Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI

SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN

OLEH:

NILAM ANGGRIANI TAMBUNAN NIM: 100100181

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI

SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH:

NILAM ANGGRIANI TAMBUNAN NIM: 100100181

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Obesitas pada anak mulai menjadi perhatian beberapa dekade terakhir ini. Perubahan asupan makanan seperti sering mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) menjadi salah satu faktor penyebab obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Penelitian ini bersifat analitik dimana sampel adalah seluruh siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang obesitas sebagai kelompok kasus dan seluruh siswa yang normoweight sebagai kelompok kontrol. Penentuan status obesitas berdasarkan Grafik IMT CDC dengan p>95 dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji diambil dengan memberikan kuesioner frekuensi makanan kepada seluruh sampel.

Jumlah sampel ada 90 orang, dimana yang obesitas ada 42 orang (29,2%) dan yang normoweight ada 48 orang (33,3%). Hasil penelitian didapati 34 orang (37,8%) sampel sering mengonsumsi makanan cepat saji. Hasil uji chi square menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan (p<0,05).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian obesitas. Pihak sekolah diharapkan dapat lebih mempromosikan untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.


(5)

ABSTRACT

Obesity in children began to attract attention in the last few decades. Changes in food intake such as eating fast food frequently be one of the factors causing obesity . This study aims to determine the relationship of the frequency of fast food consumption with obesity in 5th and 6th grade of Shafiyyatul Amaliyyah Primary School.

This research was analytic where samples were all students of 5th and 6th of Shafiyyatul Amaliyyah Primary School terrain obesity as a case group and all students who were normoweight as a control group . The determination of obesity status based on CDC BMI charts with p>95 and frequency of fast food consumption taken by providing a food frequency questionnaire to the entire sample.

The number of samples were 90 people, which there were 42 people (29.2%) who were obese and 48 people (33.3%) who were normoweight. The results of the study found 34 samples (37.8%) frequently ate fast food . The results of the chi square test showed an association between the frequency of fast food consumption with obesity in 5th and 6th grade of Shafiyyatul amaliyyah Primary School (p<0.05).

From the results of this study concluded that there is a significant relationship between the frequency of fast food consumption with obesity. The school is expected to further promote to eat foods that are healthy and nutritious.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan berkatnya karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan” ini dapat diselesaikan. Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa semua usaha yang telah dilakukan merupakan hasil kerja sama yang baik dari semua pihak yang telah membantu. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD.KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Winra Pratita, M. Ked (Ped), Sp. A sebagai pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk membimbing penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Henny Syahrini Sp. PD dan dr. T. Ibnu Alferraly, Sp. PA selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.

4. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orang tua tercinta (Bapak U. Tambunan dan Ibu N. Sihombing) dan adik tersayang atas doa, motivasi dan kasih sayangnya.

6. Sekolah Dasar Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang telah bersedia menerima saya untuk dapat melakukan penelitian karya tulis ilmiah ini. 7. Teman saya Grace Duma, Johannes Sembiring, dan Faqih Lazuardi yang

telah bersedia membantu saya dalam melakukan penelitian karya tulis ilmiah ini.


(7)

8. Teman saya Lathiefatul Habibah yang bersama dengan saya dalam proses bimbingan bersama dosen pembimbing selama penulisan karya tulis ilmiah ini.

9. Teman saya Daris Manullang yang telah bersedia meminjamkan laptop kepada saya dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.

10.Seluruh teman - teman stambuk 2010, atas dukungan dan bimbingan yang telah membantu dalam bentuk doa, motivasi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

11.Semua pihak yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung, namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa penyusunan laporan hasil penelitian KTI ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa maupun isinya, untuk itu saran dan masukan sangat diharapkan demi menyempurnakan laporan hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat dijadikan rujukan yang bermanfaat bagi kita semua di kemudian hari.

Medan, 8 Desember 2013

Nilam Anggriani Tambunan 100100181


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan………....….... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi………... vi

Daftar Tabel……….... ix

Daftar Gambar………... x

Daftar Singkatan... xi

Daftar Lampiran... xii

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar belakang……….………….. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 3

1.3. Tujuan Penelitian………... 3

1.4. Manfaat Penelitian………...… 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Obesitas………..…….... 5

2.1.1. Definisi Obesitas………..……... 5

2.1.2. Etiologi Obesitas………... 5

2.1.3. Hubungan Peningkatan Ambilan Makanan, Peningkatan Berat Badan dan Peningkatan Energi Total……….…….... 7

2.1.4. Diagnosis Obesitas………... 9

2.1.5. Penatalaksanaan Obsitas………...… 10


(9)

2.2.1. Definisi Makanan Cepat Saji (Fast Food)……….. 13

2.2.2. Jenis Makanan Cepat Saji (Fast Food)…………... 13

2.2.3. Kandungan Makanan Cepat Saji (Fast Food)... 14

2.2.4. Dampak Makanan Cepat Saji (Fast Food) Terhadap Kesehatan………... 15

2.2.5. Upaya Mengurangi Dampak Makanan Cepat Saji (Fast Food)………..……… 16

2.3. Hubungan Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas……….. 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 18

3.1. Kerangka Konsep……….. 18

3.2. Definisi Operasional………... 18

3.3. Hipotesis………... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 20

4.1. Jenis Penelitian………... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian………... 20

4.3. Populasi dan Sampel………... 20

4.3.1. Populasi………... 20

4.3.2. Sampel………... 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data………... 21

4.4.1. Uji Validitas dan Realibilitas... 22

4.4.2. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas... 22

4.5. Pengolahan dan Analisis Data………... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24

5.1. Hasil Penelitian... 24

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 24


(10)

5.1.3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat

Saji (Fast Food)... 25

5.1.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden... 27

5.1.5. Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas... 28

5.2. Pembahasan... 30

5.2.1. Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fasr Food)... 30

5.2.2. Obesitas... 31

5.2.3. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas... 32

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 34

6.1. Kesimpulan... 34

6.2. Saran... 34

DAFTAR PUSTAKA………...………... 36


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penentuan Status Gizi menurut Kriteria 10 Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000

2.2. Komponen Keberhasilan Rencana Penurunan 11 Berat Badan

4.1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas 22 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 25 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Konsumsi 26

Makanan Cepat Saji (Fast Food)

5.3. Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Cepat Saji

(Fast Food) yang dikonsumsi Responden 27 5.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden 28 5.5. Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Konsumsi 29


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Hubungan Peningkatan Ambilan Makanan, 8 Peningkatan Berat Badan, dan Peningkatan

Energi Total


(13)

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Heath Organization

NHANES : National Health and Nutrition National Examination Survey

CDC : Central for Disease Control RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar MC4R : Melanocortin Receptor-4

Alpha MSH : Alpha Melanocyte Stimulating Hormone PC1 : Prohormone Convertase-1

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IMT : Indeks Massa Tubuh

UKK : Unit Kerja Koordinasi

BB : Berat Badan

PB : Panjang Badan

TB : Tinggi Badan

Na : Natrium

LPL : Lipoprotein Lipase

SD : Standard Deviation

FFQ : Food Frequency Questionnaire


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Ikut dalam Penelitian Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Interpretasi Hasil Kuesioner Lampiran 6 Surat Ethical Clearence Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Lampiran 8 Surat Selesai Meneliti

Lampiran 9 Data Induk Validasi Kuesioner Lampiran 10 Hasil Validasi Kuesioner Lampiran 11 Data Induk Penelitian Lampiran 12 Output SPSS


(15)

ABSTRAK

Obesitas pada anak mulai menjadi perhatian beberapa dekade terakhir ini. Perubahan asupan makanan seperti sering mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) menjadi salah satu faktor penyebab obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Penelitian ini bersifat analitik dimana sampel adalah seluruh siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang obesitas sebagai kelompok kasus dan seluruh siswa yang normoweight sebagai kelompok kontrol. Penentuan status obesitas berdasarkan Grafik IMT CDC dengan p>95 dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji diambil dengan memberikan kuesioner frekuensi makanan kepada seluruh sampel.

Jumlah sampel ada 90 orang, dimana yang obesitas ada 42 orang (29,2%) dan yang normoweight ada 48 orang (33,3%). Hasil penelitian didapati 34 orang (37,8%) sampel sering mengonsumsi makanan cepat saji. Hasil uji chi square menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan (p<0,05).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian obesitas. Pihak sekolah diharapkan dapat lebih mempromosikan untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.


(16)

ABSTRACT

Obesity in children began to attract attention in the last few decades. Changes in food intake such as eating fast food frequently be one of the factors causing obesity . This study aims to determine the relationship of the frequency of fast food consumption with obesity in 5th and 6th grade of Shafiyyatul Amaliyyah Primary School.

This research was analytic where samples were all students of 5th and 6th of Shafiyyatul Amaliyyah Primary School terrain obesity as a case group and all students who were normoweight as a control group . The determination of obesity status based on CDC BMI charts with p>95 and frequency of fast food consumption taken by providing a food frequency questionnaire to the entire sample.

The number of samples were 90 people, which there were 42 people (29.2%) who were obese and 48 people (33.3%) who were normoweight. The results of the study found 34 samples (37.8%) frequently ate fast food . The results of the chi square test showed an association between the frequency of fast food consumption with obesity in 5th and 6th grade of Shafiyyatul amaliyyah Primary School (p<0.05).

