Dewan Kepemimpinan Majelis Syura’

, +m83 Ve 1 Rb F[c3 + 1 j kN B  Y ?: + 239. G .n o ; p 3. FqCr+, + Z + _  1 U V XY 2 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya”. Maksudnya, kalau kalian berselisih dengan pemimpin kalian, di mana perselisihan tersebut merupakan perselisihan antara umat dengan pemimpin, maka mereka harus mengembalikannya kepada Allah dan Rasul-Nya itu berarti mereka harus mengembalikannya kepada qadli, yaitu mahkamah mazhalim. 32

2. Dewan Kepemimpinan

Semua kekuasaan yang dinikmati oleh peradilan madzalim diserahkan kepada dewan hukum agung dalam konstitusi Republik Islam Iran yang disetujui oleh 98,2 mereka yang mempunyai suara dan diimplementasikan pada tahun 1979. Meskipun konstitusi tersebut memberikan kepada dewan hukum kekuasaan untuk menentukan kasus presiden yang menyimpang dari 32 Taqqiyuddin An-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam, h. 143 ketentuan konstitusi, kekuasaan untuk menuntut impeachment presiden diserahkan diluar batas hukumnya. Kekuasaan ini diberikan ke vilayat-e-faqih, yang terdiri dari pimpinan dewan pimpinan. Pasal 5 konstitusi Iran 1979, yang mewujudkan prinsip- prinsip pemerintahan Islam syi’ah, menegaskan bahwa; Selama ghaibnya wali al- asr pemimpin zaman semoga Tuhan mempercepat penampakannya kembali, wilayah dan kepemimpinan umat berpindah kepada faqih yang adil a’dil dan bertaqwa muttaqin yang benar- benar menyadari keadaan masanya; berani, banyak akal, dan memiliki kecakapan administratif; diakui dan diterima sebagai pemimpin oleh mayoritas masyarakat; dalam peristiwa di mana tidak ada faqih yang diakui oleh mayoritas, pimpinan dewan kepemimpinan. Konstitusi tersebut memberikan terhadap vilayat al-faqih sebagaimana menurut pasal 110, kekuasaan terdiri dalam pemerintahan, menjadikan jabatan-jabatan kepresidenan terpilih dan parlemen sebagai sub-ordinasi bagi wilayat al-faqih. Berkaitan dengan kepresidenan, fungsi-fungsi dewan meliputi; a. Menandatangani keputusan yang merumuskan pemilihan presiden republik oleh masyarakat. b. Memecat presiden republik; demi kepentingan negara, karena peradilan agung menangkapnya bersalah melanggar tugas-tugas konstitusionalnya, atau karena satu suara. Majelis permusyawaratan nasional melihat ketidak mampuan politiknya pasal 110 ayat 45. 33

