143
BAB V P E N U T U P
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak efektif efektif pelaksanaan standar
prosedur operasi pengaturan dan pelayanan SPOPP menurut Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2005 :
a. HukumUndang-undang dan Peraturannya dalam hal ini Keputusan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2005 belum dilaksanakan secara efektif, belum muncul adanya sanksi dan belum mengandung
larangan yang berkesusaian dengan moral. b.
Penegak Hukum pembentuk hukum maupun penataan hukum belum berjalan sesuai dengan relnya ini dapat dilihat dari sengketa dan konflik
pertanahan, masih banyak yang belum dapat diselesaikan antara lain penyerobatan kepemilikan tanah baik antara pemilik tanah dengan
masyarakat, instansi pemerintah dengan masyarakat dan Hak okupusan antara pemilik dengan masyarakat yang menguasai.
c. Saranafasilitas pendukung terbatasnya pengadaan komputer yang awalnya
sangat sedikit karena perkembangan teknologi sehingga dituntut keberadaan komputer dituntut lebih banyak, disamping data base yang
tersimpan didalam Server semakin meningkat dan tuntutan pelayananan dari masyarakat semakin bertambah volumenya sehingga perlu didukung
sarana maupun fasilitas hanya terbatasnya sumber daya manusia baik dari jumlah maupun kualitas keahlian , sekalipun aturan main pelaksanaan
kebijakan jelas dan kebijakan telah ditransformasikan dengan tepat pelaksanaan kebijakan tidak akan berjalan efektif, sehingga harus memiliki
ketrampilan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang menjadi tangungjawabnya.
144 d.
Masyarakat, kepentingan dari warga masyarakat opini publik yang menuntut percepatan pelayanan sehingga perlu perlu membangun
kepercayaan kepada masyarakat
trust buinding.
e. Budaya hukum, Kantor Pertanahan Kota Surakarta untuk merubah pola
kerja dari sistem manual menjadi digital tentunya juga mengalami hambatan dan diperlukan fasiltas yang mendukung. Kendala yang pertama
dirasakan, yaitu terletak pada sumberdaya manusia dari pegawai yang ada dikantornya, dan merubah pola-pola lama yang feodal menjadi pola baru
sebagai pelayan pada masyarakat tentunya merubah penilaian masyarakat yang kurang baik, terlebih dahulu kita harus merubah diri kita sendiri,
yaitu dengan meningkatkan profesionalisme dalam bekerja. 2.
Hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan standar prosedur operasi pengaturan dan pelayanan SPOPP :
a. Kurangnya pemahaman dalam penyusunan hukumundang-undang dan
peraturannya. b.
Penegak hukum pembentuk hukum maupun penataan hukum dalam pelaksanaannya pemahaman aplikasi yang dipakai sangat minim sekali,
sehingga monitoringnya kurang berjalan dengan baik. c.
Saranafasilitas pendukung belum terpenuhi secara keseluruhan masih ada yang belum memanfaatkan aplikasi yang digunakan dalam mendukung
pelaksanaan SPOPP. d.
Masyarakat menuntut pelayanan percepatan di bidang pertanahan tetapi kesiapan dari aparat pertanahan sendiri masih kurang.
e. Budaya hukum, pola lama sulit untuk dihilangkan sehingga terkesan
pelayanannya masih lambat. 3.
Solusi yang dilakukan dalam mendukung pelaksanaan SPOPP. a.
Perubahan dan pemahaman hukumundang-undang dan peraturannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
b. Penegak hukum pembentuk hukum maupun penataan hukum harus
bekerja secara profesional sehingga dalam mnghadapi perubahan segera menyesuaikan.
145 c.
Saranafasilitas pendukung untuk segera dipenuhi guna mendukung pelaksanaan SPOOP dalam rangka percepatan pelayanan di bidang
pertanahan. d.
Masyarakat, tuntutan masyarakat tidak dapat ditawar-tawar lagi sehingga kesadaran dari aparat pertanahan sendiri sangat diperlukan untuk
mendukung tuntutan dari masyarakat. e.
Budaya hukum, dalam rangka menuju
good governance
maka perlu ada perubahan peran pemerintah dalam administrasi negara, dari perannya
sebagai
rowing
menuju
steering,
artinya pemerintah lebih banyak mengarahkan dan lebih sedikit mengayuh Osbone dan Gaebler : 1992.
2. Implikasi