Peningkatan pemahaman unsur interinsik pada cerpen melaui metode kooperatif tipe student teams achievement division (stad) (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X MA As-Syafi'iyah 01 Jkarta semester Ganjil, Tahun ajaran 2011/2012)

(1)

1

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta, Semester Ganjil, Tahun Ajaran 2011/2012)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh Durrah Nafisah NIM 107013000945

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/2011 M


(2)

2 ABSTRAK

DURRAH NAFISAH, 107013000945; Peningkatan Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen melalui Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta. Skripsi. Jakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang cerpen dan unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD). Metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan kelas atau

action research.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan atau observasi, catatan lapangan, jurnal siswa, foto, dan pelaksanaan tes unsur intrinsik pada cerpen di setiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan satu siklus, yang terdiri dari dua pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilakukan di MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta Selatan, pada siswa kelas X yang berjumlah 25 siswa, Tahun Ajaran 2011/2012.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pada saat pretest nilai rata-rata siswa sebesar 61,80, sedangkan pada saat posttest nilai rata-rata siswa sebesar 77,40 (> nilai SKBM 65). Peningkatan juga terjadi terhadap antusiasme dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, tanggung jawab, dan kerja sama pada kelompok maupun pribadi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Kata kunci: Unsur Intrinsik pada Cerpen, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, dan Hasil Belajar.


(3)

3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil „alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima saran, petunjuk, bimbingan, dan masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa‟i, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Ibu Rosida Erowati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikan skripsi ini.

4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

5. Chairil Gibran Ramadhan. Makasih Bang atas kepercayaan dan cerpen-cerpennya yang menarik!

6. Bapak Anwar Rusli, S.Ag., M.M selaku Kepala Sekolah MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta, yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian.


(4)

4

7. Bapak Muhammad Idrus, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta, yang telah membantu penulis dalam mengambil data. 8. Guru dan karyawan MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta. Terima kasih atas doanya. 9. Seluruh siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah, yang telah setia menerima

pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.

10. Teman-teman seperjuanganku, PBSI Angkatan 2007, khususnya untuk kelas B. Terima kasih atas saran dan informasinya.

11. Teman-teman kosanku: Selly, Nurul, Sheila, Fitri, Mbak Ruroh, Mbak Isna, dan Nur. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya.

12. Teman-teman Initiative of Change (IofC) Indonesia. Thank‟s for your

attention and your support, Guys!

13. Untuk keluargaku tercinta: Umi, Ayah, Kak Rara, Mas Rio, dan Rafa. Dengan doa dan cinta kasih dari kalian penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

14. Teristimewa untuk Q Naf‟an Alfatih. Terima kasih untuk doa, motivasi, dan

sarannya.

Terima kasih juga dihaturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membantu, meskipun skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Penulis,


(5)

5 DAFTAR ISI

ABSTRAK 2

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI 5

DAFTAR TABEL 10

DAFTAR GAMBAR 11

DAFTAR LAMPIRAN 12

BAB I PENDAHULUAN 14

A. Latar Belakang Masalah 14

B. Identifikasi Masalah 16

C. Batasan dan Rumusan Masalah 16

D. Tujuan Penelitian 17

E. Manfaat Penelitian 17

BAB II KAJIAN TEORI 19

A. Membaca 19

1. Pengertian Membaca 19

2. Tujuan Membaca 20

3. Jenis-Jenis Membaca 21

4. Membaca Pemahaman 21

B. Cerita Pendek 23

1. Hakikat Cerita Pendek 23


(6)

6

3. Unsur Intrinsik Cerpen 24

a. Tema 25

b. Plot/ Alur 25

c. Penokohan dan Perwatakan 26

d. Latar (Setting) 27

e. Sudut Pandang 28

f. Gaya Bahasa 29

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 35

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif 35

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif 36

3. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif 38

4. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif 39

5. Student Teams Achievement Division (STAD) 39

6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 40

D. Kerangka Berpikir 40

E. Bahasan dan Hasil Penelitian yang Relevan 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 43

A. Tempat dan Waktu Penelitian 43

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan 43

C. Subjek/ Partisipan dalam Penelitian 44


(7)

7

E. Tahapan Intervensi Tindakan 44

1. Perencanaan Tindakan 45

2. Pelaksanaan Tindakan 45

3. Pengamatan 46

4. Refleksi 46

F. Hasil Intervensi Tindakan 46

G. Data dan Sumber Data 47

H. Instrumen dan Pengumpulan Data 47

1. Tes Kemampuan 47

2. Lembar Observasi 48

3. Jurnal Siswa 48

4. Catatan Lapangan 48

5. Dokumentasi 49

I. Teknik Pngumpulan Data 49

1. Tingkat Kesukaran Soal 49

2. Uji Validitas 50

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi 51

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis 52

1. Uji Hipotesis 52

2. Analisis Data 53

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan 54


(8)

8

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN 56

A. Deskripsi Data Sekolah 56

1. Sejarah dan Profil Sekolah 56

2. Visi 57

3. Misi 57

4. Tujuan 57

5. Keadaan Guru 59

6. Jumlah Siswa 60

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/ Hasil Intervensi Tindakan 61

1. Deskripsi Perencanaan Tindakan 61

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan 63

a. Pertemuan Pertama 63

b. Pertemuan Kedua 69

3. Pemeriksaan Keabsahan Data 74

a. Uji Hipotesis 74

4. Deskripsi dan Hasil Analisis Data 78

a. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Pretest Pemahaman

Unsur Intrinsik pada Cerpen 78

b. Deskripsi Hasil dan Analisis Data Posttest Pemahaman

Unsur Intrinsik pada Cerpen 80

c. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal


(9)

