Provinsi Sumber Daya Hutan PSDH dan Dana Reboisasi DR. Kegita, kewajiban untuk menjaga kawasan izin yang telah diberikan. Ketiga kewajiban
tersebut tidak tegas menyatakan, bahwa penyelenggaraan izin pemanfaatan hutan juga memperhatikan kemampuan daya dukung daya tampung lingkungan hidup. Pada
paraturan tentang kehutanan tidak ditemukan kewajiban pemegang izin untuk melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup UPL. Padahal, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau Upaya Pengelolaan
30
Ibid, Pasal 1 angka 14
31
Ibid, Pasal 1 angka 15
32
Ibid, Pasal 1 angka 20
Lingkungan Hidup UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup UPL merupakan persyaratan untuk mendapatkan izin bidang kehutanan.
33
Hutan yang pada umumnya terdiri dari 3 tiga jenis, yaitu pertama hutan lindung, kedua hutan produksi dan ketiga hutan konservasi, di dalam pengelolaanya
membutuhkan beberapa izin sesuai dengan jenis usaha pemanfaatannya. Jenis-jenis izin tersebut antara lain :
1. Izin pemanfaatan kawasan hutan
Jenis-jenis usaha dalam pemanfaatan kawasan hutan ini terdiri dari budidaya jamur, budidaya tanaman obat herbal, budidaya tanaman hias, budidaya
persatuaan alam, budidaya tanaman pangan, budidaya perlebahan, budidaya hijauan pakan ternak, budidaya payau, budidaya penangkaran satwa dan
tumbuhan, budidaya rotan dan budidaya lainnya yang tidak merusak ekosistem sumber daya alam hutan.
2. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan terhadap hutan lindung dan hutan
produksi. Jenis-jenis usahanya terdiri dari; usaha pemanfaatan air, usaha wisata
alamrekreasi, usaha olah raga tantangan, perdagangan karbon, usaha penyelamatan hutan dan lingkungan.
3. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu pada hutan produksi.
Jenis-jenis usaha hasil hutan kayu meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan, permanen, pengelolaan dan pemasaran hasil hutan, sementara jenis-jenis usaha
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah pemanfaatan rotan, sagu, nipah, bambu meliputi kegiatan penebangan, permudaan, pemeliharaan, pengamanan,
33
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hal 200
pengelolaan dan pemasaran hasil, pemanfaatan getah, kulit kayu, daun, buah atau biji meliputi kegiatan permanen, pemeliharaan, pengelolaan dan pemasaran hasil.
4. Izin pemungutan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu pada hutan produksi
dan hutan lindung. Jenis-jenis usaha dalam pemungutan hasil hutan kayu meliputi pengambilan hasil
hutan kayu meliputi pengambilan hasil hutan kayu untuk memenuhi kebutuhan individu dan atau fasilitas umum penduduk sekitar hutan pada kawasan hutan
produksi alam. Sementara jenis-jenis usaha pemungutan hasil hutan bukan kayu dapat dilakukan pada kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung antara
lain; mengambil madu, mengambil rotan, mengambil buah dan aneka hasil hutan lain dan perburuan satwa liar yang tidak dilindungi dan dilaksanakan secara
tradisional.
B. Fungsi Pengelolaan Hutan