kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru”. Stahl dalam T. Taniredja,
dkk, 2012: 56 “Konsep dasar cooperative learning adalah; 1 perumusan
tujuan belajar harus jelas, 2 penerimaan yang menyeluruh dari peserta didik terhadap tujuan belajar, 3 ketergantungan yang bersifat positif, 4 interaksi
yang bersifat terbuka, 5 tanggung jawab individu, 6 kelompok bersifat heterogen, 7 interaksi sikap dan prilaku sosial yang positif, 8 tindak lanjut
follow up, dan 9 kepuasan dalam belajar”.
Model-model Cooperative Leraning, Taniredja, dkk 2012:64-74 diantaranya yaitu;
1. Isjoni dalam Taniredja, 2012: 64 Student Team-Arhieevement division
STADDevisi Pencapaian-Kelompok Siswa, tipe kooperatif ini menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi di antara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam memnguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
2. Slavin dalam Taniredja, 2012: 66 Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-
Game-Tournament TGT, metode ini sama dengan STAD kecuali dalam hal penggunaan turnamen akademik, dan menggunakan kui-kuis dan
sistem skor kemajuan dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademi sebelumnya setara
seperti mereka. 3.
Taniredja, dkk 2012: 74 Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Group Investigation GI, dalam tipe ini kelompok dibentuk oleh siswa itu
sendiri dalam kelompok-kelompok kecil, selanjutnya kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang akan diajarkan.
G. Model Pembelajaran Investigasi KelompokGroupInvestigation GI
Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan
beranggotakan 2 sampai 6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi pokok bahasan yang akan diajarkan, dan kemudian
membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya di depan kelas untuk
berbagi dan saling tukar informasi. Sharan dalam Taniredja, T.dkk, 2011: 76, menjelaskan bahwa:
Investigasi kelompok dapat dilakukan dalam enam tahap, yaitu: 1 kelas menentukan subtema dan menyusunnya dalam kelompok penelitian, 2
kelompok merencanakan penelitian mereka, 3 kelompok melakukan penelitian, 4 kelompok merencanakan presentasi, 5 kelompok
melakukan presentasi, 6 guru dan siswa mengevaluasi proyek mereka.
Selanjutnya menurut Slavin dalam Taniredja, T.dkk, 2012: 79, Ada enam tahap kegiatan dalam model kooperatif tipe GI ini, yaitu;
1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.
2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.
3. Melaksanakan investigasi.
4. Menyiapkan laporan akhir.
5. Mempresentasikan laporan akhir.
6. Evaluasi.
Sedangkan menurut Hermawan, H 2006: 31, mengatakan:
Langkah-langkah kegiatan siswa dalam penggunaan model tipe investigasi kelompok dapat dilakukan sebagai berikut: 1 amati situasi bermasalah,
2 jelajahi permasalahan dan temukan kunci permasalahan, 3 rumuskan apa yang harus dilakukan, 4 atur pembagian tugas dalam kelompok, 5
belajar individual dan kelompok, 6 cek tugas yang harus dikerjakan, 7 cek proses dan hasil penelitian kelompok, dan 8 lakukan tindak lanjut.
Adapun dampak instruksional dan pengiring model kooperatif tipe GI menurut Hermawan, H 2006: 30, sebagai berikut:
1. Pandangan instruktivis tentang pengetahuan
2. Proses dan keteraturan kelmopok yang efektif
3. Penelitian yang berdisiplin
4. Menghormati HAM dan menerima keberagaman
5. Kemerdekaan sebagai pelajar
6. Komitmen terhadap penelitian sosial.
Pada penelitian ini, tahapan yang digunakan peneliti yaitu model kooperatif tipe GI menurut Slavin. Model pembelajaran GI ini memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanaanya. Adapun kelebihan dari penggunaan GI diantaranya membuka kesempatan evaluasi secara konstan dan lebih besar
terhadap siswa, baik oleh teman atau guru mereka. Akan tetapi, kelemahan dalam penggunaan GI yaitu tidak dapat diimplementasikan kedalam
lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog interpersonal. Menurut Santoso dalam asvianti, 2012: 12 ada 5 kelebihan
dan 3 kekurangan metode GI dengan uraian sebagai berikut: a.
Kelebihan metode GI 1.
Pembelajaran dengan kooperatif model GI memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif model GI mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 3.
Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
4. Melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya. 5.
Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pemblajaran.
b. Kekurangan metode GI
1. Tidak semua materi dapat disampaikan dengan menggunakan metode
ini.