Hubungan Status Gizi, Menarche Dini, dan Perilaku Mengonsumsi

Faktor kedua yang mempengaruhi dismenore yang akan dijelaskan dalam subbab ini adalah menarche dini. Bila menarche terjadi pada usia yang lebih awal dari normal, dimana alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit ketika menstruasi Novia dan Puspitasari, 2008. Beberapa penelitian tentang hubungan antara usia menarche dengan dismenore adalah sebagai berikut. 1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sophia dkk. 2013 pada siswi SMK Negeri 10 Medan, didapatkan hasil responden yang mengalami dismenore sebanyak 83,7 usia menarche  12 tahun, 83,3 usia menarche 13-14 tahun, dan 53,8 usia menarche  14 tahun, sedangkan responden yang tidak mengalami dismenore adalah sebanyak 16,3 usia menarche  12 tahun, 16,7 usia menarche 13-14 tahun, dan 46,2 usia menarche  14 tahun. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan dismenore, dengan nilai p sebesar 0,031 p 0,05. 2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriana dan Rahmayani 2013 di Akademi Kebidananan Meuligo Meulaboh, didapatkan hasil responden yang mengalami dismenore sebanyak 88,6 usia menarche  12 tahun dan 65,2 usia menarche  12 tahun. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan dismenore, dengan nilai p sebesar 0,047 p 0,05. 3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Unsal dkk. 2010 pada mahasiswi Universitas Dumlupinar di Turki, didapatkan hasil responden yang mengalami dismenore sebanyak 79,1 usia menarche  12 tahun, 71,6 usia menarche 13-14 tahun, dan 68,4 usia menarche  15 tahun, sedangkan responden yang tidak mengalami dismenore adalah sebanyak 20,9 usia menarche  12 tahun, 28,4 usia menarche 13-15 tahun, dan 31,6 usia menarche  15 tahun. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan dismenore, dengan nilai p sebesar 0,142 p 0,05. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Silvana 2012 pada mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, didapatkan hasil responden yang mengalami dismenore sebanyak 66,7 usia menarche dini, 83,8 usia menarche normal, dan 70,4 usia menarche lanjut, sedangkan responden yang tidak mengalami dismenore adalah sebanyak 33,3,7 usia menarche dini, 16,2 usia menarche normal, dan 29,6 usia menarche lanjut,. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan dismenore, dengan nilai p sebesar 0,161 p 0,05. Pada beberapa penelitian di atas, dari penelitian dengan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan dismenore, dapat diketahui bahwa semakin dini usia menarche responden, maka akan semakin tinggi prevalensi dismenore. Faktor ketiga yang mempengaruhi dismenore yang akan dijelaskan dalam subbab ini perilaku mengonsumsi makanan cepat saji fast food. Fast food memiliki karakteristik mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh omega-6 yang tinggi, kurangnya kandungan asam lemak omega-3, terlalu banyak kandungan garam, dan terlalu banyak gula yang dimurnikan Myles, 2014. Hussein 2013 menjelaskan bahwa asupan asam lemak n-6 dalam diet merupakan awal dari kaskade pelepasan prostaglandin yang akan menyebakan dismenore. Selain itu, fast food juga mengandung asam lemak trans yang merupakan salah satu sumber radikal bebas Messier, 2009. Salah satu efek dari radikal bebas adalah kerusakan membran sel Owusu-Apenten, 2004. Membran sel memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah fosfolipid Campbell dan Reece, 2008. Salah satu fungsi fosfolipid adalah sebagai penyedia asam arakidonat yang akan disintesis menjadi prostaglandin Satyanarayana, 2014. Sehingga jika tubuh semakin banyak mengonsumsi makanan cepat saji fast food, maka akan semakin banyak prostglandin dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya dismenore. Beberapa penelitian tentang hubungan antara perilaku mengonsumsi fast food dengan dismenore adalah sebagai berikut. 1. Pada penelitian Pramanik dan Dhar 2014 yang dilakukan pada remaja 13-18 tahun di Bengal Barat, India Timur, didapatkan hasil responden dengan kebiasaan mengonsumsi fast food mengalami dismenore sebanyak 45,45 mengonsumsi fast food 1-2 hariminggu, 64,02 mengonsumsi fast food 3-4 hariminggu, 74,63 mengonsumsi fast food 5-6 hariminggu, 83,08 mengonsumsi fast food 7 hariminggu, sedangkan responden tanpa kebiasaan mengonsumsi fast food tidak mengalami dismenore sebanyak 54,55 mengonsumsi fast food 1-2 hariminggu, 35,98 mengonsumsi fast food 3-4 hariminggu, 25,37 mengonsumsi fast food 5-6 hariminggu, 16,92 mengonsumsi fast food 7 hariminggu. Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi fast food dengan dismenore, dengan nilai p 0,001. 2. Pada penelitian Singh dkk. 2008 yang dilakukan pada mahasiswi tahun pertama dan kedua di India, didapatkan hasil responden dengan kebiasaan konsumsi fast food mengalami dismenore sebanyak 63, sedangkan responden tanpa kebiasaan mengonsumsi fast food tidak mengalami dismenore sebanyak 6. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi fast food dengan dismenore, dengan nilai p sebesar 0,89 p 0,05. 3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Vani dkk. 2013 pada remaja perempuan di Pondicherry, India, didapatkan hasil responden dengan kebiasaan mengonsumsi fast food mengalami dismenore sebanyak 71,4 mengonsumsi fast food 3 hariminggu dan 75,6 mengonsumsi fast food 4-7 hariminggu. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi fast food dengan dismenore, dengan nilai p sebesar 0,187 p 0,05. Pada beberapa penelitian di atas, dari penelitian dengan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi fast food dengan dismenore, dapat diketahui bahwa semakin tinggi frekuensi fast food responden, maka akan semakin tinggi prevalensi dismenore.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dimana data yang berkaitan dengan variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan Notoatmodjo, 2012.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014-Januari 2015. Tempat penelitian dilakukan di SMAN 13 Bandar Lampung.