9

d. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal

Posttest 84

5. Interpretasi Hasil Analisis 86

6. Pembahasan Temuan Penelitian 87

a. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran 87

b. Deskripsi dan Hasil Analisis Tingkah Laku Guru dalam

Pembelajaran 89

c. Deskripsi dan Hasil Analisis Catatan Lapangan dalam

Pembelajaran 91

d. Deskripsi Jurnal Siswa 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 93

A. SIMPULAN 93

B. SARAN 94

DAFTAR PUSTAKA 95


(10)

10

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar

Konvensional 36

Tabel 2 : Klasifikasi Indeks Kesukaran 50

Tabel 3 : Daftar Nama Guru dan Karyawan MA AS-Syafi‟iyah 01 Jakarta Tahun

Ajaran 2011/ 2012 59

Tabel 4 : Jumlah Siswa/i MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012

60

Tabel 5 : Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 69

Tabel 6 : Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Kedua

71

Tabel 7 : Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 73

Tabel 8 : Skor Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen saat Pretest dan Posttest

75

Tabel 9 : Data Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 78

Tabel 10 : Data Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 81

Tabel 11 : Nilai minimal, Maksimal, Rata-Rata, Variansi, dan Simpangan Baku

Pretest dan Posttest 84

Tabel 12 : Indeks Kesukaran Soal Pretest 84

Tabel 13 : Indeks Kesukaran Soal Posttest 85

Tabel 14 : Hasil Rata-Rata Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 87


(11)

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Jenis-Jenis Membaca 21

Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas 45 Gambar 3 : Struktur Organisasi MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta 58 Gambar 4 : Gedung Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah 63 Gambar 5 : Keadaan Siswa setelah Dibagi per Kelompok 66


(12)

12

DAFTAR LAMPIRAN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

2. Materi Pembelajaran

3. Soal Pretest

4. Soal Posttest

5. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

6. Penilaian Siswa terhadap Guru

7. Catatan Lapangan

8. Jurnal Siswa

9. Cerpen Pretest

10.Cerpen Posttest

11.Daftar Nama Siswa MA As-Syafi‟iyah Kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta

12.Soal Pretest Nilai Tertinggi

13.Soal Pretest Nilai Terendah

14.Soal Posttest Nilai Tertinggi

15.Soal Posttest Nilai Terendah

16.Tugas Kelompok Siswa

17.Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Pertama

18. Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Kedua

19.Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan


(13)

13

20.Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan Kedua

21.Jurnal Siswa pada Pertemuan Pertama

22.Jurnal Siswa pada Pertemuan Kedua

23.Catatan Lapangan

24.Sejarah dan Profil Sekolah

25.Distribusi Uji Validitas Soal Pretest

26.Distribusi Uji Validitas Soal Posttest

27.Surat Bimbingan Skripsi

28.Foto Kegiatan

29.Rencana Penetapan SKBM

30.Surat Keterangan Penelitian


(14)

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman atau penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. Salah satu cara agar pesan yang dimaksud dapat dimengerti adalah dengan menggunakan bahasa yang sama.

Seperti kita ketahui bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa komunikasi bangsa Indonesia. Hal ini juga tertuang dalam Sumpah Pemuda butir ketiga yang berbunyi:

“Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”.

Begitu pula dengan Undang-Undang Kebahasaan Pasal 2 yang menyebutkan bahwa Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Tak heran apabila mata pelajaran Bahasa Indonesia kemudian diberikan sejak masih di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi. Siswa diharapkan mampu menguasai, memahami, dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa, seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Sastra Indonesia juga merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia. Meski porsi pembelajaran sastra lebih sedikit, masih ditemukan materi puisi, prosa, dan drama. Salah satu bentuk prosa yang diajarkan adalah cerpen, karena cerpen merupakan salah satu genre prosa yang populer. Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap beberapa siswa tentang cerpen, mereka masih bingung tentang perbedaan antara amanat dan tema dari suatu cerpen bahkan ada pula yang tidak mengerti tentang unsur intrinsik cerpen padahal mereka sudah diajarkan oleh guru. Hal


(15)

15

tersebut mungkin disebabkan karena guru yang menyampaikan pembelajarannya secara monoton sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia cenderung membosankan dan kurang menarik minat siswa. Pada akhirnya, hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa untuk pembelajaran cerpen kurang memuaskan.

Sebenarnya masalah seperti di atas bisa diatasi dengan menjadi guru kreatif, yaitu guru yang selalu memandang bahwa keragaman siswa adalah sebuah potensi besar yang harus dikembangkan di sekolah. Guru kreatif selalu resah dan gelisah dengan strategi pembelajarannya dan selalu memperbaiki dirinya sendiri dengan berbagai penelitian tindakan kelas, mencoba mencari metode-metode baru dalam pembelajaran sehingga hasilnya sangat bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun guru-guru yang lain.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran ini diawali dengan guru menyajikan materi pelajaran, dilanjutkan dengan siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima anggota yang dibentuk secara heterogen (berbeda intelegensi, sosial, dan suku). Setelah kegiatan kelompok dilakukan maka setiap siswa akan mengerjakan kuis/tes individual. Tetapi dalam mengerjakan kuis, setiap siswa harus bekerja secara individu. Setelah kuis, dilakukan skor, yaitu skor perkembangan individu, dan diakhiri dengan tahap pemberian penghargaan bagi setiap kelompok yang berprestasi didasarkan pada rata-rata skor perkembangan siswa dalam kelompok. Ide utama dari metode kooperatif tipe STAD adalah memotivasi siswa untuk mendorong dan untuk saling membantu di antara siswa dalam menguasai keterampilan atau pengetahuan yang disajikan guru.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memilih judul “Peningkatan Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen melalui Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)”.


