Pemerintahan Presidentil LEMBAGA KEPRESIDENAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK

dalam peraturan perundang-undangan yang berada dibawahnya. 55 Dalam rangka memperkuat sistem presidensial, pengaturan terhadap kekuasaan Presiden adalah suatu keniscahyaan. Selama ini yang terjadi tidak adanya legal aturan yang mengaturnya. Sehingga, tidak jarang sang Presiden berlindung di balik hak prerogatifnya. 56 Yang dimaksud dengan lembaga kepresidenan adalah institusi atau organisasi jabatan yang dalam sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945 berisi dari jabatan, yaitu Presiden dan Wakil Presiden. 57

A. Pemerintahan Presidentil

Sebelum memasuki penjelasan dalam sistem pemerintahan presidensil, telah kita ketahui bahwa Indonesia sebelum menganut sistem presidensil menganut sistem pemerintahan parlementer. Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri atau Presiden, dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang Presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap 55 Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945 , Yogyakarta: FH UII Press, 2004, h. 59 56 Indria Samego, MA, Kita Butuh Undang-Undang Lembaga Kepresidenan, Majalah figur, edisi XI, Tahun 2007 57 Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945 , h. 59 jalannya pemerintahan. Dalam presidensil, Presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer Presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja. Pada mulanya, tujuan dibentuknya parlemen bikameral itu memang biasanya dihubungkan dengan bentuk negara federal yang memerlukan dua kamar untuk maksud melindungi formula federasi itu sendiri. tetapi, dalam perkembangannya bersamaan dengan terjadinya kecenderungan tuntutan kearah desentralisasi kekuasaan dalam bentuk negara kesatuan sistem bicameral juga dipraktekkan di banyak negara kesatuan. dalam sistem pemerintahan parlementer, ada dua alasan utama yang sering digunakan untuk menerapkan sistem bicameral ini, yaitu; a adanya kebutuhan untuk menjamin keseimbangan yang lebih stabil antara pihak eksekutif dan legislatif the unbridled power of a singlechamber being restrained by the creation of a second chamber recruited on diferend basic , dan b keinginan untuk membuat sistem pemerintahan benar-benar berjalan lebih efisien dan setidaknya lebih lancer smooth melalui apa yang disebut ‘revising chamber’ untuk memelihara “a careful check on the sometimes hasty decisions of the first chamber”. 58 Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen, sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena 58 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta: Konstitusi Press, 2005, h. 22 itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif. Adapun sistem pemerintahan ini memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut: a. Kelebihan a Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam hal ini, kekuasaan parlemen sangat dominan sebagai perwujudan kedaulatan rakyat, sehingga asas demokrasi dapat terwujud. b Kekuasaan parlemen yang besar dimaksudkan untuk membawa kesejahteraan rakyat. c Parlemen bertugas membuat undang-undang yang harus dijalankan pihak eksekutif, disamping mengawasi jalannya pemerintahan, apakah sesuai dengan undang-undang atau tidak. d Menteri-menteri harus dapat mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada parlemen DPR agar mendapat kepercayaan mosi dari parlemen. e Program-program kebijaksanaan kabinet harus disesuaikan dengan tujuan poliitk sebagian besar anggota parlemen. f Kedudukan kepala Negara hanya merupakan lambang atau simbol yang tidak dapat diganggu gugat. b. Kelemahan a Penyusunan kabinet demikian terlalu sulit, karena memperhatikan konstelasi anggota-anggota parlemen, sehingga setiap partai akan memperebutkan kedudukan kementerian yang dianggap mempunyai posisi penting dan menentukan, misalnya menteri luar negeri, keuangan, pertahanan, dan menteri dalam negeri. b Jika menteri-menteri tidak dapat mempertanggungjawabkan tindakannya, maka diberikan mosi tidak percaya dari parlemen yang mengakibatkan krisis kabinet dan akhirnya kabinet jatuh bubar. Akibat dari jatuh-bangunnya kabinet, maka kabinet tidak mungkin dapat melaksanakan programnya, karena parlemen sering menjatuhkan kabinet yang disebabkan kelompok oposisi terlalu kuat. Karena kabinet tidak dapat melaksanakan