3. Majelis Syura’

Menurut Fazlur Rahman, kata syura’ berasal dari kata kerja syawara- yusyawiru yang berarti menjelaskan menyatakan atau mengajukan dan mengambil sesuatu. Bentuk lain dari kata syawara adalah tasyawara, artinya berunding, saling bertukar pendapat; syawir, yang artinya meminta pendapat atau musyawarah. Dalam konteks budaya Indonesia, syura’ dalam bentuk institusi disebut majelis syura. Syura’ mempunyai arti sangat penting dalam organisasi apapun atau jama’ah manapun. Setiap negara maju memusatkan perhatian pada asas musyawarah dan mengajak rakyatnya untuk mencapai keamanan dan ketentraman, keberhasilan, dan kebahagiaan. Sebab musyawarah adalah jalan yang benar untuk mencapai pendapat dan solusi yang lebih bijaksana baik untuk kemaslahatan individu maupun kelompok serta Negara, bahkan internasional. Maka tidak mengherankan jika Islam sebagai agama Rabbani begitu besar perhatiannya pada asas musyawarah alias syura’ sehingga salah satu surat Al-Quran ada yang dinamakan surat asy-Syuura. Surat ini berbicara tentang sifat-sifat orang mukmin yang diantaranya menjadikan kehidupan 33 Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam, Bandung: Pustaka, 2001, h. 144-145 orang-orang mukmin berdiri diatas asas syura’, bahkan urusan mereka seluruhnya adalah musyawarah di antara mereka. Syura musyawarah merupakan sebuah prinsip dalam Islam yang hampir semua umat Islam mengakui urgensitasnya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Secara etimologi musyawarah mempunyai arti nasehat, konsultasi, perundingan, atau konsideran pemufakatan. Sedangkan secara terminologi berarti majelis yang dibentuk untuk mendengarkan saran dan ide sebagaimana mestinya dan terorganisir dalam urusan negara. 34 Di zaman modern, para pemikir kontemporer seperti Rasyid Ridho dan lain lain, telah mendukung penggantian syura pemerintahan Islam awal dengan badan perwakilan legislatif rakyat yang dipilih melalui sistem pemungutan suara modern. As-Sayyid Al-Maududi secara aktual menegaskan bahwa legislatif adalah apa yang dalam terminologi fiqh lama dikenal dengan ahlul halli wal aqdi , mereka juga setuju mendudukkan eksekutif kepada kebanyakan keputusan legislatif. Mereka mendapat dukungan, dalam hal ini dari para pemikir muslim modernis semisal Fathur Rahman yang berpendapat bahwa; karena pelanggaran penting terhadap kepercayaan masyarakat, kepala pemerintahan dapat dipecat setelah nilai suara legislatif yang besar menentangnya. 35 34 Sugiyono, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Menurut UU No. 23 Tahun 2003 dalam Perspektif Politik Islam, Jakarta, 2006, h. 12-13 35 Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam, h. 145 Indikasi atas pentingnya musyawarah dalam ayat Al-Quran adalah bahwa asas ini dibarengi dengan kewajiban shalat, shadaqah zakat, dan menjauhi perbuatan keji. Allah SWT berfirman: 36 ی A n • =:U J Ž`5 L  :s• q ro 4: + ; 1 + L97 { t +3 4: . +  .‘ =[ \‚| 3  +, + MG 6’ t3:+, + l † A‚ B O “D + FU5 B: .” † K1 4B 1 ] : V_ [Z - [` 2 Artinya: “Dan bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. Dan bagi orang-orang yang apabila mereka dipelakukan dengan zhalim, mereka membela diri”. Indikasi lain bahwa Al-Qur’an telah mencatat aplikasi Syura’ agar memberi manfaat bagi kehidupan empiric, dalam mencari solusi atas masalah-masalah yang mereka alami. Allah SWT dalam hal ini berfirman: F o o : + 9• 3 “t.5 ++, • .r E6 C.D .8 †+, +, 0jRk Q  q•c3 G V  + 8 Q- Y •, “FU :”† “\ + 36 Musthalah Maufur, M.A., Sistem Politik Islam, Jakarta: Robbani Press, 1999, h. 54 9 +3 Q- Y G Sƒ F `6  c:4 - ˜ƒ 1 .U.[+ G Sƒ c† S7 ™M o + .t Sƒ + p8 •r w G V  + •† : T š .n o ; .8 †+, 5ƒ q  e› 3  v\ œ †+ •  + S .. MNž .D\ 6  1 + Ÿ8 †+, +, 9• T .5 ++, S .. Bž :?6 A ; 1 CD`6.[ j k:?  9 + O Q- Y K10 + FD6C + 0 +, M4 6 v  p 39 1 H = _ _[[ 2 Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. Nabi Muhammad sendiri disuruh oleh Al-Qur’an dalam surat Asy- Syura ayat 159 untuk memutuskan setelah berkonsultasi dengan pemuka- pemuka masyarakat. 37 .D L nQ.DCr † qsB FU + qsN ¡K ? 6 { R6 6 1: †7 4-œƒ C .n .r F C \ œ  3 4: =[ + }r~ t †+ + V g hi ; qs:¢  T = V  G 1 O6 J • £ =FD: 1 [ WXY 2 Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai rang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. Musyawarah sebagai salah satu prinsip negara dan pemerintahan Islam memiliki kedudukan penting dan strategis dalam kehidupan umat manusia. 