(16)

16

Penerapan metode ini sebagai upaya peningkatan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen untuk siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

1. Pemahaman awal siswa terhadap cerpen dan unsur intrinsiknya. 2. Proses pembelajaran unsur intrinsik pada cerpen dengan

menggunakan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

3. Apakah penggunaan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang unsur intrinsik cerpen?

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, masalah dalam penelitian perlu dibatasi. Adapun masalah dalam penelitian ini hanya difokuskan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk materi unsur intrinsik pada cerpen untuk kelas X tingkat Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) agar meningkatkan hasil belajar pemahaman unsur intrinsik pada cerpen untuk siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta?


(17)

17

b. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas X MA

As-Syafi‟iyah 01 Jakarta dengan metode kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Division)?

D. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.

2. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai kedua manfaat tersebut akan dijelaskan berikut ini:

1. Manfaat Teoretis

a. Sebagai bahan perbandingan bagi guru untuk pengajaran unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD.

b. Sebagai bahan referensi belajar bagi siswa atau pihak-pihak sekolah yang berkepentingan.

c. Untuk menambah khasanah tentang konsep metode kooperatif tipe STAD dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan peningkatan pemahaman siswa tentang unsur intrinsik pada cerpen.


(18)

18 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Sebagai khazanah atau pengayaan berbagai metode dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. b. Bagi Guru

Sebagai masukan adanya variasi strategi pembelajaran dan lebih terarah dalam membimbing kegiatan siswa secara bertahap.

c. Bagi Siswa

Adanya variasi pembelajaran yang mengarahkan siswa menjadi lebih proaktif, kreatif, dan menarik minat serta termotivasi belajar dalam memahami unsur intrinsik pada cerpen.

d. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dalam meneliti dan memahami berbagai konsep tentang variasi metode dan pendekatan dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik pada cerpen.


(19)

19 BAB II KAJIAN TEORI A. Membaca

Menurut Christine Nuttel “Reading is (a) understand, interpret, meaning, sense, etc., (b) decode, decipher, identify, etc., (c) articulate, speak, pronounce, etc”.1 Membaca adalah salah satu bagian dari empat keterampilan berbahasa. Meskipun tidak menghasilkan bahasa, seperti halnya berbicara dan mengarang, membaca termasuk salah satu dari empat bagian pengajaran bahasa yang amat penting.2 Dalam hal ini akan dijelaskan pengertian membaca, tujuan yang terkandung dalam kegiatan membaca, serta jenis-jenisnya.

1. Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses merekam dan penguraian (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah

1

Nida Husna, Step by Step to Reading Skills (Step 1, First Edition), (Jakarta: English Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training), h. 4

2

Eman A. Rahman dan Sudarno, Kemampuan Berbahasa Indonesia, Cet. Ke-1, (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), h. 95


(20)

20

menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.3

Dari beberapa definisi membaca yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu aktivitas yang melibatkan indra penglihatan, ingatan, kecerdasan, dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan penulis melalui lambang-lambang.

2. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Tujuan membaca menurut Anderson adalah sebagai berikut.

a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).

b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan,organisasi cerita (reading for sequence or organization).

d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menilai dan mengevaluasi (reading to evaluate).

3

Henry Guntur Tarigan, Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1979), Cet. Ke-1, h. 7


(21)

21

g. Membaca untuk memperbandingkan atau

mempertentangkan (reading to compare or contrast).4

3. Jenis Membaca

Berikut ini adalah gambar tentang jenis membaca. Namun peneliti hanya menjelaskan tentang membaca pemahaman.

Membaca Nyaring Membaca Survei

Membaca Membaca Ekstensif Membaca Sekilas

Membaca dalam Hati Membaca Dangkal Membaca Teliti

Membaca Telaah Isi Membaca Pemahaman Membaca Kritis

Membaca Intensif Membaca Ide-Ide

Membaca Telaah Membaca Bahasa

Bahasa Membaca Sastra

Gambar 1 Jenis-Jenis Membaca

4. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan pada indah, cepat atau lambatnya membaca.

4


(22)

22

Membaca merupakan proses berpikir untuk dapat memahami bacaan. Seorang pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapi melalui proses asosiasi dan eksperimental, kemudian membuat kesimpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan.

Pengajaran membaca pemahaman merupakan pengajaran yang sangat penting. Jika diselenggarakan dengan baik, pengajaran ini akan memberikan dampak yang positif terhadap keberhasilan siswa pada masa mendatang. Melalui pengajaran membaca pemahaman yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik, siswa tidak saja memperoleh peningkatan dalam kemampuan bahasanya, melainkan juga mampu bernalar, berkreativitas, dan penghayatannya tentang nilai-nilai moral. Namun semua itu bergantung pada guru yang menyelenggarakan proses belajar mengajar di kelas.

