Variabel Eksternal Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Teknologi

4.3. Penyajian Data 4.3.1. Profil Informan Pada penelitian ini, peneliti memilih informan yang terlibat langsung dalam proses manajemen dan produksi industri konveksi tersebut. Adapun informan tersebut terdiri menjadi dua, yaitu informan utama dan informan kunci. Tabel 1.4 Tabel Profil Informan Kode Nama Informan Industri Konveksi I1 Ridha Maulidha,S.Pd Alfahmi Konveksi I2 Dwi Kuarni Alfahmi Konveksi I3 Muhammad Suheil, A.Md Eugenia I4 Zainab Siregar Eugenia I5 Mahendra Tlapta Sitepu Sablon Medan I6 Andre Sinulingga Sablon Medan

4.3.2. Temuan Lapangan Variabel – Variabel Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

4.3.2.1. Variabel Eksternal Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Teknologi

Kemajuan teknologi yang pesat saat ini seolah-olah menggeser peranan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi dan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan suatu industri. Setiap industri konveksi tentunya menggunakan teknologi untuk menunjang proses produksi. Teknologi tersebut Universitas Sumatera Utara mampu meningkatkan produktivitas industri konveksi. Dengan adanya teknologi tersebut, menjadikan pekerjaan lebih cepat selesai, mampu menghasilkan jumlah barang lebih banyak, kualitas hasil lebih baik bila dibandingkan dengan dikerjakan secara manual. Setiap industri konveksi yang menjadi objek penelitian ini memiliki mesin yang hampir sama yaitu: mesin karet, mesin potong, mesin spit, mesin rantai, mesin bordir, dan mesin Biskaos. Setiap tenaga kerja mampu menggunakan mesin dengan baik. Namun, masalah yang sering dihadapi pengusaha konveksi ialah kurangnya kehati-hatian tenaga kerja dalam menggunakan mesin jahit,sehingga mesin jahit sering mengalami perbaikan. Pemeliharaan mesin sangat penting agar tidak menambah biaya untuk perbaikan mesin apabila mesin rusak. Menurut hasil wawancara peneliti dengan informan utama I1, I3, I5 menyatakan bahwa mesin jahit yang digunakan tidak dapat digantikan dengan kerja manual manusia tetapi mesin dan manusia harus saling melengkapi untuk mencapai target yang ditetapkan perusahaan konveksi tersebut. Dengan kata lain, penggunaan mesin jahit di industri konveksi telah menjadi suatu hal yang utama dan sangat penting. Informan juga menyatakan bahwa, setiap pengusaha harus terbuka terhadap tren baru dari mesin yang mereka gunakan demi mengikuti tren pasar yang juga berubah agar dapat bersaing. Kemudian peneliti juga menanyakan bagaimana produktivitas pekerja dalam menggunakan mesin. Responden I1, I3 dan I5 menyatakan pekerja mereka sudah ahli dalam menggunakan mesin teknologi yang ada. Peneliti juga menemukan Universitas Sumatera Utara bahwa semakin tinggi produktivitas pekerja, maka semakin kecil pula kebutuhan akan tenaga kerja dari industri konveksi tersebut. Hasil wawancara peneliti menyimpulkan bahwa teknologi berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Semakin banyak teknologi yang digunakan,maka akan semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pengusaha untuk menjalankan produksinya. Ekonomi Persoalan terkait ekonomi secara nyata dapat mempengaruhi tingkat penjualan pakaian. Kondisi ekonomi suatu pasar tertentu, akan berpengaruh terhadap tinggirendahnya penjualan produk konveksi. Pada kenyataanya, menurut I3, kondisi ekonomi saat ini sedang lesu. Hal tersebut mengakibatkan permintaan pakaian dari konsumen juga menjadi menurun. Selama pemerintahan baru Presiden Jokowi-JK, permintaan konsumen konveksi Eugenia I3 mengalami penurunan dari sebelumnya. I3 menyatakan hal ini terjadi akibat dari lesunya kondisi pasar saat ini. Berbeda dengan I1 dan I5 yang mengatakan bahwa kondisi ekonomi konsumennya mengalami peningkatan penjualan dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan, konsumen dari Alfahmi Konveksi didominasi oleh pesanan pakaian olahraga dari sekolah. I1 menyatakan bahwa terjadi peningkatan penjualan dari biasanya yang hanya memesan pakaian pada tahun ajaran baru saja, tetapi saat ini, walaupun ajaran baru sekolah sudah lewat, pesanan tetap ada. Hal serupa juga diakui oleh informan kelima I5 bahwa saat ini permintaan pasar terhadap pakaian yang diproduksinya sedang meningkat. Universitas Sumatera Utara Namun, semua informan mengatakan bahwa terkadang konsumen melanggar perjanjian