From the results of this study concluded that there is a significant relationship between the frequency of fast food consumption with obesity. The school is expected to further promote to eat foods that are healthy and nutritious.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi ikut be rpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat, terutama masyarakat perkotaan. Selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi global. Dalam waktu yang relatif singkat telah berkembang pola makan makanan cepat saji (fast food) yang cenderung tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat, dan rendah zat gizi mikro. Tentu saja perubahan selera makan yang jauh dari konsep seimbang ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan dan status gizi (Baliwati dkk., 2004). Menurut Kodyat (1994) dalam Muchtadi (2001), perubahan pola makan terutama dipicu oleh perbaikan peningkatan pendapatan, kesibukan kerja yang tinggi, dan promosi produk pangan trendy ala Barat, terutama makanan cepat saji (fast food). Menurut Almatsier ((2009), pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat, dan tinggi lemak, sehinga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang.

Makanan cepat saji (fast food) telah menjadi bagian dari perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar rumah di berbagai daerah perkotaan. Jenis makanan cepat saji (fast food) yang tersedia pun beraneka ragam, seperti ayam goreng kentucky, pizza, spaghetti, hamburger, dan lain-lain. Padahal makanan yang tidak sehat dan berlebihan secara kualitas maupun kuantitas seperti banyak dan sering makan makanan cepat saji (fast food) tersebut memiliki pengaruh besar terhadap kejadian obesitas (Batubara dkk., 2010).

Obesitas merupakan status gizi yang tidak seimbang akibat nutrisi yang berlebihan sehingga menghasilkan ketidakseimbangan energi antara konsumsi makanan dan pengeluaran energi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas merupakan salah satu dari


(18)

10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko di negara-negara berkembang.

Prevalensi obesitas meningkat selama beberapa dekade terakhir hampir di seluruh negara, baik negara berpendapatan tinggi maupun berpendapatan rendah, di negara maju maupun negara berkembang. Obesitas menjadi pandemik dengan lebih dari 1 milyar orang obesitas di seluruh dunia. Data dari International Obesity Task Force menyatakan bahwa 22 juta anak di bawah 5 tahun di dunia mengalami berat badan berlebih dan obesitas.(Duncan dkk., 2011).

Penelitian dari National Health and Nutrition National Examination Survey ( NHANES) pada tahun 2003-2004, dengan menggunakan ukuran berat badan dan tinggi badan, menunjukkan bahwa di Amerika 17% anak dan remaja usia 12-19 tahun mengalami overweight. Pada anak 6-11 tahun, yang mengalami overweight meningkat dari 11% pada tahun 1994 menjadi 19% pada tahun 2004 (CDC, 2010).

Prevalensi obesitas dan overweight di Indonesia sendiri juga masih tinggi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010 secara nasional, masalah kegemukan pada anak laki-laki usia 6-12 tahun lebih tinggi dari anak perempuan yaitu sebesar 10,7% dan 7,7%. Berdasarkan tempat tinggal prevalensi kegemukan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan prevalensi kegemukan di pedesaan yaitu 10.4% dan 8,1%. Ada 11 provinsi yang memiliki prevalensi kegemukan di atas prevalensi nasional, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara dan Papua Barat (RISKESDAS, 2010).

Menurut Harimurti (2008) dalam Zulfa (2011), menyebutkan bahwa peningkatan jumlah obesitas pada anak-anak saat ini karena anak-anak lebih senang mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) yang dapat dikategorikan junk food, karena lebih banyak mengandung energi dan sedikit serat. Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani, dkk (2012), terdapat hubungan antara kebiasaan makan makanan cepat saji (fast food) dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) remaja SMU di Semarang. Dalam penelitian Zulfa (2011) juga menyebutkan bahwa


(19)

terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan status gizi berlebih pada anak SD di Tasikmalaya.

Obesitas pada anak dan remaja perlu mendapat perhatian dikarenakan prevalensinya yang meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan asupan makanan (fast food), komposisi, ketersediaan, dan harganya yang mengubah pola hidup yang ada. Obesitas pada anak menjadi masalah karena menjadi predisposisi terhadap terjadinya obesitas pada dewasa serta timbulnya komorbiditas metabolik (Batubara dkk., 2010).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan sering mengonsumsi makanan cepat saji (fast food)?

2. Apakah banyak siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang obesitas?

3. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

2. Mengetahui status gizi siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan


(20)

3. Mengetahui jumlah siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang obesitas

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi pemerintah

Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu acuan data untuk program-program pemerintah serta penelitian-penelitian berikutnya.

1.4.2. Bagi sekolah

Meningkatkan pemahaman siswa tentang akibat kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dan meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya pola makan yang bergizi dan seimbang, selain itu diharapkan pihak sekolah lebih selektif dalam memilih jenis makanan yang disediakan di kantin sekolah maupun jajanan di sekitar sekolah.

1.4.3. Bagi peneliti

Melatih diri untuk dapat menyikapi dan mempromosikan kepada masyarakat tentang pentingnya membiasakan diri mengonsumsi makanan sehat dan begizi dan menghindari kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food).

1.4.4. Bagi pembaca

Memberikan informasi dan diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai hubungan makanan cepat saji (fast food) dengan obesitas pada anak.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obesitas

2.1.1. Definisi Obesitas

Obesitas merupakan hasil akhir dari ketidakseimbangan antara ambilan energi dengan keluaran energi karena adanya ambilan yang melebihi keluaran dan menghasilkan penimbunan dalam jaringan dan disimpan sebagai cadangan energi tubuh. Penimbunan lemak secara berlebihan tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan. (Batubara dkk., 2010).

2.1.2. Etiologi Obesitas

Menurut hukum termodinamik, obesitas terjadi akibat masukan dan pengeluaran energi yang tidak seimbang sehingga menyebabkan penimbunan dalam jaringan lemak dan disimpan sebagai cadangan energi tubuh. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktifitas fisik, dan efek termogenesis makanan. Efek termogenesis makanan ditentukan oleh komposisi makanan. Lemak memberikan efek termogenesis lebih rendah (3% dari total energi yang dihasilkan lemak) dibandingkan dengan karbohidrat (6-7% dari total energi yang dihasilkan karbohidrat) dan protein (25% dari total energi yang dihasilkan protein) (Sjahrif dkk., 2011).

Sebagian besar gangguan homeostasis energi ini disebabkan oleh faktor idiopatik (obesitas primer atau nutrisional) sedangkan faktor endogen (obesitas sekunder atau nonnutrisional, yang disebabkan oleh kelainan hormonal, sindrom, atau defek genetik), hanya mencakup kurang dari 10% kasus (Sjahrif dkk, 2011).

Obesitas idiopatik (obesitas primer atau nutrisional) terjadi akibat interaksi multifaktorial. Secara garis besar faktor-faktor yang berperan tersebut dikelompokkan menjadi: (Sjahrif dkk., 2011)


(22)

1. Faktor genetik

Faktor genetik yang diketahui mempunyai peranan kuat adalah parental fatness, anak yang obesitas biasanya berasal dari keluarga yang obesitas. Obesitas sudah dapat terjadi sejak bayi, diperkirakan kemungkinan menetap sampai dewasa berkisar antara 8% pada obesitas batita dengan kedua orang tua tidak obesitas sampai 80% pada remaha usia 10-14 tahun dengan salah satu orang tua obesitas.

Tujuh gen diketahu menyebabkan obesitas pada manusia yaitu gen leptin receptor, melanocortin receptor-4 (MC4R), alpha melanocyte stimulating hormone (alpha MSH), prohormone convertase-1 (PC1), leptin, Bardert-Biedl, dan Dunnigan Partial Lypodystrophy.

2. Faktor lingkungan

Kral (2001) mengelompokkan faktor lingkungan yang berperan sebagai penyebab terjadinya obesitas menjadi lima, yaitu nutrisional, aktivitas fisik, trauma (neurologis atau psikologis), medikasi (steroid), dan sosial-ekonomi.

Peranan diet terhadap terjadinya obesitas sangat besar terutama diet tinggi kalori yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Masukan energi tersebut lebih besar daripada energi yang dipergunakan. Anak-anak usia sekolah mempunyai kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food), yang umumnya mengandung energi tinggi karena 40-50% berasal dari lemak. Kebiasaan lain adalah mengonsumsi makanan camilan yang banyak mengandung gula sambil menonton televisi. Selain itu, anak-anak juga memiliki nafsu makan yang baik (Sjahrif dkk., 2011).

Suatu data menunjukkan bahwa aktivitas fisik anak-anak cenderung menurun. Anak-anak lebih banyak bermain di dalam rumah dibandingkan di luar rumah, misalnya bermain games komputer maupun media elektronik lain, obesitas cenderung menurunkan aktivitas karena untuk mengurangi pergesekan antar kedua tungkai bagian atas dan antar lengan dan dada, paru dan jantung harus bekerja lebih berat untuk mengakomodasi kelebihan berat badan, dan terakhir


(23)

peningkatan massa tubuh memerlukan tambahan energi untuk melakukan kegiatan yang sama (Sjahrif dkk., 2011).

