guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi ketrampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi,
dan naturalisasi ”.
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Menurut
Permendikbud No.65 tahun 2013 dikatakan bahwa: Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan
program perbaikan remedial, pengayaan enrichment, atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakansebagai bahan
untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat dibuat kesimpulan penilaian autentik
yaitu penilaian dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sekaligus dalam satu pembelajaran yang dilakukan secara komprehensip mulai dari awal
sampai akhir kegiatan pembelajaran.
E. Tema
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002 :114; te.ma adalah [n] pokok pikiran; dasar cerita yg dipercakapkan, dipakai sbg dasar mengarang,
menggubah sajak, dsb. Tema memberikan makna kepada beberapa konsep
dasar sehingga peserta didik mempelajari konsep dasar terkait dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, pembelajaran memberikan makna nyata
kepada peserta didik. Tema-tema pembelajaran dalam kurikulum 2013 kelas iv semester genap yaitu pahlawanku, indahnya negeriku, cita-citaku, tempat
tinggalku, dan makananku sehat dan bergizi. Tema pahlawanku dilaksanakan pada bulan Januari, tema indahnya negeriku dilaksanakan pada bulan
Februari, tema cita-citku dilaksanakan pada bulan Maret, tema tempat tinggalku dilakukan pada bulan April, dan tema makananku sehat dan bergizi
dilakukan pada bulan Mei.
Pada tema cita-citaku yang akan diteliti yaitu subtema 2 “hebatnya cita-
citaku”. Pada subtema 2 terdapat 6 pembelajaran, dimana setiap pembelajaran mengintegrasikan beberapa matapelajaran yang relevan. Satu siklus akan
dilakukan dalam dua pertemuan.
F. Model Pembelajaran Kooperatif
Pada pembelajaran kurikulum 2013, siswa melakukan proses belajar secara berkelompok dan bekerja sama. Karenanya, pembelajaran kooperatif cocok
diterapkan untuk proses pembelajaran kurikulum 2013. Sugandi dalam Taniredja T,
2012:55 “Pembelajaran Kooperatif coorperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran kelompok
”.
Solihatin, E., dan Rahardjo, dalam T. Taniredja, dkk, 2012: 56 Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari
dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning
juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.
Sedangkan menurut Slavin, “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru”. Stahl dalam T. Taniredja,
dkk, 2012: 56 “Konsep dasar cooperative learning adalah; 1 perumusan
tujuan belajar harus jelas, 2 penerimaan yang menyeluruh dari peserta didik terhadap tujuan belajar, 3 ketergantungan yang bersifat positif, 4 interaksi
yang bersifat terbuka, 5 tanggung jawab individu, 6 kelompok bersifat heterogen, 7 interaksi sikap dan prilaku sosial yang positif, 8 tindak lanjut
follow up, dan 9 kepuasan dalam belajar”.
Model-model Cooperative Leraning, Taniredja, dkk 2012:64-74 diantaranya yaitu;
1. Isjoni dalam Taniredja, 2012: 64 Student Team-Arhieevement division
STADDevisi Pencapaian-Kelompok Siswa, tipe kooperatif ini menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi di antara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam memnguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
2. Slavin dalam Taniredja, 2012: 66 Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-
Game-Tournament TGT, metode ini sama dengan STAD kecuali dalam hal penggunaan turnamen akademik, dan menggunakan kui-kuis dan
sistem skor kemajuan dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademi sebelumnya setara
seperti mereka. 3.
Taniredja, dkk 2012: 74 Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Group Investigation GI, dalam tipe ini kelompok dibentuk oleh siswa itu