Ekstraksi Serbuk Simplisia Analisis Ekstrak n-Heksana Secara KLT KLT Preparatif Karakterisasi Isolat Dengan Spektrofotometri UV dan IR

37 Keterangan: + = mengandung golongan senyawa –= tidak mengandung golongan senyawa Skrining fitokimia simplisia daun nipah diperoleh senyawa golongan glikosida, saponin, flavonoid, tanin, dan triterpenoidsteroid.Penambahan pereaksi Molisch dan asam sulfat pekat membentuk cincin berwarna ungu yang menunjukkanadanya senyawa glikosida. Terbentuknya busa yang stabil dengan pengocokan dalam air dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2N menunjukkan adanya senyawa saponin Depkes, RI., 1995. Penambahan serbuk Mg dan asam klorida pekat menghasilkan larutan warna merah dan dengan penambahan amil alkohol, warna merah tertarik pada lapisan amil alkohol yang menunjukkan adanya flavonoid. Penambahan FeCl 3 memberikan warna biru kehitaman yang menunjukkan adanya senyawatanin. Penambahan pereaksi LBmembentuk warna biru-hijau, ungu, dan merah ungu yang menunjukkan adanya senyawa triterpenoidsteroid Farnsworth, 1966. Sedangkan penambahan larutan pereaksi mayer, bouchardat, dan dragendorf tidak memberikan hasil sehingga tidak terbuktikan adanya kandungan senyawa alkaloid pada sampel.

4.4 Ekstraksi Serbuk Simplisia

Hasil ekstraksi serbuk simplisia secara maserasi dengan pelarut n-heksana dari 400 g diperoleh ekstrak kering sebanyak 4,06 g rendemen 1,015 .

4.5 Analisis Ekstrak n-Heksana Secara KLT

Analisis senyawa triterpenoidsteroidsecara KLT menggunakan fase diam plat lapis tipis silika gel 60 GF 245 dengan fase gerak n-heksana-etilasetat Universitas Sumatera Utara 38 perbandingan 90:10, 80:20,70:30, 60:40 dan 50:50diperoleh kromatogram yang dapatdilihat pada Lampiran 6, halaman60 dan harga Rf darimasing-masing perbandingan fase gerak dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Harga Rf Hasil analisis KLT ekstrak n-heksana daun nipah. NO Harga Rf Fase gerak N-heksana-etilasetat, fase diam plat lapis tipis silika gel 60GF 254 90 : 10 80 : 20 70 : 30 60 : 40 50 : 50 1 0,05 h 0,16 h 0,36 h 0,62 h 0,85 u 2 0,14 u 0,25 h 0,56 h 0,77 u 0,91 h 3 0,25 mu 0,36 h 0,61 u 0,81 h 0,95 mu 4 - 0,40 u 0,68 h 0,87 mu - 5 - 0,56 mu 0,73 mu - - Keterangan: h = hijau, u = ungu, mu= merah ungu Hasil KLT menunjukan fase gerak yang memberikan pemisahan terbaik adalah n-heksana-etilasetat dengan perbandingan70:30 karena memberikanbercak lebihdominan.Terlihat padaGambar 4.1 berikut: 1 2 Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 4.1. Kromatogram ekstrak n-heksana daun nipah dengan fase gerak n- heksana-etilasetat 70:30, 1 = merah ungu, 2 = ungu Selanjutnya dilakukan pemisahandengan KLT preparatifmenggunakan fasegerakn-heksan–etilasetat dengan perbandingan 70:30 untuk mendapatkan senyawa triterpenoidsteroid dalam jumlah yang lebih banyak.

4.6 KLT Preparatif

Hasil KLT preparatif dari ekstrak n-heksan daun nipah denganfase gerak n-heksan-etilasetat 70:30, fase diam silika gel 60 GF 254 , dan penampak bercak Liebermann Burchard diperoleh dua noda triterpenoidsteroid yaitu noda I berwarna merah ungu dan noda II berwarna ungu. Gambar kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 7,halaman 61. 4.7 Uji Kemurnian Isolat 4.7.1 Isolat I Hasil uji kemurnian dari KLT satu arahmenggunakan fase gerak n- heksana-etilasetat dengan perbandingan 90:10, 70:30 dan benzen-etilasetat 90:10 dengan penampak pereaksi LB menunjukkan satu bercak tunggal berwarna merah ungu. Harga Rf dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan hasil kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 62. Tabel 4.4 Harga Rfuji kemurnian isolat I No Perbandingan fase gerak Harga Rf Penampak noda Liebermann-Burchard 1 n-heksana-etilasetat90:10 0,33 merah ungu 2 n-heksana-etilasetat 70:30 0,73 merah ungu 3 benzen-etilasetat 90:10 0,57 merah ungu Universitas Sumatera Utara 40 Hal ini menunjukkan bahwa triterpenoidsteroid yang dihasilkan dari proses KLT preparatif telah menunjukan satu noda. Pemeriksaan uji kemurnian isolat I dengan KLT dua arah menggunakan fase gerak pertamabenzen-etilasetat 90:10, dan fase gerak kedua n-heksan- etilasetat 70:30 dengan penampak bercak pereaksi LB, hasilnya tetap memberikan satu bercak warna merah ungu dengan harga Rf 0,73. Gambar kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 64. Hasil KLT satu arah dan KLT dua arah terhadap isolat I telah diperoleh satu bercak tunggal berwarna merah ungu. Hal ini menunjukan bahwa isolat I yang diperoleh dianggap telah murni.

