Perilaku Makan Siap Saji (Fast Food) dan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri di SMAN 1Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Romaito Hasibuan 101000020

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

gizi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja putri dan pola makan siap saji (total konsumsi sehari) pada remaja putri di SMAN 1 Barumun.

Jenis penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Sampel berjumlah 77 orang yaitu pada remaja putri kelas X, XI, XII SMAN 1. Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner, formulir frekuensi makan, dan recall 24 jam.

Pengetahuan termasuk kategori baik (97,4%) dan juga memiliki sikap yang baik (74%) terhadap makanan siap saji, frekuensi makanan siap saji yaitu perhari, perminggu, dan perbulan. jenis makanan siap saji yang biasa dikonsumsi remaja adalah snack, gorengan, sosis, mi instan. Kontribusikarbohidrat, protein dan lemak yang dikonsumsi oleh remaja putri Sman 1 Barumun sudah melebihi dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan, sedangkan serat masih jauh dari kecukupan gizi yang dianjurkan.

Disarankan kepada remaja putri agar menjaga pola makan sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS), dan mengurangi konsumsi makanan siap saji agar tidak terjadi obesitas. Diharapkan kepada pihak sekolah dapat memberikan materi pelajaran kepada siswa-siswi tentang masalah kesehatan khususnya tentang obesitas.


(4)

(knowledge and attitude) of female adolescent and the diet of fast food (frequency, type, and number of carbohydrate, protein, fat and fiber) to the female adolescent at SMAN 1 Barumun.

This research is descriptive study by cross sectional study.sample amounted to 77 is the female student in class X, XI, XII, SMAN 1 Barumun. primary data collection using questionnaires, forms meal frequency and recall 24 hours.

The result of research indicates that the female adolescent have good knowledge (97,4%) and have good attitude (74%) to the fast food, type of fast food consumed by adolescent is snack , fried, sausage, and instan noodles with frequency of weekly, daily, weekly, and monthly. Contribution of carbohydrates, proteins and fats consumed by adolescentSMAN 1 Barumun already exceed the recommended dietary allowance figures, while the fiber is still far from the recommended dietary allowance.

It suggested of the female adolescent to have a good diet pattern and minimize the consumtion of fast food to avoid the obesity.


(5)

skripsi ini dengan judul “Perilaku Makan Siap Saji (Fast Food) dan Kejadian

Obesitas pada Remaja Putri di SMAN 1Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014”. Dalam Penulisan Skripsi ini, Penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan penulis sebagai manusia dengansegala kekurangan dan kekhilafan.

Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D dan Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya dengan keikhlasan hati untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. dr. Devi Nuraini Santi MKes Selaku Dosen Pembimbing Akademik

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSiSelaku kepala Bagian Departemen

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat di FKM-USU beserta Staf bagian

kesehatan lingkungan fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara.


(6)

dapat diselesaikan.

5. Dr.Ir. Evawany Y Aritonang, MSi dan Fitri Ardiani SKM, MPH selaku Dosen Penguji Skripsi atas masukannya demi perbaikan skripsi ini.

6. Drs. H. M. Sayuti Lubis selaku Kepala SMAN 1 Barumun beserta stafnya 7. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses

perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 8. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Abber Hsb S.Pd dan Ibunda

Rosmawati Nst yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis lahir dan batin.

9. Kakak tersayang, Fitri Nirwana Hsb S.Pt M.Si dan Elvi Pebri Hsb S.P yang selalu ada disamping penulis, memberi dukungan dan menyemangati penulis. 10.Adik tercinta, M. Ansori Hsb dan Yusril Halomoan Hsb yang selalu

mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.

11.Sahabat-sahabat terbaik saya Syahraeni Ayu Pasaribu, Siti Hardinisah, Dama Yani SKM, Mira Guslaida SKM, Elinsa Sihotang SKM, Olivya Glantika, dan Nita Pangaribuan SKM, Aminah Arfah SKM yang selalu ada bersama penulis baik dalam suka dan duka.

12.Teman-teman seperjuangan SMA (Irma, Mudin, Saddam) yang telah memberikan do’a, motivasi, dan semangat kepada penulis.


(7)

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Medan, Maret 2015 Penulis


(8)

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Anak ke : 3 dari 5 Bersaudara

Aalamat Rumah : Tanggabosi Kec.L.Barumun Kab. Padang Lawas Riwayat Pendidikan :

- 1997-1998 : TK Umariyah Sibuhuan

- 1998-2004 : Sekolah Dasar Negeri 102050 Tanggabosi

- 2001-2004 : Madrasah Ibtidaiyah Tanggabosi

- 2004-2007 : SMPN 1 L.Barumun

- 2007-2010 : SMAN 1 Barumun


(9)

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Makan Remaja ... 8

2.1.1 Pengetahuan ... 9

2.1.2 Sikap ... 11

2.2 Pola Makan Remaja... 12

2.2.1 Makanan Cepat Saji ... 14

2.2.2 Dampak Negatif Makanan Cepat Saji ... 15

2.3 Obesitas pada Remaja ... 17

2.3.1 Tipe-Tipe Kegemukan ... 18

2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Obesitas pada Remaja ... 20

2.3.3 Indeks Massa Tubuh ... 23

2.3.4. Dampak Obesitas ... 24

2.3.5 Pencegahan Obesitas ... 26

2.4 Perilaku Makan Siap Saji dan Kejadian Obesitas ... 24

2.5 Kerangka Konsep ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1 Populasi Penelitian ... 29

3.3.2 Sampel Penelitian ... 29

3.4 Tenik Pengambilan Sampel ... 30

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5.1 Data Primer ... 31

3.5.2 Data Sekunder ... 32

3.6 Defenisi Operasional ... 32


(10)

4.5Pola Makan Siap Saji ... 39

4.5.1 Frekuensi dan Jenis Makanan Siap Saji ... 39

4.5.2Kontribusi Karbohidrat, Protein, Lemak dan Serat ... 40

4.6Kejadian Obesitas... 42

4.7Pengetahuan Remaja Putri Berdasarkan Sikap Tentang Makanan Siap Saji ... 42

4.8Kontribusi Karbohidrat, Protein, Lemak dan Serat Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Karbohidrat Sehari Berdasarkan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014 ... 43

BAB V PEMBAHASAN 5.1Pengetahuan Remaja Putri Tentang Makanan Siap Saji ... 45

5.2Sikap Remaja Putri Tentang Makanan Siap Saji ... 46

5.3Pola Makan Siap Saji ... 47

5.3.1 Frekuensi dan Jenis Makanan Siap Saji ... 47

5.2.2Kontribusi Konsumsi Karbohidrat pada Makanan Siap Saji Terhadap Total Karbohidrat Sehari ... 48

5.2.3Kontribusi Konsumsi Protein pada Makanan Siap Saji Terhadap Total Protein Sehari... 49

5.2.4Kontribusi Konsumsi Lemak pada Makanan Siap Saji Terhadap Total Lemak Sehari ... 50

5.2.5Kontribusi Konsumsi Serat pada Makanan Siap Saji Terhadap Total Serat Sehari ... 51

5.4Kejadian Obesitas... 52

5.5Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Putri SMAN 1 Barumun Terhadap Sikap pada Makanan Siap Saji ... 52

5.6Tabulasi Silang Kontribusi Karbohidrat, Protein, Lemak, dan Serat pada Makanan Siap Saji Terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014 ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan ... 57

6.2Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ...


(11)

Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Makanan Siap Saji Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014………..33 Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Makanan Siap Saji Remaja Putri SMAN 1

Barumun Tahun 2014……….34

Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Sikap terhadap Makanan Siap Saji pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014……….34 Tabel 4.5. Distribusi Berdasarkan Sikap terhadap Makanan Siap Saji pada

Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014……….35

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Jenis Makanan Siap Saji yang Dikonsumsi Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014…………...36 Tabel 4.7 Distribusi Rata-rata Konsumsi Karbohidrat, Protein, Lemak, dan

Serat………36 Tabel 4.8 Distribusi Kontribusi Karbohidrat Makanan Siap Saji Terhadap

Konsumsi Karbohidrat Sehari pada Remaja Putri SMAN 1 barumun

Tahun 2014……….37

Tabel 4.9 Distribusi Kontribusi Protein Makanan Siap Saji Terhadap Konsumsi Protein Sehari Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun

2014……….37

Tabel 4.10 Distribusi Kontribusi Lemak pada Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Lemak Sehari Remaja Putri SMAN 1 Barumun

Tahun 2014………..37

Tabel 4.11 Distribusi Kontribusi Serat pada Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Serat Sehari Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun

2014………38

Tabel 4.12 Distribusi Kejadian Obesitas di Remaja Putri SMAN 1 Barumun

Tahun 2014………..38

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Putri SMAN 1 Barumun Berdasarkan Sikap pada Makanan Siap Saji Tahun


(12)

Berdasarkan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri SMAN 1

Barumun Tahun 2014………...…………...40

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Kontribusi Lemak pada Makanan Siap Saji Berdasarkan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri SMAN 1

Barumun Tahun 2014………...…………...40

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Kontribusi Serat pada Makanan Siap Saji Berdasarkan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri SMAN 1


(13)

Lampiran III : Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran IV : Print Out data SPSS


(14)

gizi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja putri dan pola makan siap saji (total konsumsi sehari) pada remaja putri di SMAN 1 Barumun.