pembayaran yang telah disepakati sebelumnya. Masalah- masalah yang lazim terjadi ialah konsumen tidak memberikan uang muka down payment, tetapi barang tetap dikerjakan. Ketika barang tersebut selesai, konsumen tersebut tidak mengambil barang dan membayar semua biaya yang telah dikeluarkan. Kemudian ada juga konsumen yang telah membayar uang muka, setelah pakaian selesai dikerjakan, konsumen tersebut tidak kembali lagi untuk mengambil pakaian yang telah dipesannya. Masalah tersebut mengganggu kelancaran arus kas perusahaan dan menyebabkan kerugian perusahaan. Walaupun demikian, perusahaan tidak langsung putus asa, namun tetap mampu mempertahankan jalannya perusahaan dengan membuat peraturan yang baru dan meminimalkan resiko kerugian. Walaupun telah mengalami kerugian, tetapi perusahaan tidak melakukan pengurangan tenaga kerja akibat kerugian yang ditanggung. Perusahaan tetap melaksanakan kegiatan produksi seperti biasanya dan melakukan perubahan terhadap metode-metode yang tidak pantas untuk dilanjutkan sehingga kegiatan usaha kedepan terhindar dari resiko yang disebabkan oleh konsumen yang tidak membayar biaya produksi. Politik dan Pemerintah Alasan peneliti menanyakan politik dan pemerintahan adalah supaya peneliti dapat mengetahui apakah pengusaha konveksi mengalami ancaman dalam manajemen personalia akibat peraturankebijakan pemerintah. Masalah kebijakan Universitas Sumatera Utara di bidang ketenagakerjaan seperti gajiupah, persoalan Pemutusan Hubungan Kerja PHK, jumlah jam kerja, kesejahteraan pekerja, dll. Peneliti menanyakan seperti apa pengaruh peraturan pemerintah terhadap sistem ketenagakerjaan di dalam industri konveksi. Jawaban yang disampaikan informan adalah bahwa kebijakan pemerintah tidak mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam menangani permasalahan tenaga kerja di industri konveksi. Kebijakan seperti penggajian, fasilitas, jam kerja maupun PHK tidak mempengaruhi manajemen industri konveksi dalam hal rekrutmen, motivasi maupun pemberhentian tenaga kerja. Setiap kebijakan internal perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan yang ditetapkan, selama tenaga kerja yang bersangkutan dan pengusaha mendapatkan kesepakatan maka kesepakatan tersebut menjadi dasar pembuatan keputusan peusahaan. Masalah penggajian ditetapkan sendiri oleh pengusaha tanpa mengikuti aturan yang dibuat oleh pemerintah. Seluruh pekerja di industri konveksi yang diteliti oleh peneliti menggunakan sistem pengupahan harian berdasarkan pesanan pakaian dari konsumen. Berdasarkan data diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, faktor politik dan pemerintahan tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri konveksi. Pengaruh dari politik dan pemerintahan lebih berpengaruh terhadap industri konveksi apabila kebijakan pemerintah menyebabkan gejolak yang cukup luas dibidang ekonomi di kota Medan. Apabila perekonomian mengalami resesi, maka kemungkinan besar perusahaan akan mengalami penurunan permintaan dari Universitas Sumatera Utara konsumen. Pengaruh yang diakibatkan dari adanya penurunan permintaan adalah perusahaan akan memperkejakan tenaga kerja yang lebih sedikit. Demografis Keadaan demografis penduduk kota Medan cukup beragam dan jumlahnya besar mulai dari tigkat pendidikan, usia, termasuk jumlah angkatan kerja yang ada. Alasan peneliti menanyakan faktor demografis ialah untuk mengetahui apakah faktor demografis mempengaruhi pengusaha konveksi dalam hal rekrutmen pekerja. Ketika peneliti menanyakan seperti apa kualifikasi pekerja yang ditentukan oleh industri konveksi kepada para pengusaha. Pertimbangan pengusaha dalam hal rekrutmen pekerja adalah dinilai dari tingkat kemampuan calon pekerja dalam menggunakan mesin jahit maupun keahlian menjahit seperti memotong, menggambar, dll. Peneliti juga menanyakan, apabila ada pelamar yang melamar namun tidak memiliki keahlian, apakah pekerja tersebut tetap dapat diterima bekerja? Pertimbangan dari informan I1 adalah tetap menerima pelamar tersebut, tetapi ia tidak ditempatkan pada pekerjaan yang menggunakan mesin jahit. Sedangkan informan I3, mengungkapkan tidak akan menerima pekerja yang tidak memiliki keahlian menjahit. Sedangkan I5 mengungkapkan pekerja yang tidak memiliki keahlian menjahit, dapat mengisi bidang pekerjaan desain dan costumer service perusahaan. Peneliti juga menanyakan, adakah