Melalui pengajaran membaca pemahaman membuka „dunia baru‟ bagi siswa, yaitu dunia buku dan dunia pengetahuan. Selain itu melalui pengajaran membaca pemahaman, guru juga memberikan kepada siswa kemungkinan untuk menjelajahi dunia pengetahuan yang sangat luas. Peranan ini akan bertambah besar karena di masa depan sebagian besar informasi disampaikan melalui tulisan.5

5

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2008), Cet. Ke-1, h. 80


(23)

23 B. Cerita Pendek

1. Hakikat Cerita Pendek

Menurut Dictionary of the English Language, “A short piece of prose fiction, having few characters and aiming at unity of effect”.6 Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan akronim cerpen, merupakan bagian dari jenis prosa. Sebuah cerpen tidak dilihat panjang pendeknya halaman atau pun kata-kata yang dikandungnya. Cerita pendek merupakan suatu cerita tentang kejadian kecil dalam kehidupan. Dengan demikian cerita pendek adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia. Misalnya sebuah karangan pendek tentang keadaan warung bukanlah sebuah cerpen, tetapi karangan tentang keadaan di warung akan menjadi cerpen jika di dalamnya dijalinkan suatu peristiwa, suatu kejadian yang menyangkut persoalan jiwa salah seorang atau beberapa orang di warung itu.7

2. Ciri-Ciri Cerita Pendek. Ciri-ciri cerita pendek yaitu:

a. Penyampaian cerita secara singkat dan padat.

b. Jalinan jiwa dan kejadian bulat dan padu, di dalamnya mengandung unsur pertikaian yang akhirnya mencapai klimaks dan diakhiri dengan penyelesaian masalah.

c. Tema cerita tentang nilai kemanusiaan, moral dan etika.

6

The American Heritage, Short Story, http://www.thefreedictionary.com/short+story, 20 Oktober 2011, Pukul 09:52 WIB.

7

Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. Ke-1, h. 37


(24)

24

d. Membicarakan masalah tunggal dan dapat dibaca dalam waktu singkat.

e. Memusatkan perhatian pada tokoh protagonis. f. Adanya kebulatan kisah (cerita).

g. Bahasa yang dipergunakan dalam cerita tajam, sugestif, dan menarik perhatian.

h. Sebuah cerita pendek mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung.

i. Sebuah cerita pendek harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca.

j. Dalam cerita pendek terdapat satu kejadian atau persoalan yang menguasai jalan cerita.

k. Cerita pendek bergantung pada satu situasi.

l. Pelaku utama mengalami perubahan nasib dan cerita berkembang dengan memusat. Alur cerita berpusat pada peristiwa yang memberi rangsangan pada pembaca.8

3. Unsur Intrinsik Cerpen

Cerpen memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan suatu karya. Namun untuk pembahasan teori, peneliti menyajikan unsur intrinsik, sesuai dengan judul penelitian.

8


(25)

25 Unsur intrinsik cerpen meliputi:

a. Tema

Menurut M. H. Abrams “Theme is sometimes used intechangeably with „motif‟, but the term is more usefully applied to a general concept or doctrine, whether implicit or asserted, which an imaginative works is designed to incorporate and make persuasive to the reader”.9 Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian topik. Padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Topik berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam fiksi. Tema sering juga disebut ide atau gagasan yang menduduki tempat utama dalam pikiran pengarang sekaligus tempat utama dalam cerita.

b. Plot/ Alur

Plot atau alur, kadang-kadang disebut juga jalan cerita, ialah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Plot dibangun oleh beberapa peristiwa yang biasa disebut alur. Unsur-unsur alur yaitu:

1) Perkenalan 2) Pertikaian 3) Perumitan 4) Klimaks/ puncak 5) Peleraian

6) Akhir

9

M. H. Abrams, A Glossary of Literary Terms, (Boston: Thomson Learning), Cet. Ke-7, h. 170)


(26)

26

Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya bersusun seperti itu, tetapi ada yang dari tengah dulu, lalu kembali ke peristiwa awal, kemudian berakhir. Ada pula yang dari akhir menuju ke tengah kemudian sampai ke awal. Karena kedudukan unsur intrinsik inilah, maka ada yang disebut alur maju, mundur, dan alur maju mundur.

Berdasarkan kualitas hubungan tiap unsur alur, maka ada alur longgar dan alur erat. Yang dimaksud alur longgar adalah jika sebagian peristiwanya kita lepaskan (tidak dibaca) tidak mengganggu keutuhan ceritanya. Sedangkan alur erat, bila sebagian ceritanya kita tinggalkan akan mengganggu keutuhan cerita 10

c. Penokohan dan Perwatakan

Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat penting dan bahkan menentukan. Karena tidak akan mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya membentuk alur cerita.11

Tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

10

Ibid., h. 46 11


(27)

27 2) Tokoh Antagonis

Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung.

d. Latar (Setting)

Latar (setting) yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Menurut Nurgiyantoro unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.

1) Latar Tempat

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.

2) Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu.

3) Latar Sosial

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam


(28)

28

lingkungan cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.12

e. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Pembedaan sudut pandang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang, yaitu:

1) Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia”

Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga, gaya “dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata ganti: ia,

dia, dan mereka.

Sudut pandang “dia” dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak pengarang dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “dia” jadi bersifat mahatahu. Di pihak lain ia mempunyai

12

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1998), Cet. 2, h. 227-237


(29)

29

keterbatasan “pengertian” terhadap tokoh “dia”, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.

2) Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita.

Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudukan si “aku” dalam cerita. Si “aku” mungkin menduduki peran utama, jadi tokoh protagonis. Mungkin hanya menduduki peran tambahan menjadi tokoh tambahan protagonis atau berlaku sebagai saksi.

3) Sudut Pandang Campuran

Penggunaan sudut pandang dalam sebuah cerita mungkin saja lebih dari satu teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain untuk sebuah cerita yang dituliskannya. Semuanya itu tergantung dari kemauan dan kreativitas pengarang, bagaimana mereka memanfaatkan teknik yang ada demi tercapainya efektivitas

Penceritaan yang lebih, atau paling tidak untuk mencari variasi penceritaan agar memberikan kesan lain.13

f. Gaya Bahasa

Menurut Gorys Keraf, gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

13


(30)

30

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).14

1) Gaya Bahasa Penegasan

a) Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum.