Jenis penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Sampel berjumlah 77 orang yaitu pada remaja putri kelas X, XI, XII SMAN 1. Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner, formulir frekuensi makan, dan recall 24 jam.

Pengetahuan termasuk kategori baik (97,4%) dan juga memiliki sikap yang baik (74%) terhadap makanan siap saji, frekuensi makanan siap saji yaitu perhari, perminggu, dan perbulan. jenis makanan siap saji yang biasa dikonsumsi remaja adalah snack, gorengan, sosis, mi instan. Kontribusikarbohidrat, protein dan lemak yang dikonsumsi oleh remaja putri Sman 1 Barumun sudah melebihi dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan, sedangkan serat masih jauh dari kecukupan gizi yang dianjurkan.

Disarankan kepada remaja putri agar menjaga pola makan sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS), dan mengurangi konsumsi makanan siap saji agar tidak terjadi obesitas. Diharapkan kepada pihak sekolah dapat memberikan materi pelajaran kepada siswa-siswi tentang masalah kesehatan khususnya tentang obesitas.


(15)

(knowledge and attitude) of female adolescent and the diet of fast food (frequency, type, and number of carbohydrate, protein, fat and fiber) to the female adolescent at SMAN 1 Barumun.

This research is descriptive study by cross sectional study.sample amounted to 77 is the female student in class X, XI, XII, SMAN 1 Barumun. primary data collection using questionnaires, forms meal frequency and recall 24 hours.

The result of research indicates that the female adolescent have good knowledge (97,4%) and have good attitude (74%) to the fast food, type of fast food consumed by adolescent is snack , fried, sausage, and instan noodles with frequency of weekly, daily, weekly, and monthly. Contribution of carbohydrates, proteins and fats consumed by adolescentSMAN 1 Barumun already exceed the recommended dietary allowance figures, while the fiber is still far from the recommended dietary allowance.

It suggested of the female adolescent to have a good diet pattern and minimize the consumtion of fast food to avoid the obesity.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah dimana mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

yang sedang berkembang di masyarakat khususnya dalam hal makanan modern. Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Remaja juga umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Proverawati, 2010). Kesalahan dalam memilih makanan dan kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan timbulnya masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik hanya dapat tercapai dengan pola makan yang baik, yaitu pola makan yang didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami dan sehat (Ade, 2012).

Perubahan pola makan pada remaja yang terjadi dewasa ini, tidak lepas dari pengaruh peningkatan sosial ekonomi dan banyaknya restoran. Restoran-restoran ini menjual berbagai makanan produk olahan dan dikenal sebagai makanan cepat saji(fast food). Umumnya restoran ini menyediakan makanan-makanan impor seperti hamburger,spaghetti, dan sejenisnya dari berbagai merek dagang.Makanan cepat sajimemiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu yang lama dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul (Irianto, 2007).


(17)

Penelitian yang dilakukan oleh Heryanti (2009) seperti fried chicken dan

french fries, sudah menjadi jenis makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam remaja di enam kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar. Menurut penelitian tersebut 15-20% dari 471 remaja di Jakarta mengonsumsi fried chicken

dan burger sebagai makan siang dan 1-6% mengonsumsi hotdog, pizza dan

spaghetti. Bila makanan tersebut dikonsumsi secara terus-menerus dan berlebihan dapat mengakibatkan gizi lebih. Sedangkan penelitian Mulyani (2007) mengenai konsumsi fast food sebagai faktor resiko terjadinya obesitas pada remaja usia 15-17 tahun di SMUN 3 Semarang, menunjukkan siswa dengan 6% energinya berasal dari makanan siap saji (fast food). Semakin tinggi konsumsi makanan siap saji pada total energinya maka semakin tinggi terjadinya obesitas.

Perubahan dari pola makan tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang banyak mengandung kalori, lemak, ditambah lagi kehidupan yang disertai stres dan kurangnya aktivitas fisik, mulai menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah gizi lebih (obesitas) dan penyakit degeneratif seperti jantung koroner, hipertensi dan diabetes melitus (Khasanah, 2012).Banyak faktor yang membuat para remaja lebih memilih mengkonsumsi fast food antara lain kesibukan orang tua khususnya ibu yang tidak sempat menyiapkan makanan di rumah sehingga remaja lebih memilih membeli makanan diluar (fast food), lingkungan sosial dan kondisi ekonomi yang mendukung dalam hal besarnya uang saku remaja. Selain itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu lama, rasanya enak, sesuai selera dan seringnya


(18)

mengkonsumsi fast food dapat menaikkan status sosial remaja, menaikkan gengsi dan tidak ketinggalan globalitas (Proverawati, 2010).

Masuknya budaya barat melalui media, baik cetak maupun elektronik yang hadir di Indonesia, menimbulkan dua efek yang berbeda. Budaya barat memperkenalkan sedentary life style dan fast food(makanan siap saji) yang tanpa disadari meningkatkan resiko menjadi gemuk. Makanan siap saji adalah makanan yang pengolahannya cepat, tidak membutuhkan waktu yang lama.Namun disisi lain budaya barat memperkenalkan berbagai citra tubuh ideal dan ide menjadi kurus yang tidak realistik (Aji, 2013). Kemudahan mendapatkan makanan-makanan siap saji, menyebabkan remaja mengabaikan gizi seimbang. Kemudahan-kemudahan di berbagai bidang serta sempitnya ruang dan waktu juga menyebabkan remaja sangat kurang beraktivitas fisik. Keadaan ini akan memicu timbulnya masalah-masalah gizi lebih dan berbagai penyakit non infeksi yang sangat berbahaya.Banyak remaja masa kini hidup dengan makanan siap saji, yang berperan serta dalam meningkatnya jumlah lemak dalam makanan mereka. Remaja-remaja kelebihan berat badan dapat menimbulkan masalah kesehatan sangat buruk dimana mereka pada saat dewasa menjadi obesitas (Soekirman, 2009).

Menurut World Health Organization (2009) melaporkan bahwa pada tahun 2008, sekitar 1,4 milyar orang dewasa usia 20 tahun ke atas mengalami

overweight, dengan prevalensi sebesar 10% pada pria dan 14% pada wanita.Di Indonesia kejadian gizi lebih sudah terjadi sejak lama. Menurut data Riskesdas 2013, kejadian gizi lebih di Indonesia meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2013


(19)

yaitu sebesar 10% pada tahun 2010 dan menjadi 13,5% pada tahun 2013. Kejadian gizi lebih lebih banyak terjadi pada perempuan (32,9%) dibandingkan laki-laki(19,7%), sedangkan di provinsi Sumatera Utara terjadi peningkatan angka kejadian gizi lebih yaitu pada tahun 2010 sebesar 11,9% menjadi 12,2% pada tahun 2013,dan di Kota Medan sendiri prevalensi gizi lebih tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia yang mengalami peningkatan.

Alasan peneliti memilih perilaku makan siap saji dan status gizi hanya pada remaja putri tidak pada remaja putra, karena pada masa pubertas anak perempuan fisiknya akan menjadi lamban seperti berat badan akan terus bertambah disebabkan karena adanya lemak yang tertimbun dibagian tubuh tertentu yang mencerminkan sifat kewanitaan. Pada remaja putri terdapat perbedaan prosespertumbuhan lebih cepat dibandingkan laki-laki dan terjadi perubahan besar pada organ tubuh, sehingga anak perempuan cenderung lebih berat dibanding anak laki-laki dan pada perempuan jaringan lemak lebih banyak daripada anak laki-laki. Remaja putri banyak jajan sama dengan remaja putra, tetapi remaja putri sering makan tapi aktivitasnya tidak seimbang dengan makanannya, dan anak perempuan juga sering kumpul sama teman-temannya dan makan bersama. Hal tersebut memicu terjadinya kegemukan dan obesitas.Peneliti juga lebih mudah mendekati remaja putri dari pada remaja putra.

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Barumun yang terletak di Sibuhuan yang merupakan ibu kota dari Kabupaten Padang Lawas. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena zaman sekarang makanan siap saji tidak hanya di perkotaan saja, diperkampungan juga sudah banyak ditemukan, salah satunya


(20)

adalah di daerah Padang Lawas, terutama di Sibuhuan yang merupakan ibu kota dari Padang Lawas, dimana lokasi ini adalah pusat dari perkantoran, seperti dinas pendidikan, rumah sakit umum, kantor bupati, kantor DPR, dinas pertanian dan sekolah-sekolah, salah satunya adalah SMAN 1 Barumun.Sekolah ini dekat dengan pusat perbelanjaan, rumah makan, minimarket, indomaret, bakery palas (sejenis pizza, roti abon, sosis, dll), warung tradisional, dan tempat – tempat makan lainnya yang menyediakan makanan cepat saji seperti mi instan, bakso, gorengan, snack, burger, martabak, pecel, yang banyak ditemukan didekat sekolah ini, sehingga memudahkan pelajar SMAN 1 untuk mengkonsumsi makanan siap saji apalagi pada jam istirahat dan jam les sore.Di sekolah ini juga terdapat 3 kantin sekolah yang menyediakan makanan seperti nasi goreng, mi instan, bakso, gorengan, donat, roti, makanan ringan, dan minum soda.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti terhadap 48 remaja putri berdasarkan pengamatan fisik yang termasuk gemuk terdapat 14

orang yang obesitas (≥ +2 SD) dengan menghitungIMT/U menggunakan Soft

Ware WHO Anthroplus.Tiga orang menyatakan sering mengkonsumsi makanan cepat saji yaitu mi instan, gorengan, donat dan burger. Alasannya karena dekat dengan sekolah, murah, mudah didapat, lebih praktis, dan malas membawa bekal dari rumah. Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti tertarik untuk meneliti menyebabkan kejadian gizi lebih pada siswi SMAN 1 Barumun.


