Masyarakat Howard dan SS Summer serta Fuller dalam rangka efektivitas hukum

131 Peraturan sudah ditetapkan dan sudah diteken bahkan sudah dipublisasikan baik melalui media cetak, elektonik sehingga masyarakat seluruh Indonesia sudah mengetahuinya, maka adaptasi pelaksanaannya segera dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2008 tentang Penyederhanaan dan Percepatan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan untuk Jenis Pelayanan Pertanahan Tertentu. Sarana yang dapat menunjang tentunya harus diikuti pula dengan inovasi, teknologi yang lebih maju dan segera menyesuaikan program data base yang telah dibangun oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, adalah pembangunan Komputer Kantor Pertanahan KKP dan bagi yang belum menyesuaikan atau yang membangun aplikasi sendiri segera menyesuaikan migrasi ke program Komputer Kantor Pertanahan. Munculnya Peraturan ini dilatar belakangi terpuruknya citra BPN di mata publik. Beberapa waktu lalu Komisi Pemberantasan Korupsi KPK mengeluarkan laporan 30 lembaga yang melakukan pelayanan masyarakat. Dalam laporan itu BPN menempati peringakat ke-29. Tahun ini BPN menargetkan bisa masuk lima besar.

d. Masyarakat

Dalam konsep hukum yang normatif, yaitu yang membebani hukum dengan tugas-tugas untuk mewujudkan nilai-nilai, maka kehadiran hukum di dalam masyarakat itu tidak hanya sekedar didorong oleh karena keharusan sosial, melainkan karena ada tugas-tugas yang harus dijalankannya itu. . Konsep ini selanjutnya menerima adanya nilai-nilai latent yang terdapat dalam hukum. Oleh Friedman kultur hukum itu dirumuskan sebagai berikut : “ Sikap-sikap dan nilai-nilai yang berhubungan dengan hukum, bersama-sama dengan sikap-sikap dan nilai-nilai yang berhubungan dengan hukum dan lembaga-lembaganya, baik secara positif maupun negatif “ Friedmen memperkenalkan konsepsi kultur hukum sebagai-bagian dari sistem hukum ini pada waktu ia harus memberi jawaban terhadap pertanyaan, 132 mengapa terdapat perbedaan dalam jalanya kehidupan hukum di antara negara yang satu dengan yang lain . Suatu pendapat mencoba menjelaskan perbedaan ini dengan menyususn suatu teori tentang hukum dan masyarakat yang mengatakan , bahwa perbedaan di antara dua sistem hukum itu tidak lain merupakan pencerminan dari perbedaan di antara ciri-ciri kehidupan yang menonjol keduannya. Masalah pertanahan merupakan masalah yang sangat mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kajian di bidang pertanahan yang berhubungan dengan manusia bersifat abadi. Seperti yang di amanatkan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang tujuan utamanya adalah sebesar-besar kemakmuran rakyat dan tanah merupakan perekat negara kesatuan Republik Indonesia. Kajian fisolopis dan empiriknya merupakan sumber ekonomi bagi siapapun yang menguasainya. Ada empat prinsip yang harus dipegang dalam masalah pertanahan ini : 1. Tanah harus sebagai sumber kemakmuran dan kesejahteraan rakyat 2. Penataan Pertanahan harus berkontribusi untuk menciptakan tatanan kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara secara lebih berkeadilan, karena konsentrasi aset dalam bentuk tanah menjadi kontribusi keadilan 3. Penataan politik pertanahan, kebijaksanaan pertanahan, program pertanahan harus bisa berkontribusi untuk mewujudkan kehidupan kebangsaan yang berkelanjutan yang disebut S ystemebel Indonesian Sosiality; 4. Penataan pertanahan harus berkonstribusi menciptakan harmoni, kerukunan, kenyamanan sehingga konflik sengketa pertanhan harus dikurangi.

e. Budaya hukum legal cultur