Contoh: Dalam bergaul hendaklah kau waspada; jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang berkilau bukanlah berarti emas.

b) Antitesis adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan.

Contoh: Tinggi rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu.

c) Antiklimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya.

Contoh: Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu.

d) Klimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya.

Contoh: Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibukota, hari proklamasi dirayakan dengan meriah.

e) Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama

14

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. Ke-18, h. 113


(31)

31

seseorang. Kata-kata itu diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud. Contoh: Si Pelit dan Si Gendut sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung.

f) Eufemisme adalah gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata kasar atau kurang sopan. Contoh: Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran.

g) Hiperbolisme adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya.

Contoh: Suaranya mengguntur membelah angkasa. h) Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan

sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang dimaksud.

Contoh: Nico pergi ke Bandung mengendarai Kijang. i) Paralelisme adalah gaya bahasa pengulangan seperti

yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedangkan di bagian akhir disebut epifora.

Contoh:

Anafora Epifora

Sunyi itu duka Cintaku untukmu Sunyi itu kudus Sayangku untukmu Sunyi itu lupa Hidupku untukmu

j) Pleonasme adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu


(32)

32

karena artinya sudah terkandung dalam kata sebelumnya.

Contoh: Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Lutfi berkelahi di tempat itu. k) Parafrase adalah gaya bahasa penguraian dengan

menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misalnya pagi-pagi digantikan

ketika sang surya merekah di ufuk timur.

l) Repetisi adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa.

Contoh: Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang. Sekali merdeka, tetap merdeka!

m) Retoris adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak bertanya. Oleh karena itu, kalimat tanya retoris tidak membutuhkan jawaban.

Contoh: Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan?

n) Sinekdoke, gaya bahasa ini terbagi menjadi dua, yaitu:

(1) Pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan.

Contoh: Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp 10.000,00

(2) Totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.


(33)

33

Contoh: Indonesia mengalahkan Spanyol 5-0 dalam final Piala Dunia

o) Tautologi adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat.

Contoh: Harapan dan cita-citanya terlalu muluk.

2) Gaya Bahasa Perbandingan

a) Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh.

Contoh: Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudera kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi badai dan gelombang. b) Litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang

menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan kata-kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri.

Contoh: Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu?

c) Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya.

Contoh: Semangat juangnya berjuang, tak gentar menghadapi musuh.

d) Personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dengan manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia.

Contoh: Burung perkutut bernyanyi-nyanyi di pagi hari.


(34)

34

e) Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang menggunakan kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dsb) sehingga pernyataan menjadi lebih jelas.

Contoh: Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam.

f) Simbolik adalah gaya bahasa kiasan, menggunakan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu.

Contoh: Janganlah kau menjadi bunglon! 3) Gaya Bahasa Pertentangan

a) Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu.

Contoh: Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak menengah.

b) Kontradiksio in terminis adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian.

Contoh: Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus terdengar. c) Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung dua

pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat.

Contoh: Anak ayam mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi.

4) Gaya Bahasa Sindiran

a) Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan pernyataan yang mengecilkan kenyataan sebenarnya.


(35)

35

Contoh: Ia menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi.

b) Ironi adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud si pembicara.

Contoh: Eh, manis sekali teh ini! (maksudnya pahit). c) Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang

menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah.

Contoh: Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet!

d) Sinisme adalah semacam ironi, tetapi agak lebih kasar.

Contoh: Hai, harum benar baumu! Tolong agak menyisih sedikit!15

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan

15

Tim Penyusun Naskah BTA, Penuntun US/UN dan SPMB 2007: Teori dan Soal Bahasa Indonesia, (Jakarta: BTA PRESS, 2007), Cet.1, h. 36-38


(36)

36

pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.16

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Di awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

16

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-2, h. 188


(37)

37 Tabel 1

Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional.

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan

“pemborong”.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

Pimpinan kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pimpinannya dengan cara masing-masing.


(38)

38 dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

17

3. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Ada beberapa elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran, yaitu:

a. Saling ketergantungan positif. b. Interaksi tatap muka.

17

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.3, h. 57-59


(39)

39 c. Akuntabilitas individual.

d. Keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.18

4. Jenis-Jenis Kaidah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Moh. Arif dan Rosnaini (2000) terdapat berbagai strategi bagi melaksanakan proses pembelajaran kooperatif antara lain:

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

b. Team-Games-Tournament (TGT)

c. Jigsaw

d. Teams Accelerated Instruction (TAI)

e. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)19

5. Student Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil. Dengan jumlah anggota pada setiap kelompok-kelompoknya 4-5 orang siswa yang dipilih secara heterogen. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

18

Wena, op.cit., h. 190 19

Isjoni, Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. Ke-1, h. 34


(40)

40

6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

Langkah-langkahnya:

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).

b. Guru menyajikan pelajaran.

c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.20

D. Kerangka Berpikir

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan bahasa, penggunaan bahasa dikemas dalam empat aspek keterampilan, yakni keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Empat aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Langkah pertama, guru membagi siswa ke dalam

20

Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 2, h. 133


(41)

41

beberapa kelompok yang terdiri dari 4 – 5 orang. Kelompok tersebut dibuat secara heterogen (berbeda suku, status sosial, dan intelegensi).

Kedua, guru menerangkan materi yang akan disampaikan, yakni tentang pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, kemudian guru memberikan tugas. Apabila masih ada siswa di dalam suatu kelompok yang kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru, maka siswa yang pandai harus menerangkan kembali kepada teman sekelompoknya.