(21)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Perilaku Makan Siap Saji (Fast Food) dan Status Gizi pada

Remaja Putri di SMAN 1 Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perilaku makan siap saji (fast food) dan kejadian obesitas pada remaja putri di SMAN 1 Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui status gizi remaja putri di SMAN 1 Barumun

2. Mengetahui pengetahuan remaja putri di SMAN 1 Barumun terhadap makanan cepat saji

3. Mengetahui sikap remaja putri di SMAN 1 Barumun terhadap makanan cepat saji

4. Mengetahui pola makan siap saji (frekuensi, dan jenis) pada remaja putri di SMAN 1 Barumun

5. Mengetahui kontribusi karbohidrat, protein, lemak dan serat pada makanan siap saji terhadaptotal konsumsi sehari.


(22)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi SMAN 1 Barumun untuk pembelajaran dan pemahaman tentang makan siap saji yang sehat dan tidak sehat di lingkungan SMAN 1 Barumun.

2. Memberikan informasi kepada pelajar putri tentang masalah obesitas dan akibat yang ditimbulkannya, sehingga para pelajar putri dapat mencegah dirinya agar tidak terkena obesitas.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Makan Remaja

Perilaku makan remaja adalah suatu tingkah laku, yang dapat dilihat dan diamati, yang dilakukan oleh remaja dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam dirinya dan juga dari luar dirinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa perilaku makan menjadi kebutuhan untuk menunjukkan eksistensinya sebagai makhluk hidup serta sebagai dasar guna melakukan interaksi atau kontak sosial dengan orang lain (Fradjia, 2008). Saat ini banyak remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi. Mereka sering menggantikan makan pagi dengan makan siang, dengan mengonsumsi makanan jajanan siap saji. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1999, menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata perkapita penduduk perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk fast food) meningkat dari 9,13% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999.

Makanan siap saji sudah menjadi tren dikalangan remaja, selain menjadi tempat makan , restoran siap saji juga menjadi tempat kumpul favorit dengan teman. Yang menjadi masalah pada restoran siap saji adalah jumlah menu yang teebatas dan makanannya mengandung lemak dan garam yang tinggi. Minuman yang tersedia juga menambah masukan kalori berlebih pada remaja. Dengan demikian remaja yang sering mengonsumsi makanan siap saji cenderung mengalami kelebihan berat badan (Poltekes, Depkes. 2010).


(24)

Kejadiaan obesitas sekarang ini lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan mengkonsumsi fast food atau makanan olahan yang banyak mengandung lemak dan tidak sehat. Hasil penelitian Martha (2009) yang dilakukan di Yayasan Pendidikan Swasta SMA Raksana Medan dari 120 orang siswi sebanyak 48 orang (40,33%) mengalami obesitas, overweight sebanyak 11 orang (9,24%), normal sebanyak 46 orang (39,49%), kurus sebanyak 14 orang (10,92%). Hal ini disebabkan oleh pola makan yang berlebih yang dapat dilihat dari jumlah siswi yang mengonsumsi Kentucky Fried Chicken (KFC) sebanyak 2-3 kali seminggu yaitu sebesar 43,69% (52 orang).Berdasarkan penelitian Djoyonegoro (1995), bahwa ada sekitar 60% anak Indonesia tidak sarapan pagi sebelum berangkat kesekolah dan itu menjadi perhatian penuh, sebab sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Selain kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan siap saji (fast food).

2.1.1 Pengetahuan

Makanan sehari – hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat – zat gizi esensial tertentu, zat gizi yang harus di datangkan dari makanan (Proverawati, 2010). Konsumsi makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak akan menyebabkan jumlah yang masuk kedalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan energi, begitu juga dengan sebaliknya konsumsi makanan yang kurang, baik yang mengandung karbohidrat, lemak dan zat-zat gizi lainnya akan


(25)

meyebabkan jumlah energi yang masuk kedalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan. Dan sebagian orang memiliki kebiasaan makan yang tidak benar sehingga memacu beberapa penyakit. Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsi makanan yang penuh kalori atau makanan siap saji terutama bagi anak sekolah, padahal anak sekolah memerlukan asupan gizi yang cukup (Aji, 2013).

Hasil penelitian Mardatillah (2008) bahwa tingginya pengetahuan gizi kesehatan pada siswi SMA Islam PB.Soedirman karena lengkapnya sumber pengetahuan dan materi pengetahuan gizi yang diajarkan tidak dalam mata ajaran khusus. Namun demikian hasil analisis disapatkan bahwa proporsi responden gizi lebih (39,3%) memiliki tingkat pengetahuan baik lebih tinggi dibandingklan responden gizi lebih dengan tingkat pengetahuan kurang, untuk itu diperlukan penyuluhan bagaimana cara hidup sehat guna menghindari masalah kesehatan yang akan dihadapi dimasa mendatang seperti gizi lebih.

Makanan cepat saji kini semakin digemari remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun makanan besar. Makanan ini mudah diperoleh, disamping lebih bergengsi karena pengaruh iklan. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan tidak ada sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin C, sementra kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tingi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% dari total kalori yang terkandung dari makanan itu (Arisman, 2010). Snack mencakup hampir 40 persen kalori diet remaja. Es krim, hamburger dan sejenis pizza memberikan zat gizi yang penting, tetapi juga tinggi lemak, natrium dan kalori.


(26)

Remaja sangat sering mengonsumsi makanan yang ada pada restoran makanan cepat saji yang mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan yang tinggi kalori, lemak dan natrium. Salah satu penyebab kebiasaan makan pada remaja adalah pengetahuan gizi yang rendah dan terlihat pada kebiasaan makan yang salah (Proverawati, 2010).

2.1.2 Sikap

Sikap seseorang berhubungan dengan tingkat pendidikannya, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula sikap seseorang. Sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual (Notoadmodjo, 2005). Sikap remaja tentang gizi juga berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi itu sendiri, dimana sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Beberapa remaja cenderung menabukan jenis makanan tertentu. Sikap ini terbentuk karena sifat remaja memang sering mencoba hal baru. Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, dan psikososial. Dalam pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh lingkungan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian merupakan contoh keterpengaruhan itu. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan media (iklan televisi). Teman akrab berpengarah besar pada remaja terutama pemilihan jenis makanan. Makanan olahan, seperti yang dinyatakan dalam iklan televisi, secara berlebihan, meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak


(27)

mengandung gula serta lemak, disamping zat aditif. Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini (Arisman, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh R.Sinaga pada 10 siswa di SMA Negeri 1 Medan, jumlah siswa yang mengkonsumsi makanan cepat saji 1 x seminggu seperti KFC sebanyak 4 orang (40%) sedangkan sebanyak 6 siswa (60%) mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari seperti burger, bakso, nugget dan mie instan karena makanan cepat saji tersebut tersedia di kantin sekolah yang selalu dikonsumsi pada jam istirahat sekolah.

2.2 Pola makan Remaja

Menurut Hoang (1985) berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Di masyarakat di kenal pola makan dan kebiasaan makan di mana seseorang atau sekelompok orang tinggal. Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologi sosial dan budaya (soehardjo, 1996). Ada beberapa pola makan remaja yangsangat khas dan berbeda dibandingkan usia lainnya, yaitu(Proverawati,2010):


(28)

2. Kegemaran makan snacks dan kembang gula serta softdrinks. Snacks (makanan kecil) umumnya dikonsumsi pada waktu sore hari setelah pulang dari sekolah. 3. Makanan cepat saji sangat digemari, baik yang langsung dibeli atau makanan

yang dibawa dari rumah. Makanan modern ini dikonsumsi sebagai bagian dari

life style (gaya hidup). Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak, serta protein.

4. Sering mengonsumsi minuman ringan (soft drink).

Selain kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan cepat saji (fast food). Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1999, menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk fast food) meningkat dari 9,13% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diane (2003) di Minneapolis, menunjukkan bahwa kebiasaan makan keluarga sangat mempengaruhi kebiasaan makan remaja. Asupan makanan yang biasa dihidangkan di rumah membentuk kesukaan remaja terhadap makanan sehat ataupun tidak sehat. Keluarga yang sering menyajikan fast food untuk anak remaja mereka, cenderung memiliki anak-anak remaja yang memiliki pola makan yang buruk. Dibandingkan dengan keluarga yang jarang atau tidak menyajikan fast food untuk anak remaja mereka. Hasil yang sama diperoleh juga pada penelitian Kerry dkk, di tempat yang sama. Ketersediaan fast food di rumah berhubungan dengan peningkatan konsumsi


(29)

makanan asin dan fast food pada remaja. Sebaliknya, hal tersebut berhubungan negatif dengan konsumsi sayuran pada pangan remaja.

2.2.1 Makanan Cepat Saji

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap, seperti hamburger, pizza, mi instan, dll. Mudahnya memperoleh makanan siap saji di pasaran memang memudahkan tersedianya variasi pangan sesuai selera dan daya beli. Selain itu, pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat,cocok bagi mereka yang selalu sibuk ( Sulistijani, 2002).

Kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan di Indonesia juga bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja. Khususnya bagi remaja tingkat menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga terjangkau dengan kantong mereka, pelayanannya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera. Makanan cepat saji umumnya mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat. Makanan cepat saji adalah gaya hidup remaja (Khomsan, 2004).

Keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin banyak di di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa makanan tradisional Indonesia (seperti restoran padang) dan makanan barat yang terkenal dengan ayam gorengnya, disamping jenis makanan yang tidak kalah populer seperti burger, pizza, sandwich, dan sebagainya. Hasil penelitian


(30)

Khomsiyah (2010) menunjukkan bahwa ramaja yang mengunjungi restoran makanan cepat saji rata-rata masih berpendidian SMP dan SMU dan berasal dari keluarga ekonomi menengah keatas.Frekuensi remaja dalam konsumsi makanan siap saji rata-rata 1-2 kali semingu. Jenis makanan siap saji yang sering dikonsumsi ada fried chicken dan hamburger. Jenis minuman yang dikonsumsi adalah soft drink. Rata-ratakonsumsienergi, lemak, kolesterol, natrium fast fooddalam sehari masing-masing adalah 903,1 kal, 33,6 gizi, 251,9 mg dan 232,0-2352,7 mg. Sebagian besar remaja berstatus gizi obesitas dan overweight selain itu kebanyakan remaja ternyata memiliki kebiasaan makan lebih pada saat sedih dari pada saat senang.

Makanan cepat saji mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja,tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak muda. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Ade, 2012).

2.2.2 Dampak Negatif Makanan Cepat Saji

Konsumsi makanan cepat saji yang terlalu sering dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Dampak negatif makanan cepat saji diantaranya adalah (Proverawati,2010) :


(31)

1. Meningkatkan Risiko Serangan Jantung.

Kandungan kolesterol yang tinggi pada makanan cepat saji dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat akan membuat aliran darah tidak lancar yang dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner.

2. Membuat Ketagihan

Makanan cepat saji mengandung zat aditif yang dapat membuat ketagihan dan merangsang untuk ingin terus memakannya sesering mungkin.

3. Meningkatkan Berat Badan

Jika suka mengonsumsi makanan cepat saji dan jarang berolahraga, maka dalam beberapa minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang di dapat dari mengonsumsi makanan cepat saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga. Lemak inilah yang kemudian tersimpan dan menumpuk dalam tubuh.

4. Meningkatkan Risiko Kanker

Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker payudara dan usus besar.

5. Memicu Diabetes

Kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi dalam makanan cepat saji akan memicu terjadinya resistensi insulin yang berujung pada penyakit diabetes. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin sehingga menurunkan penyerapan glukosa yang menyebabkan banyak glukosa menumpuk di aliran darah.


(32)

6. Memicu Tekanan Darah Tinggi

Garam dapat membuat masakan menjadi jauh lebih nikmat, hampir semua makanan makanan cepat saji mengandung garam yang tinggi. Garam mengandung natrium, ketika kadar natrium dalam darah tinggi dan tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, volume darah meningkat karena natrium bersifat menarik dan menahan air. Peningkatan ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh yang menyebabkan tekanan darah tinggi.

2.3 Obesitas pada Remaja

Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk yang disebabkan penumpukan jaringan adipose secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan berat badan idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak ditubuhnya. Sedangkan berat badan berlebih (overweight) adalah kelebihan berat badan termasuk didalamnya otot, tulang, lemak dan air (Proverawati, 2010). Dijelaskan lebih lanjut bahwa persamaan keduanya terletak pada adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal. Obesitas merupakan refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran energi (Khomsan, 2004).

Overweight dan obesitas adalah suatu kondisi kronik yang sangat erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit degeneratif. Obesitas


(33)

adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan fisik dan skeletal akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh. Obesitas tidak hanya berdampak terhadap kesehatan fisik tapi juga berdampak terhadap kesehatan mental. Dampak psikologis yang ditimbulkan seperti individu merasa malu, tidak percaya diri, dan merasa orang lain jijik terhadapnya. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan konsep diri. Penyakit degeneratif adalah suatu kondisi penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel – sel tubuh yaitu yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk dan berlangsung secara kronis (Hasdianah, dkk. 2014).

Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh yang berfungsi sebagai energi, sebagai penyekat panas, penyerap goncangan dan fungsi lainnya. Jumlah lemak pada wanita dan pria tidaklah sama. Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas (Proverawati, 2010).

2.3.1 Tipe-Tipe Kegemukan

Menurut Purwati (2000) kegemukan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Berikut dibawah ini merupakan tipe-tipe kegemukan dibedakan berdasarkan letak timbunan lemak dan penambahan usia.

1. Kegemukan berdasarkan Letak Timbunan Lemak

Kegemukan akan menjadi masalah kesehatan jika kelebihan lemak di dalam tubuh tersebar pada bagian-bagian tertentu seperti bagian perut, dada, lengan, dan muka. Lemak yang menumpuk pada bagian tubuh sebelah atas tersebut lebih membahayakan dibandingkan lemak yang menumpuk disekitar


(34)

tubuh bagian bawah seperti pinggul, paha, pantat, dan perut. Berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh, ada dua tipe kegemukan, yaitu tipe buah apel (tipe android) dan tipe buah pear (tipe ginoid).

a. Kegemukan tipe buah apel (tipe android)

Tubuh gemuk tipe android ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan di bagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Pada umumnya, tipe ini dialami oleh wanita yang sudah menopause dan pada pria. Lemak yang terdapat pada tipe android merupakan lemak jenuh yang mengandung sel-sel lemak yang besar, dan mempunyai resiko lebih tinggi terhadap penyakit degeneratif.

b. Kegemukan tipe buah pir ( tipe ginoid)

Gemuk tipe ginoid ditandai dengan penimbunan lemak pada bagian bawah tubuh, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemukan tipe ini banyak diderita oleh wanita. Jenis timbunan lemaknya merupakan lemak tidak jenuh, ukuran sel lemaknya kecil dan lembek, namun tipe ini lebih sulit dalam menurunkan berat badan.

2. Kegemukan berdasarkan usia

Kegemuka dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu kegemukan pada masa bayi (infancy-onset obesity) kegemukan pada masa anak-anak ( childhood-onset obesity) kegemukan pada saat dewasa (adult-onset obesity).

a. Kegemukan pada masa bayi disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu dalam memberi makanan kepada bayinya.


(35)

b. Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan karena perilaku makan yang salah dan kurangnya anak melakukan aktivitas fisik. Di sisi lain, maraknya iklan makanan pada media elektronik dan media cetak membuat anak-anak cenderung konsumtif. Terlebih lagi jika orangtua tidak memberikan arahan kepada anaknya, bukan mustahil makanan jajanan yang dipilih anak akan mengandung gizi yang tidak seimbang. Keadaan ini akan membuat anak menjadi gemuk bila didukung anak tersebut malah berolahraga dan bergerak (Ade, 2012).

c. Kegemukan saat dewasa sekarang ini banyak terjadi, terlebih menjelang usia 30 tahun. Hal ini disebabkan pada usia ini karir seseorang sudah semakin mantab sehingga terlalu disibukkan dengan pekerjaan, dan kebanyakan mereka tidak memiliki waktu untuk berolahraga. Oleh karena itu, jika kurang hati-hati mengontrol makanan dan kurang untuk melakukan aktivitas fisik lambat laun tubuh akan menderita kegemukan. Padahal jika kegemukan dibiarkan berlarut,pada usia 45-60 tahun akan terkena berbagai penyakit degeneratif (Proverawati, 2010).

2.3.2 Faktor – Faktor Penyebab Obesitas pada Remaja

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas, diantaranya adalah (Ade, 2012) :

1. Faktor Genetik

Faktor genetik memegang peranan penting bagi terjadinya obesitas, bukan hal yang mengherankan jika pada orang tua yang mengalami obesitas , maka anak-anak mereka pada generasi berikutnya akan menjumpai masalah yang sama.


(36)

American Journal of Clinical Nutrition pernah melakukan penelitian terhadap 5000 pasang anak kembar. Penelitian yang dipublikasikan di awal Februari 2008 di Ingris melaporkan bahwa faktor genetik berpengaruh sekitar 75 % pada perbedaan garis pinggang dan berat badan seorang anak.

2. Pola makan yang berlebih

Pola makan yang berlebih juga menjadi factor terjadinya obesitas. Obesitas terjadi jika seseorang mengonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun, untuk menjaga berat badan perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas (Aji, 2013).

3. Aktivitas Fisik

Menurut Dietary Guidelines for Americans(2005), untuk orang dewasa yang berusia 19-50 tahun, laki-laki dengan aktivitas santai membutuhkan 2200-2600 kal/hari; laki-laki dengan aktivitas sedang membutuhkan 2400-2800 kal/hari; laki-laki yang aktif sebesar 2800-3000 kal/hari. Perempuan dengan aktivitas santai pada usia ini memrlukan 1800-2000 kal/hari; perempuan dengan aktivitas sedang memerlukan 200-2200 kal/hari; dan perempuan dengan aktivitas aktif sebesar 2200-2400 kal/hari.