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku hidup, gaya hidup, dan pola makan, serta faktor peningkatan pendapatan, mampu mempengaruhi perubahan dalam pemilihan jenis makanan dan jumlah yang dikonsumsi. Kehidupan keluarga di perkotaan dewasa ini cenderung makan di luar rumah. Makanan jajanan yang tersedia dan sering menjadi pilihan orang tua maupun anak adalah makanan cepat saji (fast food) (Sjahrif dkk., 2011).

Menurut Kliegman (2007), prediktor utama overweight dan obesitas pada anak adalah berat badan lahir, yang dihubungkan dengan obesitas maternal atau diabetes maternal. Orang tua yang obesitas meningkatkan risiko obesitas pada anak usia di bawah 10 tahun sebesar dua kali. Berdasarkan penelitian Reilly ad al (2005) tentang faktor risiko obesitas pada anak <7tahun dengan studi kohort, ditemukan ada beberapa faktor, seperti parental fatness, berat badan lahir tinggi, peningkatan berat badan pada tahun pertama kehidupan, durasi menonton televisi >8 jam/minggu, dan durasi tidur <10.5 jam pada usia 3 tahun.

2.1.3. Hubungan Peningkatan Ambilan Makanan, Peningkatan Berat Badan, dan Peningkatan Energi Total

Berlebihnya ambilan energi dibandingkan dengan keluarannya menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas disertai peningkatan enrgi total. Pengeluaran energi total terdiri dari metabolisme basal, termogenesis postprandial, dan aktivitas fisik. Diantara ketiga komponen ini, aktivitas fisik merupakan komponen yang paling praktis untuk diukur (Batubara dkk., 2010).

Peningkatan ambilan makanan dapat meningkatan termogenesis setelah makan dan timbunan energi yang berpengaruh terhadap peningkatan massa lemak dan peningkatan sedikit masa bebas lemak yang mengakibatkan berat badan bertambah. Lemak bebas berpengaruh terhadap proses pengeluaran energi basal serta peningkatan berat badan. Adanya peningkatan energi untuk pergerakan bersama-sama dengan peningkatan proses termogenesis akan meningkatkan pengeluaran energi total (Batubara dkk., 2010).


(24)

Ambilan energi dan keluaran energi ini pada keadaan tertentu misalnya dalam keadaan puasa dapat tidak seimbang sehingga diperlukan suatu senyawa cadangan jangka pendek seperti glikogen dan triasilgliserol. Tetapi bila ambilan lemak berlebih dalam waktu lama maka akan terjadi timbunan triasilgliserol dalam jaringan lemak (Batubara dkk., 2010).

Gambar 2.1. Hubungan Peningkatan Ambilan Makanan, Peningkatan Berat Badan, dan Peningkatan Energi Total

Sumber: IDAI, 2010

Peningkatan ambilan makanan

Peningkatan timbunan energi

Peningkatan termogenesis postprandial

Peningkatan massa lemak

Sedikit peningkatan masa bebas lemak

Peningkatan berat badan

Peningkatan energi untuk pergerakan (aktivitas fisik)

Peningkatan pengeluaran energi basal

Peningkatan pengeluaran energi


(25)

2.1.4. Diagnosis Obesitas

Obesitas berarti terdapatnya timbunan lemak yang berlebih. Dari anamnesis perlu ditanyakan saat mulai timbulnya obesitas (prenatal, early adiposity rebound, remaja), riwayat tumbuh kembang yang mendukung obesitas endogen, keluhan mengorok (snoring), tidak tidur nyenyak, dan nyeri pinggul. Riwayat gaya hidup perlu digali mengenai pola makan/kebiasaan makan serta aktivitas fisik (misal sering menonton televisi). Riwayat keluarga dengan obesitas menjadi pertimbangan kemungkinan adanya faktor genetik, disertai risiko seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi, dan diabetes mellitus (Batubara dkk., 2010).

Pada pemeriksaan fisik, dapat dibedakan bentuk tubuh berdasarkan distribusi jaringan lemaknya, yaitu apple shaped body (distribusi jaringan lemak banyak di bagian dada dan pinggang), dan pear shape body/gynecoid (distribusi jaringan lemak banyak di bagian pinggul dan paha). Secara klinis, anak obesitas mudah dikenali karena memiliki ciri-ciri yang khas, antara lain : wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung dan payudara membesar, perut membuncit, dan striae abdomen (Batubara dkk., 2010). Pengukuran antropometri seperti Indeks Massa Tubuh (IMT), berat badan/tinggi badan² (kg/m²), pengukuran lingkar perut atau pinggang, dan penaksiran lemak tubuh dengan mengukur tebal lipatan kulit pada tempat-tempat tertentu, dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis obesitas pada anak (UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011).

Penentuan status nutrisi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan adalah Grafik WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan Grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun. Grafik WHO 2006 digunakan untuk usia 0 sampai 5 tahun karena mempunyai keunggulan metodologi dibandingkan CDC 2000. Subyek penelitian pada WHO 2006 berasal dari 5 benua dan mempunyai lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan optimal. Untuk usia di atas 5 tahun hingga 18 tahun digunakan


(26)

Grafik CDC 2000 dengan pertimbangan Grafik WHO 2000 tidak memiliki grafik BB/TB (UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011).

Tabel 2.1. Penentuan Status Gizi menurut Kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000

Status Gizi BB/TB (% median)

BB/TB WHO 2006

IMT CDC 2000

Obesitas >120 >+3 >P95

Overweight >110 >+2 hingga +3 SD P85-P95

Normal >90 +2 SD hingga -2

SD

P50-P85

Gizi kurang 70-90 <-2 SD hingga <-3 SD

<P50

Gizi buruk <70 <-3 SD

Sumber: UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011

Status gizi lebih, obesitas atau overweight ditentukan berdasarkan IMT. Bila pada hasil pengukuran didapatkan, terdapat potensi gizi lebih (>2 SD) atau BB/TB >110%, maka grafik IMT sesuai usia dan jenis kelamin digunakan untuk menentukan adanya obesitas. Untuk anak <2 tahun, menggunakan Grafik IMT WHO 2006 dengan kriteria overweight Z score >+2, obesitas >+3, sedangkan untuk anak usia 2-18 tahun menggunakan Grafik IMT CDC 2000. Ambang batas yang digunakan untuk overweight ialah di atas P85-P95 sedangkan untuk obsitas ialah lebih dari P95 Grafik CDC 2000 (UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011).

2.1.5. Penatalaksanaan Obesitas

Prinsip penatalaksanaan obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi dengan cara menentukan target berat badan, pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup. Tujuan tatalaksana obesitas adalah mengurangi indeks massa tubuh dan massa


(27)

lemak, menormalkan toleransi glukosa, konsentrasi lemak plasma, fungsi ginjal, hepar, dan tekanan darah, mencegah atau mengatasi komorbiditas akut dan kronik (Batubara dkk., 2010).

Tabel 2.2. Komponen Keberhasilan Rencana Penurunan Berat Badan

Komponen Komentar

Menetapkan target penurunan berat badan

Mula-mula 2,5 sampai 5 kg, atau dengan kecepatan 0,5-2 kg per bulan

Pengaturan diet Nasihat diet yang mencantumkan jumlah kalori per hari dan anjuran komposisi lemak, protein,dan karbohidrat

Aktivitas fisik Awalnya disesuaikan tingkat kebugaran anak dengan tujuan akhir 20-30 menit per hari di luar aktivitas fisik di sekolah Modifikasi perilaku Pemantauan mandiri, pendidikan gizi, mengendalikan

rangsangan, memodifikasi kebiasaan makan, aktivitas fisik, perubahan perilaku, penghargaan, dan hukuman

Keterlibatan keluarga

Analisis ulang aktivitas keluarga, pola menonton televise, melibatkan orang tua dalam konsultasi gizi.

Sumber: IDAI, 2011

Anak masih bertumbuh dan berkembang maka prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA. Secara garis besar prinsip pengaturan diet adalah menghindari obesitas serta mempertahankan berat badan dan pertumbuhan normal, masukan makanan dengan kandungan karbohidrat rendah (48% energi total), menurunkan masukan lemak (<30% energi total) dengan lemak tak jenuh (10% energi total), kolesterol tidak lebih dari 300mg per hari, meningkatkan makanan tinggi serat, makanan dengan garam cukup (5g per hari), meningkatkan masukan besi, kalsium, dan fluor (Sjahrif dkk., 2011).

Pengaturan aktivitas fisik dapat dilakukan dengan melakukan latihan dan meningkatkan aktivitas harian. Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang


(28)

bermakna terhadap penggunaan energi. Peningkatan aktivitas pada anak obesitas dapat menurunkan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobik teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energi akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan hanya diet saja. Aktivitas sehari-hari dioptimalkan, misalnya berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah, menempati kamar tingkat agar naik turun tangga, mengurangi lama menonton televisi atau bermain games komputer, menganjurkan bermain di luar rumah. Dianjurkan melakukan aktivitas fisik sedang selama 20-30 menit setiap hari (Sjahrif dkk., 2011).

