Kerangka Pemikiran PENDAHULUAN Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Pengaturan Pelanggaran Batas Kecepatan Kendaraan Bermotor Dan Penegakan Hukumnya (Studi Kasus Di Satlantas Polres Wonogiri).

7

D. Kerangka Pemikiran

Kebijakan hukum pidana merupakan kebijakan dari negara melalui badan-badan yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita- citakan. 9 Upaya kebijakan hukum pidana pada pelanggaran batas kecepatan kendaraan bermotor telah diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Usaha dan kebijakan untuk membuat suatu peraturan khususnya di bidang pidana ini pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari tujuan penanggulangan kejahatan maupun pelanggaran. Usaha penanggulangan kejahatan maupun pelanggaran dengan hukum pidana juga merupakan bagian dari usaha penegakan hukum khususnya penegakan hukum pidana. Oleh karena itu, sering pula dikatakan bahwa politik atau kebijakan hukum pidana merupakan bagian integral dari kebijakan penegakan hukum law enforcement policy . 10 Di dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah tercantum bentuk pengaturan pelanggaran batas kecepatan terkait ketentuan pidananya sebagai bagian dari instrumen penegakan hukum, yakni termuat dalam pasal 287 ayat 5. Pasal 287 ayat 5 bunyinya: 9 Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Bandung: Sinar Baru, hal. 20. 10 Barda Nawawi Arief, 2008, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana , Jakarta: Prenadamedia Group, hal. 28. 8 “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat 4 huruf g atau Pasal 115 huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 dua bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 lima ratus ribu rupiah.” Penegakan hukum tidak dapat berjalan hanya dengan pemenuhan instumen undang-undang saja. Maka menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum law enforcement menghendaki adanya empat syarat, yaitu : adanya aturan, adanya lembaga yang akan menjalankan peraturan itu, adanya fasilitas untuk mendukung pelaksanaan peraturan itu, adanya kesadaran hukum dari masyarakat yang terkena peraturan itu. 11

E. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Hak Sipil dan Politik Warga Negara (Studi Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa Periode 1997 – 1998)

7 68 90

Tinjauaan Hukum Internasional Terhadap Perlakuan Diskriminatif terhadap Etnis Minoritas (studi kasus : Etnis Muslim Uighur di China)

10 98 125

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (Studi Kasus Terhadap Putusan MARI No 68 K/PID.SUS/2008 An ADELIN LIS)

2 96 219

Pertanggungjawaban Pidana Pelanggaran Hak Cipta Terhadap Ciptaan yang Dilindungi Dalam UU No.19 Tahun 2002 (Studi Kasus No.3683/Pid.B/2008/PN.Mdn)”.

2 74 97

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Desersi yang Dilakukan Oleh Anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Studi Kasus Desersi di Pomal Lantamal I Belawan)

14 178 142

Kebijakan Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Narkotika (Studi di Polda Sumut)

4 126 126

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

3 119 119

Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas) Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek (Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe)

5 82 77

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENGATURAN PELANGGARAN BATAS KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Pengaturan Pelanggaran Batas Kecepatan Kendaraan Bermotor Dan Penegakan Hukumnya (Studi Kasus Di Satlantas Polres Wonogiri).

0 5 17

SKRIPSI KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENGATURAN Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Pengaturan Pelanggaran Batas Kecepatan Kendaraan Bermotor Dan Penegakan Hukumnya (Studi Kasus Di Satlantas Polres Wonogiri).

0 4 12