Kegiatan belajar ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat secara aktif dalam kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan dan pemahaman dari materi yang telah disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan belajar.

E. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini telah banyak dilakukan dan diujicobakan dalam banyak pelajaran. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ruslah (106013000317), mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam

skripsinya “Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Penggunaan Gaya Bahasa pada Puisi (Sebuah PTK pada Siswa Kelas X MAN 22 Jakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)”. Penelitian yang dilakukan oleh Ruslah menekankan bagaimana teknik metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam penggunaan gaya bahasa. Hasilnya memuaskan.21

21

Ruslah, Abstrak Skripsi: Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Penggunaan Gaya Bahasa pada Puisi


(42)

42

Begitu pula yang dilakukan oleh Titi Rosdiana (2115031227), mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dalam skripsinya “Peningkatan Kemampuan Membacakan Berita Siswa Kelas XI SMA Widya Kusuma Cileungsi melalui Pendekatan

Cooperative Learning dengan metode Student Teams Achievement Division(STAD)”. Hasilnya pun memuaskan.22

Penelitian dengan metode yang sama juga dilakukan oleh Warto, mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dalam skripsinya “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui Penerapan Model Cooperative Learning

Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di Kelas IV pada SD Don Bosco I Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya Jakarta Utara”. Hasilnya sangat memuaskan.23

Perbedaan yang mendasar antara ketiga skripsi di atas dengan skripsi ini adalah metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) diterapkan pada pembelajaran unsur intrinsik pada cerpen dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

(Sebuah PTK pada Siswa Kelas X MAN 22 Jakarta Tahun Pelajaran 2010/2011), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010)

22

Titi Rosdiana, Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Membacakan Berita Siswa Kelas XI SMA Widya Kusuma Cileungsi melalui Pendekatan Cooperative Learning dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD), (Jakarta: UNJ, 2008)

23

Warto, Abstrak Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di Kelas IV pada SD Don Bosco I Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya Jakarta Utara, (Jakarta: UNJ, 2009)


(43)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MA As-Syafi‟iyah 01 yang berlokasi di Jalan Al-Barkah No. 17, Tebet, Jakarta Selatan, pada pertengahan semester 1 (Ganjil) Tahun Ajaran 2011/2012 pada tanggal 25-26 Juli 2011.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

Dalam skripsi ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dalam memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan guru. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.24

24

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada), Cet. Ke-1, h. 41


(44)

44 C. Subjek/Partisipan dalam Penelitian

Dalam PTK ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah Jakarta semester 1 tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 25 siswa dengan komposisi 15 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran untuk materi pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). PTK memberikan peranan yang besar dan penting kepada peneliti sebagai instrumen (human instrument). Hal ini disebabkan peneliti dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas.25

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:

25


(45)

45 Gambar 2

Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Perencanaan Tindakan (Planning)

Dalam tahap perencanaan (planning) ini, peneliti menyiapkan materi atau bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup RPP dan metode atau teknik mengajar, serta instrumen atau evaluasi pembelajaran. Akan tetapi, tahap perencanaan tersebut dimulai setelah peneliti mengungkapkan masalah dan memberikan suatu alternatif untuk memecahkannya. Pengungkapan masalah itu berkaitan dengan perumusan masalah, yaitu pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi awal siswa. Sedangkan alternatif pemecahan masalah itu mengacu pada metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan semua tahap perencanaan yang telah dirancang dengan baik agar sejalan dengan

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi


(46)

46

tujuan awal. Misalnya, melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan materi yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan metode yang tepat. Artinya tahap ini merupakan realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya dalam perencanaan.

3. Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan atau observasi ini dilakukan terhadap semua aktivitas siswa yang menjadi indikator keberhasilan selama pembelajaran berlangsung, bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional. Proses tersebut dibantu dengan alat atau instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang terkumpul pada saat melakukan pengamatan atau observasi. Data yang didapat itu kemudian ditafsirkan dan dicari kejelasannya, dianalisis, lalu disintesiskan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK.

F. Hasil Intervensi Tindakan

Penelitian yang dilakukan ini mengharapkan suatu perubahan pada siswa dalam memahami konsep pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. Materi yang mereka pelajari benar-benar dapat dipahami dengan jelas, dalam arti siswa bukan sekedar menghafal akan teorinya tetapi juga siswa diharapkan:

1. Dapat mengidentifikasi unsur intrinsik pada cerpen.


(47)

47

3. Dapat menerapkan metode kooperatif tipe STAD untuk pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.

4. Dapat menulis unsur intrinsik pada cerpen dengan tepat.

G. Data dan Sumber Data

1. Data hasil belajar kognitif, adalah penguasaan konsep siswa dalam bentuk tes objektif. Tes objektif akan dilakukan sebanyak dua kali selama pembelajaran berlangsung, yaitu tes sebelum materi disampaikan (pretest) dan tes setelah materi disampaikan (posttest). Hasil nilai pretest dan posttest siswa akan diolah menjadi nilai akhir sebagai tolak ukur keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan.

2. Data hasil belajar psikomotorik, adalah peningkatan kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen yang dilakukan oleh siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dilakukan observasi pada masing-masing siswa baik kegiatan observasi langsung maupun tak langsung yang dinilai oleh peneliti.

3. Data untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan metode kooperatif tipe STAD berupa jurnal siswa.

4. Data untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap tingkah laku guru selama proses belajar mengajar berlangsung, yang berupa pemberian lembar observasi kepada setiap siswa di akhir pembelajaran dengan menuntut jawaban kurang, cukup, atau baik.

