Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia” Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Jumlah o Plot Tunggal Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Kepadatan o Plot Padat

dilakukan dengan memperbandingkan antara seorang tokoh dengan tokoh yang lain dari cerita fiksi yang bersangkutan.

2.2.4 Sudut Pandang Point if View

Sudut pandang, point of view menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca Abrams, dalam Nurgiyantoro1995 :248. Sudut pandang dapat banyak macamnya, tergantung dari sudut mana ia dipandang dan seberapa rinci ia dibedakan. Dalam hal ini sudut pandang terbagi menjadi a sudut pandang persona ketiga “Dia”, b sudut pandang persona pertama “Aku”, c sudut pandang campuran Nurgiyantoro, 1995:256-266.

a. Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia”

Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga, gaya “dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya ; ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus-menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. 1 “Dia” Mahatahu Dalam sudut pandang ini cerita dikisahkan dari sudut “dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh “dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya bersifat mahatahu. 2 “Dia” Terbatas bersifat Pengamat Dalam sudut pandang “dia” terbatas pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja Stanton, dalam Nurgiyantoro1995 :259, atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas Abrams, dalam Nurgiyantoro1995 :259.

b. Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”

Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama, gaya “aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan yang diketahui, dilihat, dirasakan, didengar, dialami, serta sikapnya terhadap tokoh lain kepada pembaca. 12 1 “Aku” Tokoh Utama Dalam sudut pandang ini, si “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik bersifat batiniahdi dalam dirinya sendiri maupun fisik dengan sesuatu di luar dirinya. Si “aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat cerita. 2 “Aku” Tokoh Tambahan Dalam sudut pandang ini tokoh “aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Dengan demikian, si “aku” hanya tampil sebagai saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si “aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita. c. Sudut Pandang Campuran Penggunaan sudut pandang yang bersifat campuran itu di dalam novel, berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik “dia” mahatahu, dan “dia” sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik “aku” sebagai tokoh utama dan “aku” tambahan atau sebagai saksi, bahkan dapat berupa campuran antara persona pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus.

2.2.5 AlurPlot

Stanton dalam Nurgiyantoro, 1995:112 misalnya, mengemukan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda berdasarkan sudut- sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula. Pembedaan plot yang dikemukakan di bawah ini didasarkan pada tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah dan kepadatan Nurgiyantoro, 1995:153. a. Pembedaan plot berdasarkan urutan waktu o Plot lurus, Progresif. Plot sebuah novel dikatakan progesif jika peristiwa- peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa selanjutnya. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik, tengah konflik meningkat, klimaks dan akhir penyelesaian. A - B – C – D – E Ket: A : tahap awal cerita B – C – D : kejadian-kejadian berikutnya, tahap tengah E : tahap penyelesaian 13 o Plot Sorot Balik, Flash Back. Urutan kejadian cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal yang dikisahkan. Misalnya dalam novel Keluarga Permana, dapat berupa sebagai berikut: D 1 – A – B – C – D 2 – E D 1 berupa awal penceritaan yang berintikan meninggalnya Farida, A – B – C adalah peristiwa-peristiwa yang disorot balik yang berintikan kemelut pada rumah tangga Permana sampai Farida dikawinkan dengan Sumarto, D 2 sengaja dibuat demikian untuk menegaskan pertalian-kronologisnya dengan D 1 dan E berupa kelanjutan peristiwa cerita awal D 1 yang berintikan kegoncangan jiwa Permana akibat meninggalnya Farida, anak semata wayangnya. o Plot Campuran merupakan gabungan dari plot lurus dan plot sorot balik. Misalnya dalam novel Atheis karya Idrus. E – D 1 - A – B – C – D 2 Adegan A-B-C yang berupa biografi Hasan, yang berisi inti cerita novel ini, diceritakan secara runtut-progresif-kronologis. Kisah tersebut mengantarai adegan D 1 dan D 2 yang juga lurus-kronologis. Novel ini menjadi flash back benar karena adegan E yang merupakan kelanjutan langsung dari peristiwa D 2 justru ditempatkan di awal buku. Namun, kisah dibagian E ini pun bersifat lurus-kronologis.

b. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Jumlah o Plot Tunggal

Karya fiksi yang berplot tunggal biasanya hanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis yang sebagai hero. o Plot Sub-subplot Sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan hidup, dan konflik yang dihadapinya. Subplot sesuai dengan penamaannya, hanya merupakan bagian dari plot utama saja.

c. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Kepadatan o Plot Padat

Cerita yang diajikan antara peristiwa yang satu dengan yang lain yang berkadar fungsional tinggi tak dapat dipisahkan atau dihilangkan salah satunya. o Plot Longgar 14 Dalam novel yang berplot longgar, pergantian peristiwa demi peristiwa penting berlangsung lambat di samping hubungan antarperistiwa tersebut tidaklah erat benar.

d. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Isi o Plot Peruntungan