Anak di bawah usia 2 tahun tidak dianjurkan diet, akan tetapi pada anak dengan usia di atas 2 tahun dengan adanya komplikasi penurunan berat badan secara berkala direkomendasikan. Penurunan berat badan pada 20% anak dengan obesitas dapat dicapai dengan hanya melakukan restriksi beberapa makanan tertentu seperti soda, jus, dan kelebihan susu dari dietnya. Peran keluarga sangat besar dalam mengubah pola makan yang sehat, sebaiknya makanan dengan nilai kalori tinggi dihindarkan seperti es krim, makanan gorengan, chips, dll, bahkan dengan hanya mengurangi asupan makanan sebanyak 100 kkal perhari dapat mengurangi berat badan sekitar 5 kg pertahunnya (Batubara dkk., 2010).

2.2. Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Makanan cepat saji (fast food) mulai dikenal sejak abad ke 19 di Amerika Serikat, saat era industri mulai tumbuh dimana terjadi perubahan budaya dari budaya agraris yang longgar dalam penggunaan waktu, menuju budaya industri yang ketat dalam soal penggunaan waktu. Sebagai solusi untuk dapat mengefisenkan waktu mereka, muncullah makanan cepat saji (fast food) (Sari, dkk., 2008).

Kemudahan memperoleh makanan cepat saji (fast food), peningkatan jam kerja orang tua, dan kegiatan anak sekolah yang berlebihan membuat makanan cepat saji (fast food) menjadi makanan pokok sebagian besar keluarga di Amerika. Satu per tiga anak di Amerika memakan makanan cepat saji (fast food) setiap hari. Satu porsi cemilan dapat mengandung 2000 kkal, 84g lemak, dan hanya 12g fiber.


(29)

Pola hidup tersebut tentunya meningkatkan risiko overweight dan obesitas (Kliegman dkk., 2007).

2.2.1. Definisi Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Menurut Sulistijani (2002) dalam Tarigan (2011), makanan cepat saji (fast food) didefinisikan sebagai makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap untuk dikonsumsi, seperti ayam goreng kentucky, pizza, spaghetti, dan lain-lain.

2.2.2. Jenis Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Berikut ini beberapa makanan siap saji (fast food) yang paling populer di seluruh dunia yang berasal dari beberapa negara, diantaranya adalah sebagai berikut: (Sihaloho, 2012)

1. Hamburger

Hamburger (atau seringkali disebut dengan burger) adalah sejenis makanan berupa roti berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan patty yang biasanya diambil dari daging, kemudian sayur-sayuran berupa selada, tomat dan bawang bombay. Hamburger berasal dari negara Jerman. Saus diberi berbagai jenis saus seperti mayones, saus tomat dan sambal. Beberapa varian burger juga dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti sosis.

2. Pizza

Pizza adalah adonan roti yang umumnya berisi tomat, keju, saus dan bahan lain sesuai selera. Pizza pertama kali populer di negara Italia.

3. Kentang goreng (French fries)

Kentang goreng adalah hidangan yang dibuat dari potongan - potongan kentang yang digoreng dalam minyak goreng panas. Kentan goreng berasal dari negara Belgia. Kentang goreng bisa dimakan begitu saja sebagai makanan ringan, atau sebagai makanan pelengkap hidangan utama. Kentang goreng memiliki kandungan glukosa dan lemak yang cukup tinggi.


(30)

4. Ayam goreng Kentucky

Ayam goreng kentucky pada umumnya jenis makanan siap saji (fast food) yang umum dijual di restoran makanan siap saji. Ayam goreng kentucky umumnya memiliki protein, kolesterol dan lemak.

5. Spaghetti

Spaghetti berasal dari Italia, namun sudah popular di Indonesia. Spaghetti adalah mie Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di masak 9-12 menit di dalam air mendidih dengan tambahan daging diatasnya.

6. Hot Dog

Hot dog merupakan makanan siap saji berupa sosis yang diselipkan dalam roti. Mustard, saus tomat, bawang dan mayones dapat melengkapi isiannya.

Yang tergolong dalam makanan cepat saji modern antara lain hamburger, ayam goreng kentucky, pizza, spagehetti, chicken nugget. kentang goreng (french fries), donat dan makanan cepat saji yang tradisional adalah mie instant, bakso, mie ayam, gorengan, dan siomay (Tarigan, 2011).

2.2.3. Kandungan Gizi Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Menurut penelitian Mulyani (2005) dalam Tarigan (2011), kandungan nilai gizi dari beberapa jenis makanan cepat saji (fast food) yang saat ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena pengaruh tren globalisasi:

1. Komposisi gizi Pizza (100 g)

Kalori (483 KKal), Lemak (48 g), Kolesterol (52 g), Karbohidrat (3 g), Gula (3 g), Protein (3 g).

2. Komposisi gizi Hamburger (100 g)

Kalori (267 KKal), Lemak (10 g), Kolesterol (29 mg), Protein (11 g), Karbohidrat (33 g), Serat kasar (3 g), Gula (7 g).

3. Komposisi gizi Donat (I bh = 70 g)

Kalori (210 Kkal), Lemak (8 g), Karbohidrat (32 g), Serat kasar (1 g), Protein (3 g), Gula (11 g), Sodium (260 mg).


(31)

4. Komposisi gizi ayam goreng Kentucky (100 g)

Kalori (298 KKal), Lemak (16,8 g), Protein (34,2 g), Karbohidrat (0,1 g). 5. Siomay 170 gr 162 kalori

6. Mie bakso sepiring 400 kalori 7. Chicken nugget 6 potong: 250 kalori

Protein 15,5%, Lemak 9,7%, Karbohidrat 66,7% 8. Mie Instant (1 bungkus) 330 Kalori

9. Kentang goreng mengandung 220 kalori

2.2.4. Dampak Makanan Cepat Saji (Fast Food) Terhadap Kesehatan

Bahaya makanan cepat saji (fast food) yang telah dijabarkan oleh peneliti ilmiah dari beberapa ilmiah pakar serta pemerhati nutrisi adalah sodium (Na). Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 mg. Inilah sama dengan 1 3/5 sendok teh. Sodium yang banyak terdapat dalam makanan cepat saji (fast food) dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga bisa membuat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga akan berpengaruh munculnya gangguan ginjal, penyakit jantung dan stroke. Lemak jenuh yang juga banyak terdapat dalam makanan cepat saji (fast food) yang berbahaya bagi tubuh karena zat tersebut merangsang organ hati untuk memproduksi banyak kolesterol. Kolesterol sendiri didapat dengan dua cara, yaitu oleh tubuh itu sendiri dan ada juga yang berasal dari produk hewani yang kita makan dan dimasak terlalu lama. Kolesterol banyak terdapat dalam daging, telur, ayam, ikan, mentega, susu dan keju. Bila jumlahnya banyak, kolesterol dapat menutup saluran darah dan oksigen yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh. Tingginya jumlah lemak jenuh dalam makanan cepat saji (fast food) akan menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan kanker payudara (Septiyani, 2011).


(32)

2.2.5. Upaya Mengurangi Dampak Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Menurut Lubis (2009) dalam Tarigan (2011), ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi dampak dari makanan cepat saji (fast food), yaitu:

1. Bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan menghindari makanan cepat saji (fast food). Walaupun hidangan yang akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak tinggi, sebenarnya jenis makanan cepat saji (fast food) beresiko yang identik dengan ayam goreng Kentucky juga memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila harus 1 atau 2 kali dalam sebulan atau 1 kali dalam seminggu hendak menikmati makanan ayam goreng Kentucky cukup aman dilakukan. Tetapi, apabila frekuensi menikmati makanan ini dilakukan lebih sering lagi, maka sebaiknya ketika menyantap sajian ini hendaknya disertai dengan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. 2. Anjuran yang paling cocok bagi penggemar makanan cepat saji (fast

food) adalah mengimbangi konsumsi makanan tinggi lemak protein dengan makanan tinggi serat seperti sayuran, baik yang disajikan dalam bentuk mentah misalnya lalapan atau dalam bentuk olahan seperti sop atau salad dari berbagai sayuran dan buah-buahan.

3. Dianjurkan meminum air putih 8-10 gelas per hari untuk mengimbangi minuman bersoda tinggi. Disamping itu, untuk mengurangi risiko makanan cepat saji (fast food) yang mengandung tinggi lemak dan tinggi kadar garamnya agar mengurangi porsi makanan atau memilih makanan dalam porsi kecil. Kemudian, membagi porsi itu dengan rekan atau teman. Dan jangan lupa untuk berolahraga secara disiplin dan teratur.

Bagi pecinta makanan cepat saji (fast food) hendaknya memulai sarapan pagi dengan menu sehat seperti jus buah, susu rendah lemak atau sereal tinggi serat, dan jangan lupa mengonsumsi sayuran. Asupan makanan yang mengandung tinggi serat sangat bermanfaat dan dapat membantu memperlambat rasa lapar,


(33)

sehingga akan menekan keinginan untuk mengonsumsi makanan berlemak atau paling tidak hasrat untuk menikmati akan tertunda.