pelatihan yang dibuat oleh pengusaha kepada pekerja yang tidak memiliki keahlian menjahit? Jawaban dari semua Universitas Sumatera Utara informan ialah tidak adanya membuat pelatihan khusus bagi pekerja yang tidak memiliki keahlian menjahit tersebut, begitu pula kepada pekerja di bagian desain. Kemudian peneliti kembali menanyakan apakah faktor usia menjadi faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja? Masing masing pengusaha menuturkan pendapat yang sama bahwa faktor usia tidak menjadi faktor yang utama mempengaruhi manajemen rekrutmen personalia. Secara menyeluruh, faktor usia tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen personalia. Kunci keberhasilan personalia terletak pada tingkat pengalaman dan keahliannya untuk memproduksi pakaian yang baik dan produktif. Dari data diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa faktor demografis tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri konveksi kota Medan. Dikarenakan pengusaha tidak memandang faktor demografis sebagai faktor yang mempengaruhi kelancaran jalannya produksi industri konveksi. Oleh sebab itu, walaupun pekerja sudah memiliki usia maupun pendidikan yang tinggi, tidak memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pengambilan keputusan personaliaketenagakerjaan. Geografis Salah satu faktor pertimbangan tenaga kerja sebelum memutuskan untuk bekerja pada industri konveksi adalah faktor geografis dari industri konveksi tersebut. Faktor geografis sering dijadikan salah satu yang menjadi alasan pekerja memilih tetap bertahan di sebuah industri konveksi. Apabila lingkungan di sekitar tempat kerja terasa nyaman, maka pekerja akan semakin betah untuk bekerja disana. Universitas Sumatera Utara Ketika peneliti menanyakan kondisi geografis lingkungan kepada informan kunci I1,I3 dan I5 maupun informan utama I2,I4, dan I6, semua informan menyatakan kondisi geografis aman dari gangguan kejahatan, lokasi mudah dijangkau, dan lingkungan lokasi kerja nyaman. Oleh sebab itu, setiap pekerja merasa nyaman dan betah selama bekerja di industri konveksinya. Keadaan lingkungan yang nyaman ini juga membuat banyak pekerja enggan untuk berpindah tempat kerja ke industri konveksi yang lain. Peneliti juga menanyakan apabila pekerja mendapatkan tawaran bekerja di tempat lain dengan gaji yang lebih besar, pekerja menyatakan enggan untuk pindah dikarenakan telah merasa nyaman dengan industri konveksinya saat ini. Ada pula pekerja I4 yang menyatakan akan memikirkan terlebih dahulu sebelum pindah ke industri konveksi lain,seperti contohnya industri konveksi yang dikelola oleh orang cina atau Tionghoa. Peneliti juga menanyakan tentang fasilitas yang diberikan kepada pekeserja. Pekerja menyatakan bahwa fasilitas yang mereka dapatkan sudah cukup memuaskan. Fasilitas seperti tempat ibadah, fasilitas ruangan, kipas angin maupun AC Air Conditioner sudah baik. Hal tersebut menjadikan pekerja merasa nyaman dalam bekerja. Peneliti juga menanyakan apakah sudah pernah ada pekerja yang ingin melamar tetapi dikarenakan merasa kondisi geografis tidak mendukung justru mengurungkan niatnya. Jawaban yang dituturkan oleh I1, I3, dan I5 adalah tidak pernah. Hanya saja apabila tempat kerja sudah membuat pekerja tidak nyaman, maka mereka akan berpindah ke industri konveksi yang lebih nyaman. Universitas Sumatera Utara Peneliti dapat mengambil keputusan bahwa faktor geografis menjadi patokan setiap calon pekerja maupun pekerja untuk memutuskan bekerja di industri konveksi yang aman dan nyaman. Sosial Budaya Peneliti juga menanyakan apakah manajemen personalia industri konveksi memiliki pertimbangan sosial budaya dalam merekrut tenaga kerja konveksi. Kondisi sosial budaya merupakan pertimbangan penting bagi pengambilan keputusan personalia. Kondisi ini berkenaan dengan kepercayaan, nilai-nilai, sikap, pandangan dan pola atau gaya kehidupan yang berkembang dan terbentuk dari dinamika kebudayaan, ekologi, demografis, geografis, religius, pendidikan dan faktor-faktor etnis lainnya. Peneliti menanyakan apakah pengusaha konveksi mempertimbangkan faktor sosial budaya untuk merekrut tenaga kerjanya. Jawaban yang peneliti dapatkan adalah bahwa manajemen personalia merekrut tenaga kerja berdasarkan keahlian tenaga kerja tersebut dalam melakukan pekerjaan. Faktor budaya tidaklah menjadi pertimbangan khusus bagi para pengusaha