Berdasarkan penelitian Aminuddin (2013) di SD Negeri Sudirman I Makassar ditemukan 40,5% siswa yang sering mengkonsumsi fast food tetapi tidak mengalami gizi lebih. Hal ini diduga disebabkan karena siswa tersebut


(37)

mengimbangi dengan aktivitas fisik yang tinggi. Aktivitas yang dapat dilakukan anak usia sekolah adalah dengan rutin berolahraga sehingga pengeluaran energi dapat seimbang. Selain itu dapat pula meningkatkan aktivitas fisiknya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maupun di luar sekolah. 4. Faktor Emosi

Orang dengan obesitas akan makan lebih banyak pada saat yang mencekam atau kondisistress (McKena, 1999). Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) membandingkan selera makan pada kelompok orang dengan berat badan berlebih dan berat badan normal dengan cara menyajikan makanan ringan (keripik). Kedua kelompok tersebut diminta untuk menonton 4 film yang mengandung emosi yang berbeda, yaitu film tegang, ceria, merangsang gairah seksual, dan ceramah yang membosankan. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil dimana kelompok orang gemuk lebih banyak menghabiskan keripik setelah menyaksikan film yang tegang daripada setelah menonton film yang membosankan. Sedangkan pada orang dengan berat badan normal, didapatkan selera makan keripik yang relative sama setelah menonton film yang tegang atau ceramah yang membosankan.

5. Faktor lingkungan

Selain faktor diatas, ternyata remaja yang hidup dilingkungan yang menganggap gemuk adalah symbol dari kemakmuran dan cenderung menjadi obesitas. Penelitian yang dilakukan oleh International Obesitas Task Force (ITF)


(38)

obesitas karena factor lingkungan. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh aktivitas dan pola makan orang tua yang relatif sama dengan anak.

2.3.3 Indeks Massa Tubuh

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index (Supariasa, 2001).

Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh, terdiri dari :

1. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan tinggi badan (Gibson, 2005). Pengukuran berat badan diperoleh dengan menggunakan timbangan seca dengan kapasitas 150 kg dengan ketelitian 0,1 kg.

2. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat merefleksikan pertumbuhan skeletal (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Dan tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan menggunakan microtoise.


(39)

3. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT/U dengan menggunakan soft wareWHOAnthroplus. Ukuran ini dihitung dengan umur, mengukur tinggi badan (dalam cm) dan menimbang berat badan (dalam kilogram). klasifikasi IMT/U berdasarkan WHO 2007 adalah sebagai berikut :

1. Sangat kurus : <-3 SD 2. Kurus : ≥-3 SD s/d <-2 3. Normal : ≥-2 SD s/d ≥+1 SD 4. Gemuk : >+1 SD s/d ≥ 2 SD 5. Obesitas : ≥+2 SD

2.3.4 Dampak Obesitas

Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bagian bawah, dan memperburuk osteoarthritis (terutama di daerah pinggul, lutut, dan pergelangan kaki). Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relative lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering juga ditemukan oedema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.


(40)

Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit kronik antara lain sebagai berikut(Proverawati, 2010):

a. Diabetes tipe 2 (timbul pada masa remaja) b. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

c. Stroke

d. Serangan jantung (infark miokardium) e. Gagal jantung

f. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya: kanker prostat dan kanker usus besar)

g. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih

2.3.5 Pencegahan Obesitas

Pencegahan dan program penurunan kegemukan dan obesitas adalah dengan mengurangi asupan energi serta menigkatkan pengeluaran energi dengan cara pengaturan pola makanan, peningkatan aktifitas fisik,diet, modifikasi gaya hidup serta dukungan secara mental dan sosial (Hasdianah, dkk. 2014).

- Pengaturan nutrisi dan pola makan

Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan kegemukan dan obesitas tidak hanya sekedar menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan berat badan agar tetap stabil dan mencegah peningkatan kembali berat badan yang telah di dapat. Makanan yang mengandung banyak lemak dan tinggi karbohidrat harus dikurangi, dan konsumsi makanan serat diperbanyak.Memilih makanan dan minuman harus diperhatikan agar dapat mengontrol kalori, lemak, gula, dan garam yang di konsumsi. Konsumsi makanan harus tetap dapat memenuhi


(41)

kebutuhan gizi. Ini berarti vitamin dan mineral harus terdapat dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan (Hasdianah, dkk. 2014).

- Perbanyak aktivitas fisik

Olahraga dan aktivitas fisik sangat bermanfaat dalam menurunkan kegemukan dan obesitas. Olahraga memberikan perubahan baik fisik maupun psikologis yang bermanfaat dalam mengendalikan berat badan. Contohnya, jika kita melakukan aktifitas dengan lariselama satu jam penuh akan membakar 600 kalori setara dengan kalori yang dihasilkan jika kita mengkonsumsi satu buah hamburger. Olahraga yang dilakukan secara konsisten dan teratur tidak hanya membakar kalori, namun juga mengurangi lemak, dan memberi manfaat yang cukup baik secara psikologis (Hasdianah, dkk. 2014).

- Modifikasi prilaku

Perubahan pola hidup dan prilaku diperlukan untuk mengatur dan memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik pada individu yang obesitas. Dengan demikian upaya ini diharapkan dapat mengatasi hambatan – hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan sehat dan olahraga. Strategi yang dapat dilakukan adalah pengawasan sendiri terhadap berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik, mengontrol keinginan untuk makan, mengubah prilaku makan dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi, dan dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan (Hasdianah, dkk. 2014).

2.4 Perilaku Makan Siap Saji dan Kejadian Obesitas

Pengetahuan mengenai makanan adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan


(42)

jajanan yang sehat. Pengetahuan sangat berpengaruh dalam mengkonsumsi makanan siap saji.Semakin tinggi pengetahuan konsumsi makan seseorang akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makan yang dipilih untuk dikonsumsi. Sebagian siswa sudah mengetahui apa itu makanan siap saji, jenis-jenisnya, tetapi tidak mengetahui dampak dari makanan siap sajidan kandungan gizi yang berlebih yang terdapat dalam makanan siap sajitersebut. Sehingga membuat remaja tetap mengkonsumsi makanan siap sajidan dapat mengalami obesitas (Ade, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) pada siswa SMAN 2 Jember sebagian besar memiliki sikap yang positif yakni sebanyak 71 orang (84,6%) yang obesitas sebanyak 15 orang (17,9%) dan tidak obesitas sebanyak 56 orang (66,7%). Sedangkan yang memiliki sikap negatif sebanyak 13 orang (15,4%) yang obesitas sebanyak 8 orang (9,5%) dan tidak obesitas sebanyak 5 orang (5,9%). Selama melakukan penelitian diketahui bahwa remaja tidak mengakui dampak dari makanan siap saji, karena masih belum mengalaminya baik dari bentuk tubuh maupun gangguan kesehatan lainnya yang disebabkan oleh makanan siap saji. Sebaiknya siswa harus lebih banyak membaca buku mengenai dampak dari makanan siap saji atau mengenai status gizi.Dalam jawaban yang telah diberikan siswa, banyak yang memilih bahwa makanan siap saji tidak baik untuk kesehatan tetapi tidak mempengaruhi siswa dalam mengkonsumsi makanan siap saji. Meskipun sikap siswa positif tetapi sebagian tidak setuju jika frekuensi mengkonsumsi makanan siap saji dikurangi. Sehingga membuat siswa tetap mengkonsumsi makanan siap saji dan dapat mengalami obesitas.


(43)

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel independen variabel dependen

.

Kejadian obesitas dapat disebabkan oleh pola makan (jenis, frekuensi dan kontribusi).Pola makan juga didasarkan dari pengetahuan dan sikap seseorang terhadap makanan.

Status Gizi

Pengetahuan Sikap

Polamakan: - Jenis - Frekuensi


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan rancangan penelitian sekat silang (cross sectional).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Barumun yang terletak di Sibuhuan yang merupakan ibu kota dari Kabupaten Padang Lawas dan dekat dengan pusat perbelanjaan, rumah makan, swalayan, bakery palas, warung tradisional, dan tempat – tempat makan lainnya yang menyediakan makanan cepat saji seperti mi instan, bakso, gorengan, snack, burger yang memudahkan pelajar SMAN 1 untuk mengkonsumsi makanan siap saji. Berdasarkan survei awal yang dilakukuan peneliti ada 3 orang menyatakan sering mengkonsumsi makanan cepat saji yaitu mi instan, gorengan, donat dan snack. Alasannya karena dekat dengan sekolah, murah, mudah didapat, lebih praktis, dan malas membawa bekal dari rumah. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Desember 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah para pelajar putri yang duduk di kelas X, XI, dan XII yang masing – masing berjumlah :

Kelas X : 122 orang Kelas XI : 106 orang


(45)

Jadi jumlah populasi keseluruhan dari kelas X, XI, dan XII adalah sebanyak 338 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil dari seluruh objek yang diteliti untuk mewakili satu populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus (Notoadmodjo, 2010) dan diperoleh sampel sebanyak :

= N

1 + N(d)²

n = sampel

N = jumlah populasi (338 orang)

d = penyimpangan statisticdari sampel terhadap populasi (0,10)

= 338

1 + 338 (0,10)² = 338

4,38 = 77,168 ≈77

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 77 orang.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling(pengambilan sampel secara acak). Karena populasi terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik berbeda-beda atau heterogen. Untuk menentukan sampel kelas X, XI, dan XII maka dilakukan fraksi sampel (sample fraction) dengan


(46)

� � � � = � �ℎ � � � �

� �ℎ � � �ℎ � � � � �ℎ � �

�� � �= 122

338 � 77 = 27,79 ≈28 orang �� � ��=106

338 � 77 = 24,14 ≈24 orang �� � ��� = 110

338 � 77 = 25,05 ≈25 orang 3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran, data penelitian ini yaitu :

1. Data pengetahuan dan sikap diperoleh melalu wawancara dengan menggunakan kuesioner.

2. Data pola makan diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan formulir frekuensi makanuntuk mengetahui (jenis dan frekuensi) danformulir

Food Recall 24 jam untuk mengetahui (jumlah makanan).