2.3. Hubungan Makanan Cepat Saji (Fast Food) terhadap Obesitas

Hubungan antara konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan obesitas dikaitkan oleh fakta bahwa makanan cepat saji (fast food) memiliki indeks glikemik dan densitas energi yang tinggi (Rosenheck, 2008 dan Rouhani dkk, 2012). Makanan dengan indeks glikemik akan meningkatkan konsentrasi gula darah dan akan mempengaruhi regulasi nafsu makan melalui hormon yang akan menstimulasi rasa lapar. Pada hari ketika anak mengonsumsi makanan cepat saji (fast food), densitas energi per gram dan level energi dari diet akan meningkat, dimana bersamaan dengan hal ini, konsumsi dari sayur dan buah menjadi menurun, menjadi diet tersebut menjadi kurang sehat jika dibandingkan dengan hari ketika tidak mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) (Paeratakul ad al, 2003).

Semakin tinggi indeks glikemik, semakin tinggi kadar glukosa di dalam darah, dan akan semakin banyak insulin yang akan diproduksi untuk dapat menyalurkan glukosa ke dalam sel, yang menyebabkan peningkatan yang sangat tinggi pada insulin, sehinga dapat terjadi inflamasi, penambahan berat badan, peningkatan hormon, bahkan dapat menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin menyebabkan peningkatan glukosa plasma dan keadaan ini akan merangsang lagi peningkatan sekresi insulin oleh pankreas sehingga mengakibatkan terjadinya hiperinsulinemia lebih lanjut. Keadaan hiperinsulinemia ini akan merangsang sekresi enzim LPL sehingga penimbunan lemak dalam adiposit akan makin bertambah dan proses terjadinya obesitas pun akan berlangsung terus. Di samping terus berlangsungnya proses obesitas, hiperinsulinemia ini akan menyebabkan perubahan profil lipid dan hipertensi, dua hal yang merupakan risiko utama penyakit kardiovaskular di masa dewasa (Batubara dkk., 2010).


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen Frekuensi konsumsi Obesitas makanan cepat saji (fast food)

Gambar 3.1. kerangka konsep penelitian

Variabel independen pada penelitian ini adalah frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) dari siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan, sedangkan variabel dependennya adalah kejadian obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

3.2. Definisi Operasional

a. Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap, seperti ayam goreng kentucky, hamburger, pizza. Cara Ukur :wawancara

Alat Ukur :Food Frequency Questionnaire (FFQ), terdiri dari pertanyaan mengenai dari 15 jenis makanan cepat saji (fast food) yang banyak terdapat disekitar SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan dengan total skor sebanyak 45 dengan kriteria sebagai berikut:

- bila makanan cepat saji (fast food) dikonsumsi 0-2 kali sebulan (diberi skor 3)

- bila makanan cepat saji (fast food) dikonsumsi 3-4 kali sebulan (diberi skor 2)

- bila makanan cepat saji (fast food) dikonsumsi 2-7 kali seminggu (diberi skor 1)


(35)

Kategori :

- Frekuensi konsumsi jarang apabila jawaban responden benar >75% atau memiliki skor >34 dari seluruh pertanyaan yang ada

- Frekuensi konsumsi sering apabila jawaban responden benar >45-75% atau memiliki skor 20-34 dari seluruh pertanyaan yang ada - Frekuensi konsumsi sangat sering apabila jawaban rsponden benar

<45% atau memiliki skor <20 dari seluruh pertanyaan yang ada Skala pengukuran : ordinal.

b. Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan pada anak, dengan kriteria IMT CDC >P95. Cara ukur :berat badan dan tinggi badan dengan microtoise

dan timbangan Alat ukur :kg dan cm

Kategori :obesitas berdasarkan Grafik IMT CDC >P95 Skala pengukuran :ordinal

c. normoweight adalah status gizi normal anak, dengan kriteria IMT CDC P50-P85

Cara ukur :berat badan dan tinggi badan dengan microtoise dan timbangan

Alat ukur :kg dan cm

Kategori :normal berdasarkan Grafik IMT CDC P50-P85 Skala pengukuran :ordinal

3.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kejadian obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shaffiyyatul Amaliyyah Medan.


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain case control untuk melihat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2013, bertempat di SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Penelitian dilakukan di SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan karena di sekitar sekolah tersebut banyak restoran atapun toko yang menyediakan makanan cepat saji (fast food.)

4.3. Populasi dan sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang berjumlah 164 orang, dimana siswa kelas V berjumlah 73orang, dan kelas VI berjumlah 91 orang. Pemilihan populasi berdasarkan keterpaparan populasi tersebut terhadap makanan cepat saji (fast food) dan disesuaikan dengan batasan umur yang telah ditentukan oleh peneliti.

4.3.2. Sampel

Siswa-siswi kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang obesitas dan berat badan normal dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi


(37)

- Normoweight (berdasarkan Grafik IMT CDC P50-85) - Usia 9-12 tahun

- Bersedia menjadi responden dalam penelitian b. Kriteria Eksklusi

- Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian - Tidak melengkapi data pertanyaan kuesioner - Tidak datang pada hari dilakukan penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan metode total sampling dimana seluruh siswa dan siswi kelas V dan VI SD Shaffiyyatul Amaliyyah Medan yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan menjadi sampel dalam penelitian.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dan relevan terhadap masalah penelitian.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah Food Frequency Questionnaire (FFQ). Food Frequency Questionnaire (FFQ) tersebut berisi beberapa jenis makanan cepat saji (Fast Food) yang banyak terdapat di dekat sekolah tempat penelitian dilakukan.

Data yang digunakan terdiri dari: 1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan identitas daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan masalah penelitian. Data ini langsung diperoleh saat penelitian berlangsung, seperti: identitas responden, Food Frequency Questionnaire (FFQ).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber ke dua sesudah sumber data primer. Data sekunder dalam penelitian ini mencakup data gambaran umum dari bagian administrasi sekolah untuk jumlah siswa.


(38)

4.4.1. Uji Validitas dan Realibilitas

Sebelum melakukan analisa, harus diuji dulu apakah pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner ini reliable dan valid. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila pertanyaan atau penyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Kuesioner yang reliable adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama.

4.4.2. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Makanan cepat saji (Fast food)

1 0.362 Valid 0.841 Reliabel

2 0.517 Valid Reliabel

3 0.444 Valid Reliabel

4 0.665 Valid Reliabel

5 0.499 Valid Reliabel

6 0.576 Valid Reliabel

7 0.653 Valid Reliabel

8 0.556 Valid Reliabel

9 0.631 Valid Reliabel

10 0.437 Valid Reliabel

11 0.443 Valid Reliabel

12 0.645 Valid Reliabel

13 0.631 Valid Reliabel

14 0.556 Valid Reliabel


(39)

FFQ yang digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya pada siswa kelas V dan VI SD Antonius V Medan sebanyak 30 orang yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel dan hasl ujinya terdapat pada Tabel 4.1. Jenis makanan cepat saji (fast food) yang diuji validitas dan realibilitasnya adalah sebanyak 15 jenis.

Setelah melalui tahap uji validitas dan reliabilitas, peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang telah diminta informed consent-nya terlebih dahulu secara tertulis.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Analisa statistik akan diolah dengan menggunakan software yang sesuai dengan penelitian.

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing (pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum tepat atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode kepada masing-masing kategori.

3. Data entry

Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master data

Untuk menilai hubungan antara konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kejadian obesitas dilakukan dengan metode Chi Square (x²), dimana dikatakan memiliki hubungan yang bermakna jika p<0,05.


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di SD Safiyyatul Amaliyyah Medan yang berlokasi di Jalan Setia Budi No. 191 Medan, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, dengan batas wilayah:

a. Batas utara : Jalan Setia Budi b. Batas selatan : Raz Plaza

c. Batas timur : Restoran My Bento d. Batas barat : Raz Minimarket

SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan memiliki luas sekitar 12000 m². SD ini merupakan bagian dari Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, dimana yayasan ini memliki jenjang pendidikan dari PG, TK, SD, SMP, dan SMA.

5.1.2. Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode total sampling dimana semua responden yang memiliki status gizi obesitas dan normoweight dijadikan sebagai sampel, sementara responden yang memiliki status gizi underweight dan overweight tidak dimasukkan ke dalam sampel namun sebagai data tambahan disesuaikan dengan tujuan khusus peneliti. Responden yang memiliki status gizi obesitas dijadikan sebagai kelompok kasus (case) sebanyak 42 orang dan responden yang memiliki status gizi normoweight dijadikan sebagai kelompok kontrol (control) sebanyak 48 orang. Total responden dalam penelitian ini sebanyak 90 orang dengan karakteristik seperti pada tabel berikut:


(41)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Karakteristik Frekuensi (orang) % Frekuensi 1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki 54 60

b. Perempuan 2. Usia (tahun)

a. 9 b. 10 c. 11 3. Kelas

a. V b. VI

36

10 52 28

41 49

40

11,1 57,8 31,1

45,6 54,4

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 54 orang (60%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 36 orang (40%).

Secara garis besar responden berusia dari 9 tahun sampai 11 tahun. Responden mayoritas berusia 10 tahun yaitu 52 orang (57,8%) dan sebagian lagi berusia 11 tahun yaitu 28 orang (31,1%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berusia 9 tahun yaitu 10 orang (11,1%).

Pada penelitian ini, siswa kelas VI yang menjadi responden lebih banyak jika dibandingkan dengan siswa kelas V. Siswa kelas VI berjumlah 49 orang (54,4%), sedangkan siswa kelas V berjumlah 41 orang (45,6%).