konveksi. Namun ada pengusaha konveksi I1 yang mempekerjakan tenaga kerja hanya beragama islam. Namun untuk aspek sosial lainnya tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Kemudian peneliti juga menanyakan apakah terdapat pekerja yang memiliki perbedaan kinerja akibat sosial budaya yang berbeda. Pengusaha konveksi I1, I3, I5 menyatakan bahwa setiap pekerja memiliki kinerja yang sama. Setiap pekerja mengerjakan bagiannya masing-masing berdasarkan target pekerjaan, waktu Universitas Sumatera Utara penyelesaian, bidang kerja, dan tanggung jawab. Menurut informan dari Eugenia I3 : “enggak ada bedanya kinerja mereka kalo dilihat berdasarkan perbedaan suku atau agamanya. Semua sama. Karena mereka bekerja kita ingatkan supaya capai target, jadinya mereka semangat kerja dan harus sesuai dengan target supaya tidak mengecewakan pelanggan. Kalau pelanggan senang, mereka pasti mau mesan dengan kita lagi. Kalau banyak pelanggan memesan, pekerja kita juga akan untung. Jadi, kami tidak pernah membeda bedakan salah satu suku yang lebih diprioritaskan untuk bekerja disini. Pada intinya kalau pekerja kita kerjanya baik dan rapi, kami akan pertahankan, tetapi kalau maunya suka-suka maka akan kami pecat.” Maka, peneliti menarik kesimpulan bahwa faktor sosial dan budaya tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja industri konveksi. Walaupun setiap suku maupun agama memiliki kebudayaan, norma, pandangan yang berbeda- beda, manajemen personalia harus mampu mempersatukan keberagaman budaya tersebut menuju visi yang ingin dicapai perusahaan. Pasar Tenaga Kerja Pasar tenaga kerja merupakan faktor ketersediaan tanaga kerja yang memiliki keahlian menjahit, memotong, menggambar, mendesain, dll untuk dapat bekerja di industri konveksi. Pasar tenaga kerja di kota Medan saat ini terbilang kecil, responden I3, dan I5 menuturkan bahwasannya sangat kesulitan untuk menemukan pekerja yang memiliki keahlian bagus dalam bidang konveksi. Faktor pasar tenaga kerja mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri konveksi. Bila pasar tenaga kerja di kota Medan kecil, maka kemungkinan industri konveksi akan mencari tenaga kerja terebut yang berasal dari luar kota Medan. Universitas Sumatera Utara Pesaing Pengaruh dari adanya pesaing mampu menciptakan iklim persaingan perusahaan kearah yang lebih baik. Pesaing mampu membawa perubahan yang dinamis agar perusahaan dapat bertahan. Salah satu usaha untuk bertahan dapat ditunjukkan dengan mempertahankan karyawan terbaik agar tidak berpindah ke pihak pesaing. Peneliti menanyakan kepada pengusaha apakah pernah pekerja industri konveksi pernah berpindah ke industri konveksi pesaing dan mengapa para pekerja tersebut pindah. Pemilik konveksi Alfahmi mengatakan bahwa pernah pekerjanya berpindah dari industri konveksi lain. Alasannya pekerja tersebut pindah adalah untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Namun hal sebaliknya juga pernah dialami oleh informan kunci I2 yang sebelumnya bekerja di industri konveksi yang dikelola oleh pengusaha Cina dan berpindah ke konveksi Alfahmi. Berikut ini adalah pendapat dari I2 : “kalau sebelumnya di industri konveksi Cina itu, waktu kami untuk istirahat sedikit, pekerja disana sangat di press kerjanya, waktu untuk shalat tidak dikasih, kalau ada pesta keluarga tidak dikasih, jam kerjanya sangat padat, kurang nyaman kerja disana. Tapi kalau disini konveksi Alfahmi saya dikasih waktu shalat, kalau ada pesta keluarga boleh ijin, saya juga boleh minjam uang saat sedang membutuhkan dana, dan hubungan bos dengan karyawannya sudah seperti keluarga, jadi saya senang bekerja disini” Peneliti juga menanyakan apabila pesaing konveksi lain menawarkan gaji yang lebih besar,apakah pekerja memiliki rencana untuk pindah. Jawaban dari pekerja konveksi I2, I4, I6 adalah tidak ingin pindah ke konveksi lain. Karena sudah merasa nyaman dengan konveksi yang saat ini ditempati masing-masing. Manajemen perusahaan tidak terlalu memberatkan pekerja, sehingga pekerja Universitas Sumatera Utara enggan berpindah kepada industri konveksi lain. Walaupun saat in, para pekerja belum pernah menerima tawaran tersebut, namun mereka tetap tidak ingin untuk bekerja ke konveksi lain bila mendapat tawaran dari industri konveksi lain.

4.3.2.2. Variabel Internal Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Rencana Strategik