38 Dalam konteks budaya Indonesia, syura’ dalam bentuk institusi disebut dengan Majelis Syura’. Nama populer untuk majelis ini yang 37 Ridwan HR, Fiqh Politik: Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, h. 290 38 Ibid, h. 289 digunakan oleh lembaga negara Indonesia adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat atau badan legislatif. 39 Dengan melihat pada petunjuk Nabi SAW sebagai kepala negara Islam di madinah-dalam menjalankan pemerintahan dan syura; pada contoh yang dilakukan oleh al khulafa ar-Rasyidin, pada generasi terdahulu yang menjalankan pemerintahan dan syura’ dapat dikatakan batasan-batasan fungsi majelis syura’: a. Memililih kepala negara dan mencalonkannya: Ahli syura’ dalam negara Islam melakukan pemilihan kepala negara dalam pemilihan awal, membai’atnya dengan bai’at khusus, kemudian memaparkan kepada umat untuk memperoleh bai’at umum. b. Membantu kepala negara dalam menangani urusan negara, menyelesaikan persoalan-persoalan ummat, seperti perang, pengesahan perjanjian, membuat perundang-undangan yang bersifat ijtihad-lah dan pelaksanaan hukum-hukum syariah. c. Mengontrol kepala negara dan para pejabat tinggi lainnya seperti gubernur dan mentri. d. Memberhentikan kepala negara atau pejabat tinggi yang dipilih oleh majelis syura’. Karena yang memilih kepala negara adalah majelis syura’, juga membai’atnya atas dasar akad bai’at antara kedua belah pihak; 39 Fazlur Rahman, Konsep Negara Islam, Yogyakarta: UII Press, 2006, Cet I, h. 123 kepala negara dan majelis syura’ yang mewakili umat ini, maka majelis syura’ berhak memberhentikan kepala negara. Dalam akad ini terdapat kewajiban bagi kepala negara dan juga ditetapkan hak-haknya. Apabila ia meninggalkan kewajiban maka ahli syura’ memberi nasehat. Jika nasehat ini dilaksanakan maka ia disambut baik, tetapi jika tidak, melainkan tetap melanggar kewajiban maka ahli syura’ berkewajiban untuk memecatnya dan mengumumkan pemberhentiannya itu dari jabatan kepala negara kepada umat. 40 Apabila terjadi penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh seorang khalifah, para ulama dan cendikiawan Muslim berpendapat bahwa khalifah semacam itu harus diberhentikan dari jabatannya sebagai kepala negara atau pimpinan eksekutif. Al-Ghazali mengajukan 2 macam bentuk kekuasaan khalifah yang harus diberhentikan, yaitu: a Khalifah Zhulm, yaitu khalifah yang menjalankan politik tirani yang bertentangan dengan keadilan dan kehendak rakyat. b Khalifah Ghair al-Syaukah, yaitu khalifah yang tidak mampu menjalankan kebijakan politik yang adil, yang digariskan oleh syariat dan rakyat. 40 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Sistem politik Islam, h. 83-86 Kedua macam penguasa ini akan merusak negara dan agama. Karena itu, ia harus diberhentikan. Jadi wajar apabila Majelis Syura’ lembaga legislatif sebagai penjelmaan wakil rakyat, berhak untuk mengangkat seorang khalifah yang dianggap cakap dan memenuhi kriteria. Jika khalifah itu melakukan penyalahgunaan kekuasaan, Majelis syura’ berhak pula untuk memberhentikannya. 41 Apabila Majelis Syura’ menilai khalifah telah melakukan pelanggaran terhadap syariat, konstitusi, dan perundang-undangan lainnya. Orang yang harus menilai situasi tersebut—tentang sudah atau belum terjadinya kemurtadan pada pihak penguasa—adalah ulama yang dari kalangan ahlu-halli wal-‘aqdi majelis syura’. Menurut al-Juwaini, merekalah yang berhak mencopot penguasa. Itulah kondisi atau syarat pertama yang memperbolehkan umat Islam menuntut pencopotan kekuasaan imam. 42 Dalam hubungan ini, konferensi para ulama dan para cendikiawan muslim yang mewakili semua aliran, Sunni dan Syi’ah, yang diselenggarakan pada tanggal 21 sampai dengan 24 Januari 1951 dari Karachi, Pakistan, memberi rekomendasi sebagai berikut: Lembaga dalam hal ini Majelis 41 Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, h. 178-179 42 Yahya Ismail, Hubungan Penguasa dan Rakyat dalam Prespektif Sunnah, h. 204 Syura’ yang diberi kuasa memilih kepala negara khalifah, juga memiliki kekuasaan untuk memecatnya atas dasar suara mayoritas. 43

D. Mekanisme Impeachment Menurut Perspektif Politik Islam