5.1.3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Dari survei yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan Agustus 2013 melalui kuesioner yang telah dibagikan kepada 90 responden yang memenuhi kriteria, didapat data frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) siswa Kelas V dan VI SD Shaffiyatul Amaliyyah tahun 2013.

Distribusi responden berdasarkan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) dilihat dari tabel berikut:


(42)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Kategori Konsumsi Frekuensi % Frekuensi

Sering sekali (2-7x/minggu) 29 32,2

Sering ( 3-4 x/bulan) 34 37,8

Jarang (0-2x/bulan) 27 30

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden yang mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kategori “sering”, yaitu sebanyak 34 orang (37,8%), sedangkan responden yang mengonsumsi makanan cepat saji dengan kategori “sering sekali” ada sebanyak 29 orang (32,2%) dan kategori “jarang” ada sebanyak 27 orang (30%).

Berdasarkan Tabel 5.3 di bawah ini dapat diketahui bahwa jenis makanan yang sangat sering dikonsumsi oleh responden adalah gorengan yaitu sebanyak 52 orang (57,8%), dilanjutkan dengan kentang goreng sebanyak 50 orang (55,6%), sedangkan jenis makanan yang jarang dikonsumsi oleh responden adalah sandwich sebanyak 30 orang (33,3%).


(43)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Cepat Saji (Fast Food) yang dikonsumsi Responden

No. Jenis Makanan Frekuensi Konsumsi Total

2-7x/ minggu 3-4x/bulan 0-2x/bulan

n % n % n % n %

1. Ayam goreng Kentucky

39 43,3 14 15,6 37 41,1

2. Hamburger 40 44,4 16 17,8 34 37,8 90 100

3. Hot dog 33 36,7 16 17,8 41 45,6 90 100

4. Pizza 35 38,9 26 28,9 29 32,2 90 100

5. Sandwich 30 33,3 20 22,2 40 44,4 90 100

6. Spaghetti 37 41,1 23 25,6 30 33,3 90 100

7. Kentang goreng 50 55,6 21 23,3 19 21,1 90 100

8. Chicken nugget 47 52,2 23 25,6 20 22,2 90 100

9. Sosis 49 54,4 17 18,9 24 26,7 90 100

10. Gorengan 52 57,8 18 20,0 20 22,2 90 100

11. Donat 47 52,2 20 22,2 23 25,6 90 100

12. Bakso goreng/ bakar

46 51,1 19 21,1 25 27,8 90 100

13. Mie goreng 49 54,4 18 20,0 23 25,6 90 100 14. Mie instant 41 45,6 29 32,2 20 22,2 90 100 15. Siomay 40 44,4 19 21,1 31 34,4 90 100

5.1.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden

Dalam menentukan status gizi responden, dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi kepada seluruh siswa kelas V dan VI. Obesitas ditentukan berdasarkan Grafik BB/TB CDC dengan P>120, kemudian diplotkan ke dalam Grafik IMT CDC dengan P>95. Sesuai dengan tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu mengetahui status gizi siswa kelas V dan VI SD Shaffiyatul Amaliyyah, maka peneliti memasukkan seluruh siswa kelas V dan VI yang hadir ketika dilakukan


(44)

pengukuran berat badan dan tinggi badan yaitu 144 orang, namun yang dijadikan sampel penelitian adalah responden dengan status gizi obesitas dan normoweight. Distribusi responden dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden

Status Gizi Frekuensi % Frekuensi

Underweight (gizi kurang) 39 27,1

Normoweight (gizi cukup) 48 33,3

Overweight (gizi lebih) 15 10,4

Obesitas 42 29,2

Total 144 100

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui responden yang obesitas tergolong banyak yaitu 42 orang (29,2%). Responden yang underweight ada sebanyak 39 orang (27,1%), responden yang normoweight ada sebanyak 48 orang (33,3%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang overweight yaitu 15 orang (10,4%).

5.1.5. Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas

Hasil penilaian kategori frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) ditabulasi silang dengan status gizi responden. Kategori frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) yang terbagi menjadi 3 kategori, yaitu sering sekali, sering, dan jarang, ditabulasi dengan status gizi yang terdiri dari 2 kategori, yakni obesitas dan normoweight. Dari hasil tabulasi silang tersebut maka dapat dilihat bagaimana hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan status gizi.


(45)

Tabel 5.5. Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas

Kategori Frekuensi Konsumsi

Status Gizi

n % p value OR

Obesitas Normoweight

N % N %

Sering sekali 21 50,0 8 16,7 29 32,2 0.003*

Sering 13 31,0 21 43,8 34 37,8 4.24

Jarang 8 19,0 19 39,6 27 30,0 6.23

*signifikan (p<0.05)

Hasil tabulasi silang di atas menyatakan bahwa responden yang status gizinya obesitas, frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food)dengan kategori sering sekali lebih banyak yaitu 21 orang (50,0%) dibandingkan mereka yang frekuensi konsumsi makanan cepat sajinya sering atau jarang yaitu 13 orang (31,0%) dan 18 orang (19,0%). Pada responden yang status gizinya normoweight, frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kategori sering lebih banyak yaitu 21 orang (43,8%) jika dibandingkan dengan mereka yang frekuensi konsumsi makanan cepat sajinya sering sekali atau jarang yaitu 8 orang (16,7%) dan 19 orang (39,6%).

Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini, nilai p yang diperoleh adalah 0,003 (p<0,05) yang menyatakan adanya hubungan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shaffiyatul Amaliyyah Medan.

Untuk menentukan nilai Odd Ratio (OR) dalam penelitian ini yaitu analisa keeratan hubungan antara kedua variabel, maka peneliti melakukan dummy variabel dimana ditetapkan kelompok pembanding yaitu kelompok kategori frekuensi konsumsi “sering sekali”. Nilai OR 4,24 menunjukkan responden dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji yang sering sekali memiliki risiko 4,24 kali menjadi obesitas dibandingkan dengan responden yang frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering. Nilai OR 6,3 menunjukkan responden


(46)

dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji yang sering sekali memiliki risiko 6,23 kali menjadi obesitas dibandingkan dengan responden yang frekuensi konsumsi makanan cepat saji jarang.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Makanan cepat saji (fast food) merupakan makanan dapat disediakan dalam waktu yang cepat, praktis, dan mudah disajikan. Beberapa dekade terakhir ini terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat yang menyebabkan perubahan pola makan termasuk jenis makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan makan di luar rumah. Karakteristik orang tua terutama pendidikan ibu dapat mempengaruhi pengetahuan tentang makanan yang diberikan pada anak, selain itu keadaan orang tua yang sibuk bekerja juga memberikan pengaruh terhadap pola makan anak. Hal tersebut merupakan faktor yang dapat membuat konsumsi makanan cepat saji (fast food) menjadi pilihan (St-Onge dkk, 2003).

Makanan cepat saji banyak mengandung garam, lemak, dan kalori yang tinggi, yang dapat memicu kenaikan berat badan. Selain zat gizinya yang rendah, makanan cepat saji mengandung zat pengawet yang tidak baik untuk kesehatan (Schoenstadt, 2005). Namun makanan cepat saji (fast food) pada zaman sekarang ini tergolong banyak diminati oleh sebagian besar orang karena penyajiannya yang cepat dan praktis. Ketersediaannya yang mudah dijangkau di sekitar lingkungan tempat tinggal maupun tempat kerja membuat banyak orang yang gemar mengonsumsinya. Dengan jadwal kerja dan aktivitas sehari-hari yang sibuk dapat membuat orang cenderung memilih hal-hal yang serba instan, termasuk juga makanan. Makanan cepat saji (fast food) yang serba cepat, menjadi alternatif nutrisi untuk anak-anak maupun keluarga (Sitharai, 2009).

Makanan cepat saji (fast food) terkenal dengan kandungan gizinya yang kurang sehingga tidak baik untuk sering dikonsumsi. Namun ada juga makanan cepat saji (fast food) yang sehat dan baik dikonsumsi seperti chicken sandwich yang ditambah dengan sayuran seperti tomat dan selada, salad buah, roti yang berisi selada, tomat, dan keju. Jenis makanan tersebut tergolong makanan cepat


(47)

saji (fast food) karena penyediaanya yang cepat dan praktis, namun tegolong sehat jika dimodifikasi dengan penambahan sayur atau buah-buaham yang tentunya mengandung gizi yang tinggi sehingga aman untuk dikpnsumsi.

Penilaian frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) menyatakan sebagian besar responden sering mengonsumsi makanan cepat saji yaitu 34 orang (37,8%). Responden yang sering sekali mengonsumsi makanan cepat saji juga tergolong banyak yaitu 29 orang (32,2%), sedangkan hanya sedikit responden yang jarang mengonsumsi makanan cepat saji yaitu 27 orang (37%). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa konsumsi makanan cepat saji sudah merupakan pola konsumsi siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Hal ini mungkin terjadi karena banyaknya makanan cepat saji yang tersedia di sekitar lokasi sekolah sehingga mudah dijangkau, di samping gaya hidup anak sekarang yang lebih menyukai makanan cepat saji yang tentunya dapat memicu kenaikan berat badan. Jenis makanan yang sangat sering dikonsumsi responden adalah gorengan yaitu 52 orang (57,8%) dan yang paling jarang adalah sandwich yaitu 30 orang (33,3%). Gorengan merupakan makanan yang paling sering dikonsumsi,hal ini dapat disebabkan oleh ketersediaannya yang mudah diperoleh misalnya dari kantin sekolah ataupun jajanan di sekitar sekolah.