H. Instrumen dan Pengumpulan Data 1. Tes Kemampuan

Tes adalah cara atau prosedur yang harus ditempuh dalam rangka pengukuran atau penilaian di bidang pendidikan, yang


(48)

48

berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh testee. Adapun jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pretest dan

posttest. Pemberian pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum adanya perlakuan atau pembelajaran mengenai materi tersebut. Sedangkan posttest yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mereka mendapatkan perlakuan atau perbuatan.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah alat pengamatan (pengambilan data) yang digunakan untuk mengukur atau memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran. Lembar observasi ini dapat dilengkapi dengan format atau blangko yang berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, baik dari aktivitas siswa maupun dari aktivitas guru. Dari pengamatan ini, peneliti bukan sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan dan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.

3. Jurnal Siswa

Pemberian jurnal siswa dilakukan setiap akhir pembelajaran. Jurnal siswa ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan atau gambaran yang telah diperoleh siswa selama pembelajaran berlangsung dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi dari pembelajaran tersebut yang diterapkan di kelas. Laporan dari jurnal siswa akan digunakan sebagai tindakan untuk memperbaiki pada siklus pembelajaran selanjutnya.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah bentuk temuan selama pembelajaran yang diperoleh oleh peneliti, yang tidak ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa


(49)

49

dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.

5. Dokumentasi

Pengertian dokumentasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Dokumentasi yang peneliti pilih berupa foto.

I. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan di dalam penelitian, maka peneliti menggunakan instrumen yang telah disebutkan di atas, antara lain berupa pretest dan posttest. Instrumen tes tersebut terdiri dari 20 soal

pretest dengan komposisi 10 soal benar-salah dan 10 soal menjodohkan. Sedangkan untuk posttest terdiri dari 20 soal pilihan ganda dengan menggunakan lima opsi jawaban, bertujuan untuk mengungkapkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa pada pokok pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan metode kooperatif tipe STAD.

Instrumen tes dikatakan berhasil apabila mampu mengukur apa yang diinginkan menjadi valid dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, instrumen yang baik harus memenuhi kriteria penting, yakni valid. Selain itu soal juga harus memenuhi kriteria tingkat kesulitan.

1. Tingkat Kesukaran Soal

Bermutu atau tidaknya butir-butir soal hasil tes siswa pertama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau tingkat kesulitan pada masing-masing soal tersebut. Butir-butir soal hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir soal yang baik apabila butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar atau tidak pula terlalu mudah. Dengan kata lain, derajat kesukaran soal tersebut sedang atau cukup. Tingkat kesulitan soal yang diujikan mempunyai


(50)

50

tujuan agar soal-soal yang diujikan sesuai dengan kemampuan siswa. Akan tetapi, soal tersebut harus tetap sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mengukur tingkat kesulitan soal digunakan rumus sebagai berikut:26

P =

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 2

Klasifikasi Indeks Kesukaran

JK = 0,00 Soal terlalu susah

0,00 < JK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < JK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < JK ≤ 1,00 Soal mudah JK = 1,00 Soal sangat mudah

2. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Validitas yang digunakan pada instrumen ini menggunakan validitas item (butir soal).

26

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-7, h. 208


(51)

51

Secara umum validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.27 Soal yang akan diuji validitas pada penelitian ini terdiri dari 20 soal pretest

dengan komposisi 10 soal benar-salah dan 10 soal menjodohkan. Sedangkan untuk posttest terdiri dari 20 soal pilihan ganda dengan menggunakan lima opsi jawaban. Seperti yang diketahui, pada tes benar-salah, menjodohkan, dan Pilihan Ganda (PG) hanya memberi dua kemungkinan, yaitu benar atau salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan benar umumnya diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk butir soal yang salah diberi skor 0 (nol). Uji validitas ini peneliti lakukan sebelum penelitian berlangsung pada siswa kelas XI di sekolah yang berbeda. Jika ternyata ada soal yang tidak valid maka soal tersebut tidak dipakai.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi

Untuk memperoleh data yang valid, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi, merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan teknik triangulasi, peneliti sebenarnya mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data.

Adapun tindakan yang dilakukan yaitu:

1. Pengambilan data dari berbagai narasumber, yaitu peneliti, guru, dan siswa.

27

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-1, h. 188


(52)

52

2. Penggunaan berbagai alat atau instrumen agar data yang terkumpul lebih akurat. Langkah yang ditempuh adalah dengan mengisi lembar observasi, jurnal siswa, catatan lapangan, dan hasil tes kemampuan siswa.

3. Penggunaan berbagai metode atau cara analisis sehingga data yang terkumpul dapat dipercaya. Dalam hal ini dilakukan pengamatan langsung.

4. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik keaslian maupun kelengkapannya.

5. Mengulang kembali pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis 1. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pemahaman unsur intrinsik cerpen yang diajarkan dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t, yaitu:28

= Mean of Difference Nilai Rata-rata Hitung dari Beda/ Selisih antara Skor Variabel I dan Skor Variabel II, yang dapat diperoleh dengan rumus:

28

Anas Sudijono, PengantarStatistik Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), Cet. Ke-1, h. 305


(53)

53

= Jumlah Beda/Selisih antara Skor Variabel I (Variabel x) dan Skor Variabel II (Variabel y), dan D dapat diperoleh dengan rumus:

n = Jumlah subjek yang diteliti.

= Standard Error dari Mean of Difference yang dapat diperoleh dengan rumus:

= Deviasi Standar dari Perbedaan antara Skor Variabel I dan Skor Variabel II, yang dapat diperoleh dengan rumus:

Kriteria pengujian: Terima jika < < dan ditolak.