3.3. Subjek Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas X SMAN 13 Bandar Lampung yang berjumlah 188 orang. Berdasarkan penelitian- penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dismenore primer biasanya terjadi 2-3 tahun setelah menarche dan insidensinya akan semakin berkurang semakin bertambahnya usia. Sehinga peneliti memilih populasi dengan usia yang semakin dekat dengan menarche, yaitu siswi kelas X.

3.3.2. Sampel

Untuk menentukan sampel digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan : Z = derivat baku alfa dengan tingkat kemaknaan 95, hipotesis dua arah sehingga Z = 1,96 Z = derivat baku beta dengan kekuatan uji penelitian 80, sehingga Z = 0,84 P1 = proporsi variabel yang mendukung terjadinya kejadian dismenore primer usia menarche lebih dini, IMT rendahlebih, dan frekuensi konsumsi fast food lebih tinggi Q1 = 1-P1 P2 = proporsi variabel yang tidak mendukung terjadinya kejadian dismenore primer usia menarche lebih lambat, IMT normal, dan frekuensi konsumsi fast food lebih rendah Q2 = 1 –P2 P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna P = proporsi total = P1+P12 Q = 1-P Tabel 2. Jumlah Besar Sampel untuk Hubungan Status Gizi, Menarche dini, dan Konsumsi Fast Food terhadap Kejadian Dismenore Primer. Variabel Penelitian Proporsi dari Penelitian Sebelumnya Jumlah Sampel yang Didapatkan Variabel bebas : status gizi Variabel terikat : dismenore primer P1 = 0,08 P2 = 0,22 Singh, 2008 P1 = 0,675 P2 = 0,38 Tangcai, 2004 n = 66 n = 27 Variabel bebas : menarche dini Variabel terikat : dismenore primer P1 = 0,50 P2 = 0,42 Sophia, 2013 P1 = 0,71 P2 = 0,53 Kumbhar, 2011 n = 380 n = 69 Variabel bebas : konsumsi fast food Variabel terikat : dismenore primer P1 = 0,63 P2 = 0,06 Singh, 2008 P1 = 0,64 P2 = 0,45 Pramanik, 2014 n =7 n = 66 Berdasarkan beberapa jumlah sampel yang didapatkan dari perhitungan proporsi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sampel minimal yang digunakan untuk penelitian adalah sebanyak 69 orang. Penulis menentukan sampel sebanyak 188 orang yang diambil dari populasi dengan menggunakan metode total sampling. Setelah dilakukan proses inklusi dan eksklusi, maka didapatkan sampel penelitian sebanyak 180 orang.

3.3.3 Kriteria inklusi

a. Siswi kelas X SMAN 13 Bandar Lampung. b. Siswi yang telah mengalami menstruasi haid. c. Siswi yang bersedia menjadi responden penelitian.

3.3.4 Kriteria eksklusi

a. Siswi yang tidak hadir saat penelitian. b. Siswi yang mempunyai penyakit organik yang dapat menyebabkan dismenore sekunder, seperti leiomioma, adenomiosis, polip, atau endometriosis. c. Siswi yang mengonsumsi obat antinyeri yang lama dan atau obat hormonal. d. Siswi yang menderita penyakit kronis yang dapat mengganggu status gizi penyakit infeksi , penyakit hormon, keganasan.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel bebas

a. Status gizi.

Dokumen yang terkait

Perilaku Makan Siap Saji (Fast Food) dan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri di SMAN 1Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014

4 54 114

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

8 93 83

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Dan Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja Di SMA Santo Thomas 1 Medan

4 62 87

Hubungan Kebiasaan Makan Makanan Cepat Saji (fast food), Aktivitas Fisik dan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Pada Mahasiswa FK Unila angkatan 2013

5 52 52

POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD), STATUS GIZI DAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA MAHASISWA FIK DAN Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food), Status Gizi Dan Kenaikan Berat Badan Pada Mahasiswa FIK Dan FT Universitas Muhamammadiyah Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE DINI PADA SISWI Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dan Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini Pada Siswi Sekolah Dasar Di Surakarta.

0 1 18

PENDAHULUAN Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dan Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini Pada Siswi Sekolah Dasar Di Surakarta.

2 3 6

Hubungan Usia Menarche dan Status Gizi Siswi SMP Kelas 2 Dengan Kejadian Dismenore

0 1 20

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN MENARCHE DINI PADA SISWI SD NEGERI 2 DI KOTA BANDAR LAMPUNG

1 1 7

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD), STATUS GIZI DAN KEJADIAN HIPERTENSI DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA REMAJA

1 2 102