5.2.2. Obesitas

Obesitas merupakan hasil dari ketidakseimbangan kalori dimana kalori yang dikeluarkan lebih sedikit daripada kalori yang dimasukkan dan dipengaruhi oleh genetik, pola makan, dan juga lingkungan (CDC, 2010). Obesitas pada anak telah meningkat di banyak negara, termasuk Amerika, Inggris, dan Australia. Di Australia, satu per lima anak dan remaja tergolong overweight dan obesitas (Betterhealthchannel, 2013).

Faktor yang dapat menyebabkan obesitas yaitu pilihan makanan yang cenderung tinggi lemak dan tinggi gula seperti makanan cepat saji, kurangnya aktivitas fisik, gaya hidup sedentari dimana banyak anak yang cenderung menghabiskan waktu dengan menonton, bermain komputer, maupun bermain


(48)

games elektronik lainnya. Faktor lain penyebab obesitas yaitu orang tua yang obesitas dan juga kelainan genetik (Betterhealthchannel, 2013).

Pada Tabel 5.4 dapat dilihat sebagian besar responden normoweight yaitu 48 orang (33,3%) yang artinya status gizinya cukup atau terpenuhi. Tetapi responden obesitas juga tergolong urutan ke dua paling banyak yaitu 42 orang (29,2%), sedangkan sebagian lainnya underweight yaitu 39 orang ((27,1%) dan overweight 15 orang (10,4%). Jumlah responden yang obesitas yang tergolong banyak menyatakan bahwa banyak anak yang memiliki gizi yang sangat berlebih. Hal ini dapat terjadi karena banyak anak pada masa sekarang yang cenderung pengeluaran energinya lebih sedikit daripada pemasukan energi. Pola konsumsi anak yang suka makan makanan cepat saji dan aktivitas anak yang mulai berubah dimana anak sekarang lebih sering menonton TV, bermain games komputer ataupun games elektronik lainnya daripada bermain dengan temannya. Hal tersebut tentunya lebih sedikit menghabiskan energi sehingga terjadi ketidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran energi dimana lebih banyak energi yang masuk daripada energi yang keluar yang tentunya dapat menyebabkan obesitas.

5.2.3. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas

Kebiasaan konsumsi makanan cepat saji yang sering merupakan salah satu faktor risiko terjadinya obesitas. Makanan cepat saji yang tinggi indeks glikemik dan densitas energi dan tidak diseimbangi dengan pengeluaran energi yang cukup menyebabkan obesitas. (Rosenheck, 2008 dan Rouhani dkk, 2012).

Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa responden yang obesitas sering sekali mengonsumsi makanan cepat saji yaitu 21 orang (50,0%). Sedangkan responden yang normoweight hanya sedikit yang mengonsumsi makanan cepat saji sering sekali yaitu 8 orang (16,7%).

Berdasarkan analisa statistik yang telah dilakukan dengan metoda chi square didapat p= 0.003, dimana hasil perhitungan ini menggambarkan bahwa ada hasil yang signifikan antara konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian


(49)

obesitas sehingga pada penelitian ini peneliti menyimpulkan ada hubungan konsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian obesitas. Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rosenheck (2008) dan Powell (2013) yang meneliti hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan peningkatan masukan kalori pada anak.

Hasil penelitian di atas bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Kristianti dkk (2009) dimana mereka melakukan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi. Hasil analisa statistik dengan nilai p=0.116 menyatakan tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji terhadap status gizi pada remaja SMU N 4 Surakarta. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi obesitas seperti aktivitas fisik, genetik, pendapatan orang tua, pengetahuan gizi, maupun sosial budaya.


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan obesitas pada siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

2. Sebagian besar siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan sering mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) yaitu 34 orang (37,8%).

3. Sebagian besar siswa kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan memiliki status gizi baik (normoweight) yaitu 48 orang (33,3%), sebagian besar lainnya memiliki status gizi obesitas yaitu 42 orang (29,2%), sedangkan yang lainnya memiliki status gizi kurang (underweight) yaitu 39 orang (27,1%) dan status gizi lebih (overweight) yaitu 15 orang (10,4%).

6.2. Saran

1. Kejadian obesitas dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga membutuhkan kriteria inklusi dan eksklusi yang lebih detil, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya sebaiknya lebih memperhatikan kriteria-kriteria yang perlu dieksklusikan dalam penelitian, seperti obesitas pada orang tua, penyakit hormonal, atau penggunaan obat (steroid) dan juga menambahkan karakteristik responden seperti tingkat pendidikan orang tua terutama ibu.


(51)

2. Pihak sekolah diharapkan lebih memberikan promosi tentang konsumsi makanan sehat dan bergizi melalui berbagai kegiatan promosi kesehatan di sekolah untuk meningkatkan kualitas gizi siswa-siswi sekolah.

3. Pihak sekolah diharapkan dapat membuat aturan seperti jenis makanan yang boleh dibawa ke sekolah yaitu lebih mengutamakan makanan yang sehat yang mengandung sayur ataupun buah.

4. Pihak sekolah diharapkan dapat membatasi jenis makanan yang dijual baik di kantin sekolah maupun jajanan di sekitar sekolah, seperti mengurangi jenis makanan cepat saji (fast food).

5. Orang tua diharapkan lebih selektif dalam menyediakan jenis makanan kepada anak yaitu lebih mengutamakan makanan yang mengandung zat gizi yang tinggi dan mengurangi jenis makanan cepat saji (fast food).


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Soenita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama.

Baliwati, Y. F., Khomsan, A., Dwiriani,C. M., 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadana. 12-17.

Better Health Channel.2013. Available from:

children/$File/Obesity_in_children.pdf [Accesed 5 December 2013]. Central for Disease Control and Prevention, 2000. Available from:

______, 2000. Available from: [Accesed 11 May 2013].

Duncan, S. et. al. 2011. Modifiable Risk Factor for Overweight and Obesity in Children and Adolescent from Sao Paulo, Brazil. BMC Public Heath 11:585.

Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton, 2007. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Elsevier Inc

Kristiani, N., Sarbini, D., Mutalazimah. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta. Jurnal Kesehatan: 39-47.

Muchtadi, Deddy, 2001. Pangan dan Gizi : Ilmu Teknologi, Industri, dan Perdagangan. Bogor : Sagung Seto


(53)

Oktaviani, W. D., Saraswati, L. D., Rahfiludin, M. Z., 2012. Hubungan Kebiasaan Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja, dan Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).Jurnal Kesehatan Masyarakat 1(2): 542-553.

Paeratakul, S., at al, 2003. Fast Food Consumption Among US Adults and Children: Dietary and Nutrient Intake Profile, 103 (10) : 1332-1339.

Powell, L. M., Nguyen, B. T., 2013. Fast Food and Full Service Restaurant Consumption Among Children adn Adolescents: Effect on Energy, Beverage, Nutrient Intake. JAMA Pediatric, 167 (1): 14-20

Reilly, J. J., at al, 2005. Early Life Risk for Obesity in Childhood: Cohort Study. BMJ. 1357-1360.

Riset Kesehatan Dasar, 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2010.

Rosenheck, R., 2008. Fast Food Consumption and Increased Calori Intake: A Systematic Review of A Trajectory Towards Weight Gain and Obesity Risk. Harvard School of Public Health.

Rouhani, M. H., Mirseifinezhad, M., Omrani, N., Esmaillzadeh, H., Azadbakht, L. 2012. Fast Food Consumption, Quality od Diet, and Obesity Among Asfahanian Adolescent Girl. Journal of Obesity 2012.

Saint Onge, M. P., Keller, K. L., Heymsfield, S. B., 2003. Changes in Childhood Food Consumption patterns: A Cause for Concern in Light of Increasing Body Weights. American Society for Clinical Nutrition.

Sari, R. W.dkk., 2008. Dangerous Junk Food. Yogyakarta: Penembahan Yogyakarta. 4-5.


(54)

Schoenstadt, A., MD. Fast Food adn Obesity. Available from:

[Accessed 5 December 2013]

Septiyani, R.2011. Waspada Fast Food!(Karya Tulis Ilmiah). Jakarta: Jurusan Teknik Industri Universitas Mercu Buana

[Diakses tanggal 15 Mei 2013]

Sihaloho, N. M., 2012. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pola Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) Pada Pelajar Di SMA Swasta Cahaya MedanTahun 2012. FK Universitas Sumatera Utara. [Diakses tanggal 1 Mei 2013].

Sjahrif, D. R. 2011. Obesitas Anak dan Remaja. In: Sjahrif, D. R., Lestari, E. R., Mexitalia, M., Nasar, S. S. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 230-241.

Sitharai, G., 2009. Prevalensi Overweight dan Gambaran Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU). FK Universitas Sumatera Utara. [Diakses tanggal 6 December 2013].