3. Data kejadian obesitas diperoleh dengan pengukuran tinggi badan (TB) kepada responden dengan menggunakan microtoisedengan ketelitian 0,1sedangkan berat badan (BB) menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 150 kg.Kemudian dihitung IMT/U dengan menggunakan Soft WareWHO anthroplus.


(47)

3.5.2 Data Sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh mengenai gambaran sekolah meliputi data demografi SMAN 1 Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas.

3.6 Defenisi Operasional

1. Makanan siap saji adalah makanan yang pengolahannya cepat dan biasanya mengandung karbohidrat yang tinggi dan lemak.

2. Perilaku makan adalah tingkah laku yang dapat dilihat dan diamati yang dilakukan oleh remaja terhadap makanan siap saji, yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan (pola makan).

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui remaja putri tentang makanan siap saji dan kejadian obesitas.

b. Sikap adalah respon remaja putri terhadap makanan siap saji.

c. Pola makan adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai frekuensi makan, jumlah, dan jenis bahan makanan yang dimakan. - Frekuensi makan siap saji adalah keseringan terhadap makanan siap

sajimisalnya setiap hari, minggu dan bulan.

- Kontribusi adalah besarnya sumbangan karbohidrat, lemak, protein dan serat yang berasal dari makanan siap saji terhadaptotal konsumsisehari. - Jenismakanan siap saji adalah ragam makanan siap saji yang sering

dikonsumsi oleh remaja putri. Misalnya : sosis, hamburger, mi instan, gorengan, snack, ayam tepung, roti, donat, bakso.


(48)

3. Kejadian obesitas adalah ada tidaknya remaja putri yang obesitasdimana kondisi berat badan melebihi berat badan ideal karena adanya penumpukan jaringan lemak yang berlebihan dengan IMT/U ≥+2 SD. 3.7 Aspek Pengukuran

1. Pengetahuan

Jawaban diberikan skor 1 jika benar dan skor 0 jika salah, dengan 10 pertanyaan dan total skor adalah 10. Hasil skor dikategorikan menjadi (Arikunto, 1998) :

- Baik bila benar >76% dengan total nilai 8-10 - Sedang bila benar 56%-75% dengan total nilai 6-7 - Kurang bila benar<56% dengan total nilai 0-5 2. Sikap

Sikap dibagi dengan kriteria Skala Likert Sangat Setuju = 5; Setuju = 4; Ragu- ragu = 3; Tidak Setuju = 2; dan Sangat Tidak Setuju = 1 (Arikunto, 1998), dengan 7 pertanyaan dan total skor adalah 35. Hasil skor dikategorikan menjadi :

-Baik bila benar >76% dengan total nilai 27-35 -Sedang bila benar 56%-75% dengan total nilai 20-26 -Kurang bila benar <56% dengan total nilai 0-19 3. Pola makan

a. Frekuensi dan jenis makanan siap saji

Frekuensi dan jenis makanan siap saji diperoleh dari jawaban remaja berdasarkan frekuensi makan, dan bahan makanan cepat saji yang biasa


(49)

dikonsumsi remaja selama periode tertentu, misalnya hari, minggu, bulan dan tahun.Jawaban remaja merupakan jenis dan frekuensi makanan cepat saji yang sering dikonsumsi oleh remaja tersebut.

b. Kontribusi

Konsumsi karbohidrat, protein, lemak, dan serat di hitung berdasarkan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan), kemudian ditentukan kontribusi dari karbohidrat, lemak, protein dan serat pada makanan siap saji dengan rumus :

Kontribusi Karbohidrat =konsumsi karbohidrat makanan siap saji

Total konsumsi karbohidrat sehari x 100% Kontribusi Protein =konsumsi protein makanan siap saji

Total konsumsi protein sehari x 100% Kontribusi lemak =konsumsi lemak makanan siap saji

Total konsumsi lemak sehari x 100%

Kontribusi serat =konsumsi serat makanan siap saji

Total konsumsi serat sehari x 100%

4. Obesitas

Obesitas diperoleh melalui pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB), umur, kemudian ditentukan IMT/U. Klasifikasi berat badan berdasarkan WHO 2007 :

a. Sangat kurus : <-3 SD b. Kurus : ≥-3 SD s/d <-2 c. Normal : ≥-2 SD s/d ≥+1 SD d. Gemuk : >+1 SD s/d ≥ 2 SD


(50)

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis univariat(analisis deskriptif). Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sebelum resmi menjadi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, lokasi dan bangunan sekolah ini merupakan tempat pendidikan Sekolah Guru Golongan B atau yang lebih dikenal dengan SGB. Sekolah ini adalah sekolah pendidikan guru setara dengan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, pada tahun 1965, sekolah ini beralih fungsi menjadi SMAN 1 Barumun dan bertahan sampai saat ini.

SMAN 1 Barumun berdiri pada tahun 1957 dan secara resmi beroperasi pada tahun 1965. Sekolah ini berada di Jl. KH. Dewantara No. 43 Sibuhuan, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Tanah tempat berdirinya gedung SMAN 1 Barumun dan seluruh wilayah sekolah diperoleh dari hibah masyarakat Barumun pada tahun 1957. Adapun luas tanah tersebut adalah 7.800 m2, dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Timur berbatasan dengan SMP Negeri 1 Barumun dengan ukuran 123 m - Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Baginda Soaduon Hasibuan dengan ukuran

123m

- Sebelah Utara berbatasan dengan tanah masyarakat dengan ukuran 66 m - Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. KH. Dewantara dengan ukuran 66 m

Sekolah ini memiliki beberapa fasilitas yang mendukung kegiatan belajar mengajar antara lain: ruang labiratorium computer, wifi, perpustakaan, UKS, tata usaha, ruang tamu,laboratorium IPA, ruang guru, kantor kepala sekolah,lapangan


(52)

olahraga, serta ruang kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Ektrakurikuler yang ada di SMAN 1 Barumun yaitu dokter remaja, paskibra, pramuka, karate, kesenian.

4.2 Umur Remaja Putri

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti diperoleh gambaran remaja putri menurut umur yang dilihat pada table 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi FrekuensiRemaja Putri Berdasarkan Umur di SMAN 1 Barumun Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat umur yang paling banyak adalah umur 16 tahun 42,9%.

4.3 Pengetahuan

Remaja putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014 hampir seluruhnya memiliki pengetahuan baik yaitu 75 orang (97,4%). Penelitian yang dilakukan berdasarkan pengetahuan remaja putri SMAN 1 Barumun, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Makanan Siap Saji Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

No. Umur f %

1. 15 13 16,9

2. 16 3. 17 4. 18

33 19 12 42,9 24,7 15,5

Total 77 100,0

No. Kategori Pengetahun F %

1. Baik 75 97,4

2. 3. Sedang Kurang 1 1 1,3 1,3


(53)

Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa 100% remaja putri SMAN 1 Barumun mengetahui makanan siap saji, dan 100% juga remaja putri mengetahui bahwa penyebab obesitas adalah karena kelebihan karbohidrat dan protein.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Makanan Siap Saji Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

4.4 Sikap

Remaja putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014 memiliki sikap baik yaitu sebanyak 74% dan sikap sedang 26%, sikap kurang tidak ada. Dibawah ini adalah hasil penelitian tentang sikap terhadap makanan siap saji pada remaja putri SMAN 1 Barumun tahun 2014 :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap terhadap Makanan Siap Saji pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

Tabel 4.5 dibawah ini menunjukkan bahwa 72,7% tidak setuju makanan siap saji baik untuk kesehatan. 67,5% sangat setuju jika mengkonsumsi makanan

No

Pernyataan Benar Salah Jumlah

% % %

1. Mengetahui makanan siap saji 100 0 100,0

2. pengertian makanan siap saji 93,5 6,5 100,0

3. Jenis-jenis makanan siap saji 89,6 10,4 100,0

4. Kandungan zat gizi 94,8 5,2 100,0

5. Makanan siap saji baik untuk kesehatan 93,5 6,5 100,0 6. Dampak mengkonsumsi makanan siap saji 75,3 24,7 100,0 7. Cara mengatasi dampak mengkonsumsi makanan siap saji 97,4 2,6 100,0 8. Makanan yang menyebabkan obesitas 94,8 5,2 100,0

9. Penyebab seseorang gemuk 100 0 100,0

10 Penyimpanan energi yang berlebihan dalam tubuh 71,4 28,6 100,0

No. Kategori Sikap

f %

1. Baik 57 74

2. Sedang 20 26

3. Kurang 0 0


(54)

siap saji sebaiknya harus di imbangi dengan sayuran dan buah – buahandan 33,8% tidak setuju makanan siap saji lebih praktis dan menghemat waktu dibandingkan membawa makanan dari rumah.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap terhadap Makanan Siap Saji pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

4.5 Pola Makan Siap Saji

Pola makan siap saji meliputi frekuensi, jenis dan kontribusikarbohidrat, protein, lemak, dan serat terhadap kecukupan karbohidrat protein, lemak, dan serat sehari.