4.7.2 Isolat II

Hasil uji kemurnian dari KLT satu arah menggunakan fase gerak n- heksana-etilasetat dengan perbandingan 70:30, 30:70 dan benzen-etilasetat 70:30 dengan penampak pereaksi LB menunjukkan satu bercak tunggal berwarna ungu. Harga Rf dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan hasil kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 63. Tabel 4.5 Harga Rfuji kemurnian isolat II No Perbandingan fase gerak Harga Rf Penampak noda Liebermann-Burchard 1 n-heksana-etilasetat70:30 0,56 Ungu 2 n-heksana-etilasetat 30:70 0,87 Ungu 3 benzen-etilasetat 70:30 0,77 Ungu Hal ini menunjukkan bahwa triterpenoidsteroid yang dihasilkan dari proses KLT preparatif telah menunjukan satu noda. Universitas Sumatera Utara 41 Pemeriksaan uji kemurnian isolat II dengan KLT dua arah menggunakan fase gerak pertamabenzen-etilasetat 70:30, dan fase gerak kedua n-heksan- etilasetat 70:30 dengan penampak bercak pereaksi LB, hasilnya tetap memberikan satu bercak warna ungu dengan harga Rf 0,56. Gambar kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 65. Hasil KLT satu arah dan KLT dua arah terhadap isolat II diperoleh satu bercaktunggal berwarna ungu. Hal ini menunjukan bahwa isolat II yang diperoleh dianggap telah murni.

4.8 Karakterisasi Isolat Dengan Spektrofotometri UV dan IR

Spektrum ultraviolet isolat I dan isolat II memberikan panjang gelombang absorpsi maksimum yang sama yaitu pada panjang gelombang201,8nm.Gambar spektrum spektrofotometri UV dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 14 halaman 66 dan 68. Absorpsi cahaya dapat terjadi akibat adanya gugus kromofor yang terdapat pada isolat I dan isolat II Silverstein, dkk., 1986.Energi yang diserap oleh gugus kromofor akan menyebabkan terjadinya transisi elektron ke tingkat yang lebih tinggi. Gugus kromofor yang memberika n transisi elektron dari π  π akan menyerap pada panjang gelombang maksimum sekitar 200 nm. Contoh gugus kromofor jenis π  π yaitu C=C dan C≡C Creswell, dkk., 1972. Panjang gelombang cahaya ultraviolet bergatung kepada mudahnya transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk transisi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Universitas Sumatera Utara 42 Sedangkan molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang Supratman,2010. Hasil spektrofotometriinframerahisolat I menunjukkan pita serapan yang melebar pada daerah bilangan gelombang3402,43 cm -1 yang diduga merupakan gugus fungsi OH 3200-3600 cm -1 , namun masih perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui apakah gugus OH ini berasal dari isolat I atau berasal dari pelarut, karena pelarut yang digunakan adalah metanol. Gugus OH diperkuat dengan adanya serapan pada 1091,71 cm -1 yang merupakan serapan dari gugus fungsi C-O. Serapan pada 2916,37 cm -1 dan 2850,79 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-H alifatik, dan 1620,21 cm -1 menunjukkan adanya gugus C=C, pada1462,04 cm - menunjukkan adanya CH 2 . Pada Isolat I tidak ditemukan adanya cincin aromatik karena tidak diperoleh serapan C-H aromatik pada bilangan gelombang diatas 3000 cm -1 Watson, D.G, 2005; Dachriyanus, 2004; Harmita, 2009; Silverstein, dkk., 1981. Gambar spectrum inframerah isolat I dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 67. Hasil spektrofotometri inframerahisolat II menunjukkan pita serapan yang melebar pada daerah bilangan gelombang 3406,29 cm -1 yang diduga merupakan gugus fungsi OH 3200-3600 cm -1 , namun masih perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui apakah gugus OH ini berasal dari isolat II atau berasal dari pelarut, karena pelarut yang digunakan adalah metanol. Gugus OH diperkuat dengan adanya serapan pada 1087,85 cm -1 yang merupakan serapan dari gugus fungsi C-O.Serapanpada 2877,79 cm -1 dan 2819,93 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-H alifatikdan pada 1624,06 cm -1 menunjukkan adanya gugus C=C. Pada Isolat II tidak ditemukan adanya cincin aromatik karena tidak diperoleh serapan Universitas Sumatera Utara 43 C-H aromatik pada bilangan gelombang diatas 3000 cm -1 Watson, D.G, 2005; Dachriyanus, 2004; Harmita, 2009; Silverstein, dkk., 1981 Gambar spektruminframerahisolat II dapat dilihat pada Lampiran 15, halaman 69. Universitas Sumatera Utara 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Hasil karakterisasi serbuk simplisia daun nipah Nypa fruticansWurmb.yaitu kadar air 4,98, kadar sari yang larut dalam air 22,32, kadar sari yang larut dalam etanol 18,02 kadar abu total 7,96 dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,99. b. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia diperoleh adanya senyawa flavonoid, glikosida,antrakuinon, tanin, saponin dan triterpenoidsteroid. c. Hasil isolasi ekstrak n-heksana daun nipah Nypa fruticans Wurmb. diperoleh isolat I harga Rf 0,73 dan isolat II harga Rf 0,56 dengan fase gerak n-heksana-etilasetat 70:30. Hasil spektrofotometri ultraviolet untuk isolat I dan II mempunyai panjang gelombang absorpsi maksimum yang sama yaitu 201,8 nm.Spektrofotometri inframerah untuk isolat I menunjukkan adanya gugus O-H, C-H alifatis, CH 2 , C=C dan C-O dan untuk isolat IIadanya gugus O-H, C-H alifatis, C-O, dan C=C.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menentukan struktur senyawatriterpenoidsteroid hasil isolasi dan uji aktivitasnya, serta mengisolasi senyawa lain yang terkandung pada daun nipah Nypa fruticansWurmb.. Universitas Sumatera Utara