Subardja, D., Cahyono, H. A., Moelyo, A. G. 2010. Obesitas pada Anak. In: Batubara, J. R., Bambang, T. A.A.P., Pulungan, A. B. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Jakarta: Badan penerbit IDAI, 353-372.

Tarigan, E. F, 2011. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji. FKM Universitas Sumatera Utara. [Diakses tanggal 1 Mei 2013].

Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011. Pengukuran Status Nutrisi. Ikatan Dokter Anak Indonesia.


(55)

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication

WHO, 2000. Nutrition for Health and Development. WHO, Geneva.

Zulfah, F., 2011. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern dengan Status Gizi (BB/TB Z Score) di SD Almutaqin Tasikmalaya. FKM Unsil


(56)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nilam Anggriani Tambunan

Tempat/ Tanggallahir : Medan/ 08 Juli 1992

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. S. Parman No. 62F Medan 20112

RiwayatPendidikan : 1. SD Katolik San Francesco Balige 1998 2. SMP Katolik Budhi Dharma Balige 2004 3. SMA Santo Thomas 1 Medan 2007 4. Fakultas Kedokteran USU 2010 Riwayat Pelatihan : 1. Seminar dan Workshop Basic Life Support dan

Traumatologi

2. Workshop Sirkumsisi 2011

3. Seminar KTI dan Update Kedokteran 2012 4. Seminar dan Workshop Terapi Cairan dan Manajemen Luka

Riwayat Organisasi : 1. Seksi konsumsi Panitia Natal FK USU 2011 2. Seksi Acara Panitia Paskah FK USU 2012 3. Sekretaris Panitia Natal FK USU 2012

4. Bendahara Panitia Bakti Sosial FK USU 2013 5. Kakak Asuh Panitia PMB FK USU 2013


(57)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON PENELITIAN

Dengan hormat,

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari atas kehadirannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan dan kuesioner ini.

Saya, Nilam Anggriani Tambunan, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2010. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran USU. Adapun judul penelitian saya adalah Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada Siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui angka kejadian dan hubungan konsumsi makanan cepat saji (Fast Food) tersebut dengan kejadian obesitas, agar kiranya kelak para pengonsumsi makanan cepat saji (fast food) lebih memperhatikan dampaknya yang dapat meningkatkan berat badan. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal seputar identitas dan frekuensi Anda mengonsumsi beberapa makanan cepat saji yang tertera dalam kuesioner.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, saya mengucapkan terima kasih. Semoga partisipasi dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, ... 2013 Peneliti,


(58)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama :

Alamat :

telah mendapatkan penjelasan dan memahami sepenuhnya tentang penelitian yang akan dilakukan dengan keterangan:

Judul Penelitian : Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada Siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

Nama Peneliti : Nilam Anggriani Tambunan

Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Jenis Penelitian : Analitik dengan pendekatan case control

Lokasi Penelitian : SD Shafiyyatul Amailyyah Medan

dengan ini menyatakan bersedia mengikuti penelitian tersebut secara sukarela sebagai responden penelitian. Bila sewaktu-waktu saya berniat mengundurkan diri, maka kepada saya tidak akan dikenakan sanksi apapun.

Medan, ... 2013


(59)

FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD)

Hari/Tanggal:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Berilah tanda ceklist (√) pada jawaban yang anda pilih No Nama

Makanan

Berapa kali anda mengonsumsi jenis makanan cepat saji (fast food) dalam sat bulan terakhir?

2-7x/minggu 3-4x/bulan 0-2x/bulan 1. Ayam goreng

Kentucky 2. Hamburger 3. Hot dog 4. Pizza 5. Sandwich 6. Spaghetti 7. Kentang goring 8. Chicken nugget 9. Sosis

10. Gorengan 11. Donat

12. Bakso goreng/ bakar

13. Mie goring 14. Mie instant 15. Siomay


(60)

Interpretasi Hasil Kuesioner FFQ

Jawaban pertanyaan :

- bila makanan cepat saji (fast food) dikonsumsi 0-2 kali sebulan (diberi skor 3)

- bila makanan cepat saji (fast food) dikonsumsi 3-4 kali sebulan (diberi skor 2)

- bila makanan cepat saji (fast food) dikonsumsi 2-7 kali seminggu (diberi skor 1)

Kategori :

- Frekuensi konsumsi jarang apabila jawaban responden benar >75% atau memiliki skor >34 dari seluruh pertanyaan yang ada

- Frekuensi konsumsi sering apabila jawaban responden benar >45-75% atau memiliki skor 20-34 dari seluruh pertanyaan yang ada - Frekuensi konsumsi sangat sering apabila jawaban rsponden benar


(61)

(62)

(63)

(64)

DATA INDUK VALIDASI KUESIONER

USIA

JENIS

KELAMIN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 PTOTAL

V001 10 perempuan 1 2 1 3 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 1 25

V002 10 laki-laki 3 2 3 2 2 1 3 2 1 2 1 2 1 3 2 30

V003 10 perempuan 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 43

V004 10 laki-laki 2 3 1 3 2 1 2 3 2 2 1 3 2 1 3 31

V005 12 laki-laki 2 1 2 3 2 1 2 3 1 2 3 2 1 3 2 30

V006 10 perempuan 3 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 23

V007 10 perempuan 1 3 3 1 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 23

V008 10 laki-laki 2 3 1 3 3 2 1 1 1 1 1 3 3 3 3 31

V009 11 laki-laki 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

V010 11 laki-laki 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 3 34

V011 11 laki-laki 3 2 3 3 3 1 1 3 3 2 2 3 2 2 2 35

V012 11 laki-laki 2 3 3 3 3 1 1 2 1 1 2 3 1 1 3 30

V013 11 perempuan 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 37

V014 11 perempuan 2 3 3 3 1 2 1 3 2 3 3 1 3 3 3 36

V015 11 perempuan 1 3 2 3 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 31

V016 10 perempuan 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 2 3 3 3 3 37

V017 11 perempuan 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 40

V018 10 perempuan 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 39

V019 11 laki-laki 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 41

V020 12 laki-laki 2 1 3 2 1 1 2 3 1 3 3 3 2 2 1 30

V021 11 laki-laki 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 39

V022 11 perempuan 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 2 3 2 1 3 33

V023 11 laki-laki 1 2 2 2 1 1 2 1 1 3 3 1 1 1 2 24

V024 10 laki-laki 3 2 3 3 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3 33

V025 10 laki-laki 2 1 3 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 23

V026 10 laki-laki 2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 28

V027 11 perempuan 3 2 2 3 3 2 2 3 1 1 1 3 3 2 2 33

V028 11 laki-laki 2 3 3 3 1 1 3 2 2 3 2 2 3 3 3 36

V029 11 laki-laki 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 22


(1)

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat sering 37 41.1 41.1 41.1

Sering 23 25.6 25.6 66.7

Jarang 30 33.3 33.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat sering 50 55.6 55.6 55.6

Sering 21 23.3 23.3 78.9

Jarang 19 21.1 21.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat sering 47 52.2 52.2 52.2


(2)

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat sering 49 54.4 54.4 54.4

Sering 17 18.9 18.9 73.3

Jarang 24 26.7 26.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat sering 52 57.8 57.8 57.8

Sering 18 20.0 20.0 77.8

Jarang 20 22.2 22.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat sering 47 52.2 52.2 52.2

Sering 20 22.2 22.2 74.4

Jarang 23 25.6 25.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat sering 46 51.1 51.1 51.1

Jarang 20 22.2 22.2 100.0


(3)

Sering 19 21.1 21.1 72.2

Jarang 25 27.8 27.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat sering 49 54.4 54.4 54.4

Sering 18 20.0 20.0 74.4

Jarang 23 25.6 25.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

P14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat sering 41 45.6 45.6 45.6

Sering 29 32.2 32.2 77.8

Jarang 20 22.2 22.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat sering 40 44.4 44.4 44.4

Sering 19 21.1 21.1 65.6

Jarang 31 34.4 34.4 100.0


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 11.844a 2 .003

Likelihood Ratio 12.155 2 .002

Linear-by-Linear Association 10.339 1 .001

N of Valid Cases 90

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,60.

kategorifrekuensikonsumsifastfood * statusgiziresponden Crosstabulation

statusgiziresponden

Total obesitas normoweight

kategorifrekuensikonsum sifastfood

sangat sering

Count 21 8 29

% within

kategorifrekuensikonsum sifastfood

72.4% 27.6% 100.0%

Sering Count 13 21 34

% within

kategorifrekuensikonsum sifastfood

38.2% 61.8% 100.0%

Jarang Count 8 19 27

% within

kategorifrekuensikonsum sifastfood

29.6% 70.4% 100.0%

Total Count 42 48 90

% within

kategorifrekuensikonsum sifastfood


(5)

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 4.240

ln(Estimate) 1.445

Std. Error of ln(Estimate) .545

Asymp. Sig. (2-sided) .008

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1.457

Upper Bound 12.343

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .376

Upper Bound 2.513

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 6.234

ln(Estimate) 1.830

Std. Error of ln(Estimate) .592

Asymp. Sig. (2-sided) .002

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1.954

Upper Bound 19.886

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .670

Upper Bound 2.990

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.


(6)