4.5.1 Frekuensi dan jenis makanan siap saji

Tabel 4.6 dibawah ini menunjukkan bahwa 70,1% remaja putri mengonsumsi mi instan perminggu, 55,8% remaja putri mengonsumsi bakso dalam perbulan, 84,4% remaja putri mengonsumsi sosis perminggu, 42,9% tidak

No Pernyataan SS S R TS STS Jumlah

% % % % % %

1. Makanan siap saji baik untuk kesehatan 0 5,2 2,6 72,7 19,5 100,0 2. makanan siap saji sebaiknya tidak sering

dikonsumsi

58,4 41,6 0 0 0 100,0 3. Makanan siap saji apabila sering dikonsumsi

dapat menyebabkan obesitas

45,5 54,5 0 0 0 100,0 4. jika mengkonsumsi makanan siap saji

sebaiknya harus di imbangi dengan sayuran dan buah - buahan

67,5 32,5 0 0 0 100,0 5. Makanan siap saji lebih praktis dan

menghemat waktu dibandingkan membawa makanan dari rumah

7,8 45,5 7,8 33,8 5,2 100,0

6. Jika mengonsumsi makanan siap saji sebaiknya dalam porsi kecil

36,4 49,4 11,7 0 2,6 100,0 7. Untuk meminimalkan efek negatif dari

makanan cepat saji, sebaiknya membuat sendiri di rumah dengan menggunakan bumbu-bumbu yang aman.


(55)

pernah mengonsumsihamburger, 37,7% mengonsumsi donat perbulan, 49,4% mengonsumsi gorengan dalam perbulan.

Tabel 4.6Distribusi Frekuensi dan Jenis Makanan Siap Sajiyang dikonsumsiRemaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

No. Jenis Makanan

Perhari Perminggu Perbulan Tidak Pernah

Jumlah

f % f % f % f % f %

1. Mi instan 5 6,5 54 70,1 17 22,1 1 1,3 77 100,0 2. Bakso 0 0 31 40,3 43 55,8 3 3,9 77 100,0 3. Sosis 9 11,7 65 84,4 3 3,9 0 0 77 100,0 4. Hamburger 2 2,6 9 11,7 33 42,9 33 42,9 77 100,0 5. Donat 9 11,7 17 22,1 29 37,7 22 28,6 77 100,0 6. Gorengan 36 46,8 38 49,4 2 2,6 1 1,3 77 100,0 7. Ayam

tepung

2 2,6 33 42,9 15 19,5 27 35,1 77 100,0

4.5.2 Kontribusi Karbohidrat, Protein, Lemak dan Serat

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata kontribusi karbohidratmakanan siap saji terhadap konsumsi karbohidrat sehari adalah 94,7%, protein 25,9%, lemak 33,8% dan serat 15%.

Tabel 4.7 Distribusi Rata-Rata Konsumsi Karbohidrat, Protein, Lemak, dan Serat

No. Jenis Zat Gizi Rata-rata total konsumsi sehari (gr) Rata-rata konsumsi makanan siap saji (gr)

Rata-rata kontribusi

makanan siap saji terhadap total sehari (%) 1. 2. 3. 4. Karbohidrat Protein Lemak Serat 163.2 37,8 24,2 5,4 31,7 10,5 13,1 1.3 19,7 25,9 33,8 15,0

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa kontribusi karbohidrat makanan siap saji terhadap konsumsi karbohidrat sehari pada remaja putri adalah < 19,7% sebanyak 58,4% dan kontribusi karbohidrat ≥ 19,7 sebanyak 41,6%. Kontribusi karbohidrat


(56)

makanan siap saji terhadap konsumsi karbohidrat sehari dapat dilihat padatabelberikut :

Tabel 4.8 Distribusi Kontribusi Karbohidrat Makanan Siap Saji Terhadap Konsumsi Karbohidrat Sehari pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

No. Kontribusi Karbohidrat Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Karbohidrat Sehari (%)

f %

1. 2. Diatas rata-rata Dibawah rata-rata 31 46 40,3 59,7

Jumlah 77 100,0

Tabel 4.9 dibawah ini menunjukkan sebagian besar kontribusi protein makanan siap saji terhadap konsumsi protein sehari pada remaja putri adalah < 25,9% sebanyak 51 orang (66,2%).

Tabel 4.9 Distribusi Kontribusi Protein Makanan Siap Saji Terhadap Konsumsi Protein Sehari pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

No. Kontribusi Protein Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Protein Sehari (%)

f %

1. 2. Diatas rata Dibawah rata-rata 26 51 33,8 66,2

Jumlah 77 100,0

Tabel 4.10 dibawah ini menunjukkan sebagian kontribusi lemak makanan siap saji terhadap konsumsi lemak sehari pada remaja putri < 33,8% sebanyak 43 remaja putri (58,4%) dan ≥33,8% sebanyak 34 remaja putri(44,2%).

Tabel 4.10 Distribusi Kontribusi Lemak pada Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Lemak Sehari Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

No. Kontribusi Lemak Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Lemak Sehari (%)

f %

1. 2. Diatas rata-rata Dibawah rata-rata 34 43 44,2 55,8


(57)

Tabel 4.11 menunjukkan sebagian besar kontribusi serat makanan siap saji terhadap konsumsi serat sehari pada remaja putri adalah < 15% sebanyak 57 remajaputri ( 74%). Tabel kontribusi serat dapat dilihat berikut ini:

Tabel 4.11 Distribusi KontribusiSerat pada Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Serat Sehari Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

No. Kontribusi Serat Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Serat Sehari (%)

f %

1. 2. Diatas rata-rata Dibawah rata-rata 20 57 26,0 74,0

Jumlah 77 100,0

4.6.1 KejadianObesitas

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kejadian obesitas pada remaja putri SMAN 1 Barumun tahun 2014 adalah 21 orang (27,3%). Status Gizi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi di Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

4.7 Pengetahuan Remaja Putri SMAN 1 Barumun BerdasarkanSikap

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa75 remaja putri yang memiliki pengetahuan baik terdapat 56 remaja putri (74,7%) memiliki sikap yang baik, dan 19 remaja putri (25,3%) yang meiliki sikap sedang. Tabulasi silangantara pengetahuan dan sikap terhadap makanan siap saji pada remaja putri SMAN 1 Barumun tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

No. Status Gizi F %

1. Obesitas 21 27,3

2. Gemuk 18 23,4

3. Normal 37 48,1

4. Kurus 1 1,3


(58)

Table 4.13Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Putri SMAN 1 Barumun Berdasarkan Sikap Tentang Makanan Siap Saji Tahun 2014

No Pengetahuan

Sikap Total

Baik Sedang Kurang

f % f % f % f %

1. Baik 56 74,7 19 25,3 0 0 75 100,0

2. Sedang 0 0 1 100,0 0 0 1 100,0

3. Kurang 1 100,0 0 0 0 0 1 100,0

4.8 Kontribusi Karbohidrat, Protein, LemakdanSerat Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Karbohidrat Sehari Berdasarkan Status Gizipada Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.14 sebagian besar kontribusi karbohidrat makanan siap saji terhadap total konsumsi karbohidrat sehari < 19,7% sebanyak 12 remaja putri obesitas (26,1%) dan ≥ 19,7% sebanyak 29% remaja obesitas.

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Kontribusi Karbohidrat dariMakanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Karbohidrat Sehari Berdasarkan Status Gizi pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun tahun 2014

No. Kontribusi Karbohidrat Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Karbohidrat Sehari (%)

Tidak Obesitas Obesitas

Kurus Normal Gemuk Obesitas Total f % f % f % f % f % 1. 2. Diatas rata-rata Dibawah rata-rata 1 0 3,2 0 16 21 51,6 45,7 5 13 16,1 28,3 9 12 29,0 26,1

31 100,0 46 100,0

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa kontribusi protein makanan siap saji terhadap kecukupan protein sehari sebagian besar ≥ 25,9% dengan 11 remaja putri (42,3%) obesitas, dan < 25,9 % sebanyak 10 remaja putriobesitas(19,6%).

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Kontribusi Protein dariMakanan Siap Saji Terhadap Kosumsi Protein Sehari BerdasarkanStatus Gizi pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

No. Kontribusi Protein Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Protein Sehari (%)

Tidak Obesitas Obesitas

Kurus Normal Gemuk Obesitas Total

f % f % f % f % f %

1. 2. Diatas rata-rata Dibawah rata-rata 0 1 0 2,0 13 24 50,0 47,1 2 16 7,7 31,4 11 10 42,3 19,6 26 100,0 51 100,0


(59)

Kontribusi lemak makanan siap saji terhadap konsumsi lemak sehari berdasarkan Status Gizi sebagian besar adalah ≥33,8% sebanyak 11 remaja obesitas (32,4%) dan < 33,8 (dibawah rata-rata) sebanyak 10 remaja obesitas (23,3%). Dibawah ini adalah tabel kontribusi lemak pada makanan siap saji berdasarkan Status Gizi pada remaja putri SMAN 1 Barumun tahun 2014 :

Tabel 4.16Tabulasi Silang Kontribusi Lemakdari Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Sehari BerdasarkanStatus Gizi pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun Tahun 2014

No. Kontribusi Lemak Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Lemak Sehari

(%)

Tidak Obesitas Obesitas

Kurus Normal Gemuk Obesitas Total

f % f % F % f % f %

1. 2. Diatas rata-rata Dibawah rata-rata 1 0 2,9 0 16 21 47,1 48,8 6 12 17,6 27,9 11 10 32,4 23,3 34 100,0 43 100,0

Sebagianbesar (50%) remajadengan kontribusi serat makanan siap saji yang diatas rata-rata mempunyai status gizi yang normal, demikianjugadengan yang dibawah rata-rata mempunyai status gizi yang normal juga. Dibawah ini adalah tabel kontribusi serat pada makanan siap saji terhadap Status Gizi pada remaja putri SMAN 1 Barumun tahun 2014 :

Tabel 4.17Tabulasi Silang Kontribusi Seratdari Makanan Siap Saji Terhadap Status Gizi pada Remaja Putri SMAN 1 Barumun tahun 2014

No.

