Gejala Promosi pada Lembaga Pendidikan
Jadi, Silber sangat menekankan betapa berbedanya sistem perguruan tinggi, yang
tidak boleh disamakan dengan pendidikan lanjutan SMA. Pendidikan lanjutan SMA disini dimaksudkan dapat berbentuk kursus, ataupun pendidikan diploma.
Perguruan tinggi bukan merupakan kursus, akan tetapi perguruan tinggi sipatnya lebih kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, yang hasil
pendidikannya mengacu jauh kedepan, membina kehidupan warganegara, generasi penerus ilmuan dikemudian hari.
Konsep tentang penggunaan marketing pada perguruan tinggi ini sudah
dikemukakan oleh Abrraham Flexner pada tahun 1932 dalam Alma 2003: 154 sebagai berikut :
American universities…go into the market place and do a thriving business with the mob. They advertise their shoddy wares in newspaper
and periodicals..many of the actifities carried on by numerous universities are little short of dishonest, but the business goes on because it pays
—for that and no other reason.
Sudah lebih dari setengah abad yang lalu 70 tahun di Amerika sudah dibicarakan
marketing perguruan tinggi, pada hal perguruan tinggi mereka belum menghadapi masa-masa sulit mencari calon mahasiswa pada waktu itu perguruan tonggi sudah
melancarkan sebagian kegiatan marketing dengan segala bentuk kekurangan mutu dan kelemahan layanan. Namun, mereka maju terus berkat bantuan iklan dan tidak
ada pilihan lain. sekarang ini praktek strategi marketing sudah berkembang demikian pesatnya, sejalan dengan penggunaan marketing bidang oragnisasi
bisnis, walaupun dalam bentuk dan penekanan yang berbeda.
Penggunaan fungsi marketing yang masih muda ini sangat berkembang sejak perang dunia ke dua mengikuti pemakaian teori dan strategi bisnis di dalam dunia
pendididkan. Univercities have for several years eagerly applied other business theories
and techniques, for example, finance systems, accounting, organizational behavior and management science. The exstence of program planning,
budget system PPBS, management Information system MIS, management by objective MBO and the program evolution review
techniques PERT on univercities on univercities campuses is wellknown James Balcburn, 1999: 43
Akhir-akhir ini, para ahli pendidikan dan ahli marketing antara lain George
B roker menyatakan “ most well managed organitation today, whether profit or
non profit recognize the inportence of inpluementing formal marketing programs “ Broker , 1995: 72
Dalam masa-masa sulit sekarang ini, melalui marketing, perguruan tinggi di
Amerika mengarahkan pemasarannya ke negara lain, yang berarti sudah memasuki pemasaran international. Kegiatan marketing ini sangat membantu
mengatasi kesulitan mencari calon mahasiswa. “international students represent a
vaible resource which with intergrated marketing methods, can offset the declining domestic studentas population
” Kekurangan mahasiswa perguruan tinggi Amerika sekarang diatasi dengan cara
antara lain “importing iranians, venezuelans, and kuwaits and looking wisfully at mainland china”
Kenyataannya sekarang ini, di Amerika banyak mahasiswa berasal dari segala
penjuru dunia seperti dari negara-negara Amerika Latin, Peru, Nicaragua, Chili,
Barzilia, dari Eropa, dari negara-negara Jepang, Korea, Taiwan dan India serta dari dari seluruh negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Perguruan tinggi di Indonesiapun dapat memainkan peranan penting di
lingkungan Asia Tenggara dengan menarik calon mahasiswa dari Malaysia, Pilipina, Brunei Darussalam, Muangthai dan negara-negara lainnya, dengan
menggunakan konsep marketing secara terarah. Banyaknya jumlah mahasiswa, memperkuat posisi dan nama baik sebuah perguruan tinggi, karena akan banyak
sumber dana masuk, dan mengeluarkan banyak alumni yang akan membawa efek kebaikan ganda.