programnya, berarti tidak mungkin tercapai tujuan nasional, yaitu masyarakat adil dan sejahtera; timbulnya dampak negative, yaitu mulai disintegrasi. Ketika pertama kali didirikan pada tahun 1945, struktur parlemen negara kita di idealkan berkamar tunggal unikameral tetapi dengan variasi yang dikaitkan dengan teori kedaulatan rakyat yang dibayangkan dapat diorganisasikan secara total ke dalam suatu organ bernama MPR. Majelis inilah yang dianggap sebagai penjelmaan seluruh rakyat dan pelaku sepenuhnya kedaulatan rakyat itu, sehingga diidealkan sebagai lembaga yang tertinggi dalam bangunan organisasi negara. Pandangan demikian inilah yang tercermin dalam rumusan pasal 1 ayat 2 dan diuraikan lebih lanjut dalam penjelasan UUD 1945. 59 Seperti yang dikemukakan di atas, dalam sistem pemerintahan parlementer, jabatan Presiden biasanya dikaitkan statusnya sebagai kepala Negara, sedangkan kedudukan kepala pemerintahan biasanya dipegang oleh jabatan lain yang lazimnya disebut sebagai Perdana Menteri. Berbeda dari sistem parlementer tersebut, maka dalam sistem presidensil, kedudukan sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan itu menyatu dalam jabatan Presiden dan Wakil Presiden. Karena itu, sistem presidensil tidak mengenal pembedaan apalagi pemisahan antara kedudukan sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan. Yang ada hanya Presiden dan Wakil Presiden yang masing-masing ditentukan tugas dan kewenangannya dalam konstitusi ataupun dalam peraturan perundang- undangan di bawahnya. Beberapa ciri yang penting dalam sistem pemerintahan presidensil adalah: 1. Masa jabatannya tertentu, misalnya 4 tahun, 5 tahun, 6 tahun, atau 7 tahun, sehingga Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diberhentikan di tengah masa jabatannya karena alasan politik. Di beberapa Negara, periode masa jabatan ini biasanya dibatasi dengan tegas, misalnya, hanya 1 kali masa jabatan atau hanya 2 kali masa jabatan berturut-turut. 59 Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945 , h. 157 2. Presiden dan Wakil Presiden tidak bertanggung jawab kepada lembaga politik tertentu yang biasa dikenal sebagai parlemen, melainkan langsung bertanggung jawab kepada rakyat. Presiden dan Wakil Presiden hanya dapat diberhentikan dari jabatannya karena alasan pelanggaran hukum yang biasanya dibatasi pada kasus-kasus tindak pidana tertentu yang jika dibiarkan tanpa pertanggungjawaban dapat menimbulkan masalah hukum yang serius seperti misalnya pengkhianatan pada Negara, pelanggaran yang nyata terhadap konstitusi, dan sebagainya. 3. Karena itu, lazimnya ditentukan bahwa, Presiden dan Wakil Presiden itu dipilih oleh rakyat secara langsung ataupun melalui mekanisme perantara tertentu yang tidak bersifat perwakilan permanen sebagaimana hakekat lembaga parlemen. Dalam system parlementer, seorang Perdana Menteri, meskipun juga dipilih melalui pemilihan umum, tetapi pemilihannya sebagai Perdana Menteri bukan karena rakyat secara langsung melainkan karena yang bersangkutan terpilih menjadi anggota parlemen yang menguasai jumlah kursi mayoritas tertentu. 4. Dalam hubungannya dengan lembaga parlemen, Presiden tidak tunduk kepada parlemen, tidak dapat membubarkan parlemen, dan sebaliknya parlemen juga tidak dapat menjatuhkan presiden dan membubarkan kabinet sebagaimana dalam praktek system parlementer. 5. Dalam sistem ini, tidak dikenal adanya pembedaan antara fungsi kepala Negara dan kepala pemerintahan. Sedangkan dalam sistem parlementer, pembedaan dan bahkan pemisahan kedua jabatan kepala Negara dan kepala pemerintahan itu merupakan suatu kelaziman dan keniscahyaan. 6. Tanggung jawab pemerintahan berada di pundak Presiden dan oleh karena itu presidenlah pada prinsipnya yang berwenang membentuk pemerintahan, menyusun kabinet, mengangkat dan memberhentikan para Menteri serta pejabat-pejabat publik dan pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan berdasarkan ‘political appointment’. Karena itu, dalam sistem ini, biasa dikatakan ‘concentrasion of governing power and responsibility upon the president’. Di atas presiden tidak ada institusi lain yang lebih tinggi, kecuali konstitusi. Karena itu, dalam sistem ‘constitusional state’, secara politik Presiden dianggap bertanggungjawab kepada rakyat, sedangkan secara hukum ia bertanggungjawab kepada konstitusi. 60

B. Presiden dan Wakil Presiden