Perjuangan Tokoh Enong terhadap Keluarga

kesalahan Enong. Enong meminta maaf dan mengatakan bahwa sepanjang hidupnya ia tak pernah mengenal lelaki dan tak tahu banyak tentang Matarom. Enong mengakhiri perkawinannya secara menyedihkan. Ia minta diceraikan. CDG, hlm. 17 Kesendirian Enong semakin menjadikannya perempuan yang tegar dan kuat. Setelah ibunya meninggal, semangat Enong untuk berjuang semakin nyata. Ia belajar setiap hari demi memahami permainan catur. Berkat bantuan dari rekan-rekannya, perlahan-lahan ilmunya semakin berkembang. Perjuangan yang sangat fenomenal adalah Enong mampu mengalahkan juara catur bertahan selama tiga tahun berturut-turut, yakni Matarom, mantan suaminya. Semua orang yang menyaksikan pertandingan itu, terutama perempuan akan merasa bahagia dan seolah- olah mereka baru saja merdeka dari penjajahan ketidakadilan yang membelenggu mereka selama ini. Makna kebebasan dan keberadaan perempuan telah berhasil dilakukan oleh Enong. 4.3.1.6 Menggantikan Peran Ayah Meninggalnya Ayah Enong merupakan cobaan berat baginya. Ia harus menggantikan peran ayahnya dalam mencari nafkah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut. Enong bekerja keras menjadi pendulang timah sejak usianya baru 14 tahun. Ia berusaha sedapat-dapatnya memenuhi apa yang diperlukan ketiga adiknya dari seorang ayah. Dibelikannya mereka baju Lebaran, diurusnya jika sakit dan ia menangis setiap kali mengambil rapor adik-adiknya. Sebab, saat menandatangani rapor yang seharusnya ditandatangani ayahnya itu, ia rindu pada ayahnya CDG, hlm. 9