Pada beberapa dekade yang lalu banyak mahasiswa dari Malaysia masuk
perguruan tinggi Indonesia. Tapi sekarang mulai terbalik, orang Indonesia pergi belajar ke Malaysia. Malaysia mengalami kemajuan pesat dalam pengembangan
perguruan tinggi, sejalan dengan kemajuan ekonomiannya. Adanya ledakan lulusan SLTA dan meningkatnya hasrat melanjutkan studi ke
perguruan tinggi, sangat mendorong tumbuh dan berkembangnya lembaga perguruan tinggi, yang disponsori berbagai organisasi dan atau yayasan seperti :
Lembaga Keagamaan Kelompok etnik
Kelompok Politik Pemerintah daerah
Kelompok purnairawan Kelompok keluarga
Para pengusaha, dan sebgainya
III METODE PENELITIAN 3.1
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah para siswa SMA Adiguna di Bandar Lampung.
Adapun ruang lingkup kajiannya meliputi dua aspek baik yang bersifat internal yaitu berupa pelayanan yang secara langsung diterima oleh para siswa maupun
layanan eksternal yaitu berupa informasi yang diterima oleh siswa berupa layanan yang diberikan oleh pihak yayasan sebagai sponsor dalam kegiatan proses belajar
di SMA Adiguna Bandar Lampung. 3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 475 siswa yaitu terdiri siswa SMA Adiguna di Bandar Lampung kelas satu, kelas dua dan kelas tiga pada tahun
ajaran 20122013 dengan rincian seperti terlihat pada Tabel 3. Namun demikian dalam penelitian ini tidak semua unit sampel yang menjadi populasi akan diteliti,
akan tetapi hanya diambil beberapa unit sampel yang dipilih secara random atau acak kelas tiga tidak dipilih sebagai sampel karena kemungkinan pada saat
penelitian telah lulus, sehingga populasinya sebanyak 293 siswa. Oleh karena itu, penelitian akan dilakukan pada sebagian populasi sampel.
Prosedur pengambilan sampel yaitu sebelumnya dengan membuat kerangka
sampling yang teridri dari:
1. Daftar nama dan nomor urut populasi dari kelas satu sampai kelas tiga. 2. Selanjutnya dengan menggunakan tabel random dipilih tiga angka
terdepan secara vertikal tabel random terdiri dari lima angka, maka yang digunakan tiga angka sampai sejumlah sampel yang ditentukan.
Ukuran penentuan unit sampel dilakukan dengan mengutip perumusan dari dari
Moh. Nasir, 2010: 353 dengan rumus yaitu sebagai berikut. N ∑ Ni. Pi 1 – Pi
n = N
2
D + ∑ N
i
.Pi 1-Pi Keterangan:
n = Ukuran sampel N = Jumlah populasi
Ni = Jumlah sub populasi Pi = ukuran populasi masing-masing
Dimana : D = B
2
= 0,11 = 0,003 4
4 Besarnya Bound of Error B adalah 0,11. Dengan demikian besarnya sampel
dapat dihitung seperti terlihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 2 Perhitungan Besarnya Sampel Untuk
Stratified Random Sampling
Strata Ni
P
i
1-Pi N
i
Pi Ni Pi 1-Pi
I II
138 155
0,60 0,40
0,40 0,60
175,80 62,00
70,32 37,20
Jumlah 293
107,52
= M. Nasir, 2010: 352
293 107,52 315.03,36
n = =
= 70,12 293
2
0,003 + 107,52 449,27
dibulatkan menjadi 70
Selanjutnya penentuan sampel digunakan teknik sampel berimbang dengan besarnya strata dengan rumus:
Ni
fi = N
ni = fi . n
Dengan demikian besarnya sampel untuk masing-masing strata seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3 Besarnya Sampel untuk Masing-Masing Strata
Kelas Ni
Ni : N x n
I II
138 155
33 37
Jumlah 293
70 Supaya sampel sebesar 70 dapat dipilih secara random acak, maka populasi yang
ada dibuat dalam suatu daftar nomor urut dan nama siswa, selanjutnya melalui bantuan tabel random akan dipilih sebanyak 70 responden atau sampel
sebagaimana dijelaskan sebelumnya.