Kontribusi Serat Makanan Siap Saji Terhadap Total Konsumsi Serat Sehari (%)

Tidak Obesitas Obesitas

Kurus Normal Gemuk Obesitas Total

f % f % F % f % f %

1. 2. Diatas rata-rata Dibawah rata-rata 0 1 0 1,8 10 27 50,0 47,4 5 13 25,0 22,8 5 16 25,0 28,1

20 100,0 57 100,0


(60)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Makanan Siap Saji

Berdasarkan hasil penelitian pada siswi SMAN 1 Barumun tahun 2014 dapat diketahui bahwa siswi memiliki pengetahuan baik terhadap makanan siap saji yaitu sebanyak 97,4%, dan remaja putri SMAN 1 Barumun 100% jawaban mengetahui makanan siap saji .Perpustakaan sekolah menyediakan buku tentang makanan yang sehat, sayur-sayuran, dan pada pelajaran pertanian yang merupakan mata pelajaran tambahan, sehingga remaja putri juga mendapat informasi tentang sayur-sayuran, buah, dan tanaman-tanaman lain yang mengandung gizi yang baik dikonsumsi oleh manusia. Seperti penjelasan Bloom yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), bahwa pengetahuan adalah dengan mengetahui situasi dan rangsangan yang dapat mempermudah terjadinya perilaku seseorang sehingga dengan keadaan pengetahuan yang baik kemungkinan dapat mendorong seseorang untuk dapat memilih dan melihat jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi.

Hasil penelitian Wulansari (2013)terhadap mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah bahwa 90,5% memiliki pengetahuan baik tentang fast food, 8,6% memiliki pengetahuan cukup, dan 0,9% memiliki pengetahuan kurang. Sebagian besar responden mengetahui fast food yaitu 99,1%, dan kandungan nutrisi dalam fast food yaitu 94,1%. Dari hasil tersebut sebagian besar mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki pengetahuan yang baik tentang


(61)

mahasiswa kedokteran, sehingga tingkat pengetahuan tentang fast food adalah baik.

5.2 Sikap Remaja Putri Tentang Makanan Siap Saji dan Kejadian Obesitas

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki sikap baik tentang makanan siap saji yaitu sebanyak 74% dan sedang 26% dan sikap kurang tidak ada.Sebagian besar remaja putri SMAN 1 Barumun memilki sikap yang baik sesuai Hasil penelitian Wulansari (2013) terhadap mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah sebagian besar juga memiliki sikap yang baik, yaitu memiliki sikap baik tentang fast food 0,5% meiliki sikap cukup3,6%. Tidak terdapat responden yang memilki sikap kurang.

Sebagian besar siswi menjawab 72,7% tidak setuju, bahwa makanan siap saji baik untuk kesehatan, bahan makanan yang terkandung dalan makanan siap saji memakai bahan kimia yang melebihi batas pemakaian yang diperbolehkan. Siswi yang menjawab bahwa makanan siap saji sebaiknya tidak terlalu sering dikonsumsi 58,4% sangat setuju, karena jika terlalu sering dikonsumsi dapat menimbulkan berbagai penyakit.

Siswi yang menjawab bahwa apabila sering dikonsumsi menyebabkan obesitas 54,5% setuju, karena banyak mengandung lemak dan karbohidrat. Siswi yang menjawab jika menkonsumsi makanan cepat saji sebaiknya harus diimbangi dengan sayuran dan buah-buahan adalah 67,5% sangat setuju, karena makanan siap saji sedikit mengandung serat, sedangkan sayuran dan buah mengandung banyak serat.


(62)

Siswi yang menjawab makanan siap saji lebih praktis dan menghemat waktu dibandingkan membawa makanan dari rumah adalah 45,5% setuju, karena lebih aman dikonsumsi dan tidak tercemar dan 33,8% tidak setuju karena menurut mereka walaupun praktis dan menghemat waktu tapi mengeluarkan uang saku lagi, sedangkan menbawa makanan dari rumah lebih hemat. Bahan pencemar banyak dijumpai pada makanan, terutama makanan jajanan yang dijajakan dipinggir jalan. Salah satu yang menyebabkannya adalah pencemar yang berasal dari luar makanan, seperti bakteri dan debu. Siswi yang menjawab Jika mengonsumsi makanan siap saji sebaiknya dalam porsi kecil adalah 49,4% setuju. Siswi yang menjawab untuk meminimalkan efek negatif dari makanan cepat saji, Sebaiknya membuat sendiri di rumah dengan menggunakan bumbu-bumbu yang aman adalah 57,1% sangat setuju.

5.3 Pola Makan

Pola makan adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai frekuensi makan, jumlah, dan jenis bahan makanan yang dimakan.

5.3.1 Frekuensi dan Jenis Makanan SiapSaji

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa remaja putri memiliki frekuensi makanan siap saji yaitu; perhari, minggu, perbulan, dan tidak pernah. Jenis makanan cepat saji yang banyak dikonsumsi perhari adalah gorengan (46,8%), makan ini merupakan yang banyak di sukai oleh remaja putri, apalagi gorengan. Selain harganya murah, mengenyangkan dan banyak dijual di sekitar sekolah. Jenis makanan yang banyak dikonsumsi perminggu adalah sosis (84,4%) dan mi instan (70,1%), jenis makanan yang banyak dikonsumsi perbulan adalah bakso


(63)

(55,8%) dan burger (42,9%). Remaja putri mengetahui bahwa makanan ini tidak baik dikonsumsi tiap hari, karena banyak mengandung lemak dan karbohidrat, dan juga sering mengandung bahan kimia yang melewati batas yang pemakaian. Ada beberapa remaja putri yang tidak pernah mengonsumsi dalam 1 bulan terakhir tidak pernah mengonsumsi burger (42,9%) dan ayam tepung (35,1). Alasan mereka karena ayam tepung banyak dijual di pinggir jalan pasar, sehingga makanan tersebut sudah terkena cemaran debu, sedangkan burger masih makanan baru di Sibuhuan, dan belum banyak yang menjual jenis makanan tersebut. frekuensi makan kelompok remaja normal lebih sering dibandingkan kelompok non obesitas. Remaja normal juga cenderung memilih makanan dengan kalori tinggi dan dalam jumlah yang banyak. Remaja kelompok obesitas terbiasa makan berulangkali setiap jenis makanan karena memiliki nafsu makan yang besar

5.3.2 Kontribusi Konsumsi Karbohidrat pada Makanan Siap Saji Terhadap Total Karbohidrat Sehari.

Berdasarkan hasil penelitian pada siswi SMAN 1 Barumun tahun 2014 sebagian besar <19,7% kontribusi karbohidrat makanan siap saji terhadap total karbohidrat sehari sebanyak 40,3% remaja putri.Kontribusi karbohidrat ≥ 19,7% remaja putri 41,6%, kontribusi karbohidrat maksimal pada remaja putri adalah 94,3 % terhadap total konsumsi karbohidrat sehari,sumbangan karbohidrat makanan siap saji yang banyak terhadap total konsumsi karbohidrat sehari dikarenakan jenis makanan siap saji yang dikonsumsi tergolong memiliki karbohidrat yang tinggi, bila terus mengkonsumsi makanan yang karbohidrat tinggi dan menjadi kebiasaan tanpa disertai dengan olahraga maka akan


(1)

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN


(2)

Gambar 3. Pengukuran berat badan


(3)

(4)

Gambar 4. Wawancara dengan responden


(5)

(6)

Gambar 2. Pengukuran tinggi badan


Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

8 93 83

Perilaku Remaja Tentang Penyalahgunaan Narkoba Di Sekolah MAN Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

3 61 89

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Dan Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja Di SMA Santo Thomas 1 Medan

4 62 87

Gambaran Perilaku Makan Remaja Putri Dan Kejadian Dismenorea (Nyeri Haid) Di SMA Cahaya Medan Tahun 2013

4 68 106

Gambaran Tayangan Iklan Fast Food (Makanan Siap Saji) Di Televisi Dan Kebiasaan Makan Fast Food (Makanan Siap Saji) Dan Kejadian Obesitas Pada Pelajar Di Sma Swasta Cahaya Medan Tahun 2013

6 75 135

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Makan Remaja - Perilaku Makan Siap Saji (Fast Food) dan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri di SMAN 1Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014

0 1 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perilaku Makan Siap Saji (Fast Food) dan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri di SMAN 1Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014

0 1 7

Perilaku Makan Siap Saji (Fast Food) dan Kejadian Obesitas pada Remaja Putri di SMAN 1Barumun Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2014

0 0 13

Perilaku Remaja Tentang Penyalahgunaan Narkoba Di Sekolah MAN Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

0 2 31

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD), STATUS GIZI DAN KEJADIAN HIPERTENSI DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA REMAJA

1 2 102