4.3.2 Perjuangan Tokoh Enong terhadap Keluarga

Murniati 2004: 197 menyatakan “Keluarga adalah sebuah organisasi yang di dalamnya dapat terdiri dari seorang suami, seorang istri, baik dengan anak atau tidak, dan mungkin masih Universitas Sumatera Utara ada orang lain lagi. Sebagai sebuah organisasi, masing-masing orang menempati posisi masing- masing, bersinergi, sehingga roda organisasi itu bergerak dan berfungsi.” Pengertian di atas menjelaskan bahwa sebuah keluarga merupakan sebuah kelompok yang saling bersinergi untuk mencapai suatu tujuan ke arah yang lebih baik. Apabila ada salah satu bagian tidak lengkap maka terjadilah kerusakan dari sistem organisasi tersebut. Hubungannya dengan Enong adalah akibat dari sepeninggalnya ayah mereka, keluarga tersebut kehilangan penopang dalam keluarganya. Adat yang berlaku juga mengharuskan setiap anak sulung untuk menggantikan tanggung jawab ayahnya sebagai pencari nafkah. Sementara anak pertama keluarga Syalimah adalah perempuan. Keterbatasan fisik dan tenaga perempuan menjadikan mereka semakin khawatir akan kehidupan di hari-hari berikutnya. Syalimah merasa Enong belum mampu untuk menerima tanggung jawab sebesar itu. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut. Syalimah semula menolak. Berat baginya melepaskan Enong dari sekolah dan harus bekerja jauh dari rumah. Anak itu baru kelas enam SD. Tapi, ia akhirnya luluh karena Enong mengatakan tak bisa menerima jika adik- adiknya harus berhenti sekolah karena biaya. DPB, hlm. 25 Perbedaan manusia yang dibuat berdasarkan kategori jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan selalu mengundang praduga tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat yang sudah mengakar suatu sistem pemerintahannya, pembagian tugas selalu dikaitkan pada jenis kelamin. Akibat pembagian tugas berdasarkan jenis kelamin tersebut, tanpa disadari muncul berbagai ketidakadilan yang dirasakan oleh kaum perempuan. Enong dalam masa-masa sulitnya berusaha mencari pekerjaan untuk menopang keluarganya. Namun, keadaan dan ketidakwajaran kondisi fisik Enong yang kurus mengakibatkan tidak satu pun perusahaan menerimanya. Enong akhirnya memilih kembali ke kampung halamannya karena tidak ada yang bersedia mempekerjakannya. Dalam keputusasaan, Enong hanya bisa melamun dan meratapi nasib keluarganya yang Universitas Sumatera Utara ditinggalkan oleh seseorang yang sangat berperan penting dalam hidup mereka. Namun, ide luar biasa muncul dalam hatinya. Akhirnya, Enong memilih bekerja sebagai pendulang timah. Pekerjaan yang tidak membutuhkan ijazah, pengalaman kerja, dan penampilan yang menarik. Pekerjaan ini hanya membutuhkan tenaga dan semangat pantang menyerah. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut. Enong semakin kalut karena, jangankan di kampung, di Tanjong Pandan yang banyak lowongan saja, ia tak mampu mendapat pekerjaan. Semangatnya menggebu. Ia siap menerima semua tanggung jawab. Ia rela berkorban apa saja demi ibu dan adik-adiknya, tapi semua jalan buntu. Sore itu, ia mengambil sepeda dan mengayuhnya keluar kampung untuk melarikan pesanannya yang risau. Diselusurinya padang dan bukit-bukit pasir. Lalu, ia melamun di pinggir danau. Ia hampir sampai pada tahap putus asa. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan keluarganya. Nalurinya sebagai anak tertua makin membuatnya tersiksa. Ia membasuh wajahnya yang berlinang air mata. Di pandanginya tubuhnya yang berpendar di atas permukaan air yang bisu. Ditatapnya lekat-lekat matanya yang basah. Kemilau kuarsa di dasar danau membuatnya terpesona dan satu ide yang ajaib menamparnya. Ia mengangkat wajahnya, lalu bangkit dan terpaku. Ia berlari menuju sepedanya dan pontang-panting pulang. Sampai di rumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu, lalu segera kembali ke danau. Ia menyingsingkan lengan baju, turun ke bantaran dan mulai menggali lumpur. Ia terus menggali dan menggali. Ia berkecipak seperti orang kesurupan. Keringatnya bercucuran, tubuhnya berlumpur lumpur. Ia mengumpulkan galiannya ke dalam dulang, mengisinya dengan air, dan mengayak-ngayaknya. Sore itu, pendulang timah perempuan pertama di dunia ini, telah lahir.DPB, hlm. 48 – 49 Menduduki posisi sebagai ayah bukanlah pekerjaan mudah karena tanggung jawab seorang ayah sangatlah berat untuk dijalankan oleh seorang perempuan. Sejak usianya 14 tahun, Enong sudah menjadi ayah bagi adik-adiknya. Semua kebutuhan mereka selalu diusahakannya. Enong tidak ingin adiknya mengalami nasib yang sama seperti dia. Adik-adiknya juga merasa bangga pada Enong. Mereka tidak pernah mengecewakan kakaknya itu. Hal itu ditunjukkan melalui prestasi mereka di sekolah sehingga tiap kali mengambil rapor Enong merasa terharu dan Universitas Sumatera Utara bangga pada adik-adiknya. Akhirnya, perjuangan Enong kepada masa depan adik-adiknya itu setara dengan pengorbanan yang telah dilakukannya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut. Semuanya karena sepanjang hidup ketiga gadis kecil kakak- beradik itu telah menyaksikan bagaimana ibu dan Enong berjuang untuk mereka. Enong bekerja keras menjadi pendulang timah sejak usianya baru 14 tahun. Ia berusaha sedapat-dapatnya memenuhi apa yang diperlukan ketiga adiknya dari seorang ayah. Dibelikannya mereka baju Lebaran, diurusnya jika sakit dan ia menangis setiap kali mengambil rapor adik-adiknya. Sebab, saat menandatangani rapor yang seharusnya ditandatangani ayahnya itu, ia rindu pada ayahnya.CDG, hlm. 8 – 9 Hasil kerja keras dan perjuangan Enong dapat dilihat pula pada kutipan berikut. Maryamah telah mengalami kesulitan sejak kecil dan selalu berhasil mengatasinya. Ia telah menikahkan seluruh adiknya dan berusaha memberikan yang terbaik untuk setiap orang dalam keluarganya. Namun, cinta adalah sesuatu yang tak pernah bisa ia menangkan.CDG, hlm. 84 – 85 Seseorang akan dapat mandiri apabila sudah mengenal jati dirinya sebagai manusia yang utuh. Pengenalan terhadap jati dirinya berarti mengetahui keunikan pribadinya beserta kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Namun, kebanyakan kaum perempuan tidak menyadari dan memahami dirinya sebagai pribadi yang utuh akibat stereotipe dari masyarakat. Dalam novel Dwilogi Padang Bulan, dijelaskan bagaimana Enong berusaha mandiri dan mengenal jati dirinya sebagai perempuan yang memiliki suatu potensi luar biasa yang mampu mengubah nasibnya. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa bukti perjuangan Enong terhadap keluarganya, yakni Enong mampu menghidupi keluarganya , mampu menyekolahkan adik- adiknya hingga tamat SMA kemudian menikahkan adik-adiknya dengan pria yang baik dan mapan, dan mampu membahagiakan ibunya. Keluarga adalah segalanya bagi Enong. Ia tidak pernah menyusahkan mereka bahkan ia lebih mengutamakan kebahagiaan keluarga daripada kebahagiaannya sendiri. Universitas Sumatera Utara

4.3.3 Perjuangan Tokoh Enong terhadap Pendidikan