2. Analisis Data a. Rata-rata

Rata-rata hitung atau rata-rata dilambangkan dengan (dibaca: eks-bar) untuk ukuran sampel (statistik) dan rata-rata populasi dilambangkan dengan dengan (dibaca: mu) untuk ukuran parameter.

Data ada yang memiliki frekuensi satu dan lebih dari satu. Rumus rata-ratanya adalah:


(54)

54 Keterangan:

= skor ujian

= frekuensi masing-masing skor b. Modus ( )

Modus adalah suatu peristiwa yang paling banyak muncul. Modus pada data kuantitatif adalah skor yang paling banyak frekuensinya di antara data lainnya.

c. Median ( )

Perhitungan rata-rata melibatkan seluruh data yang ada, median merupakan garis pembagi dari sekumpulan data menjadi dua bagian yang sama besarnya. Oleh karena itu, median adalah nilai tengah dari suatu data setelah diurutkan dari data terkecil ke data terbesar atau sebaliknya. Rumusnya:

d. Variansi ( )

Variansi adalah jumlah simpangan baku yang dikuadratkan. Rumusnya:

e. Simpangan Baku (s)

Simpangan Baku adalah akar dari jumlah simpangan skor dari rata-rata dibagi dengan banyaknya data.29

s =

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji metode kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran

B

Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), Cet. Ke-1, h.72


(55)

55

Bahasa dan Sastra Indonesia yang belum diketahui. Untuk itu perlu adanya penelitian tindak lanjut. Siklus PTK akan berakhir jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Perlu dicatat bahwa satu siklus PTK dapat terjadi pada satu atau lebih pertemuan.

M. Pengajuan Hipotesis

diterima jika ada peningkatan yang signifikan antara hasil pretest dengan hasil posttest dalam peningkatan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)”.


(56)

56 BAB IV

DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta pada kelas X. Hasil penelitian diperoleh dari hasil belajar selama satu siklus, meliputi penguasaan dan pemahaman (kognitif) siswa terhadap konsep yang disajikan, hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan-keterampilan proses skill (psikomotor), dan sebagai pelengkap data, maka peneliti memberikan jurnal siswa setelah penerapan pembelajaran selesai.

A. Deskripsi Data Sekolah

1. Sejarah dan Profil Sekolah

Pada tahun 1927 didirikan Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah

oleh Alm. KH. Abdullah Syafi‟ie, kemudian dilanjutkan oleh anak

-anaknya, yakni DR. Hj. Tutty Alawiyah AS dan KH. Abdul Rasyid AS (hingga sekarang). Pemberian nama As-Syafi‟iyah dilatarbelakangi untuk mengabadikan nama ayah dari Alm. KH. Abdullah Syafi‟ie, H Syafi‟ie, dan mazhab yang dianutnya, mazhab Imam Syafi‟ie. Berawal dari sebuah pengajian di Masjid Al-Barkah, Balimatraman, Alm. KH. Abdullah

Syafi‟ie memiliki keinginan untuk membuat madrasah, karena pada saat

itu, minim sekolah yang menggunakan sistem pesantren. Seiring berjalannya waktu, berdatanganlah santri dari segala penjuru, bahkan ada pula yang datang dari luar negeri.

Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah terdiri dari Raudhatul Athfal (TK), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), MadrasahTsanawiyah

(MTs, Madrasah Aliyah (MA), SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi. MA


(57)

57

Balimatraman No. 17 Jakarta Selatan. MA As-Syafi‟iyah berada di lantai 3 gedung Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah.

2. Visi

Pengembang diri islami unggul dalam prestasi.

3. Misi

a. Menanamkan keimanan dan akhlak mulia agar siswa memiliki pribadi yang tangguh, mandiri, disiplin, motivasi belajar, dan kepekaan sosial yang tinggi.

b. Menumbuhkan prestasi dan bakat siswa melalui kegiatan kurikuler, serta ekstrakurikuler agar dapat menguasai iptek.

4. Tujuan

Tujuan Perguruan Islam As-Syafi‟iyah adalah menyelenggarakan upaya-upaya pendidikan jamaah dan maslahatul ummahat dalam rangka:

a. Mendidik muslimin dan muslimat yang taat beragama, warga negara, dan warga masyarakat yang sadar akan tanggung jawabnya kepada Allah SWT.

b. Membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam arti kata seluas-luasnya serta menyiapkan tenaga ahli dan terampil yang berjiwa Islam yang mampu membangun kehidupannya sendiri dan kehidupan masyarakat yang adil makmur berdasarkan pancasila dan diridhoi Allah SWT.

c. Meningkatkan maslahatul ummahat atau kesejahteraan ummat baik moral maupun materil menuju kehidupan yang sehat jasmani dan rohani dalam rangka terlaksananya tugas-tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah dan hamba Allah SWT.


(58)

58

Visi dan misi di atas mencerminkan cita-cita MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta yang berwawasan keislaman. Menyesuaikan pada zaman era globalisasi yang syarat dengan kemajuan sains dan teknologi dengan berbagai keterampilannya, agar kelak lulusan MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta ini menjadi manusia yang beriman dan berakhlak.

Adapun struktur organisasi MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta sebagai berikut:

Gambar 3


(59)

59 5. Keadaan Guru

Peran guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam dunia pendidikan, mengingat keberadaannya sebagai tokoh sentral dalam pengajaran dan sangat dibutuhkan. Selain itu, guru juga mempunyai tanggung jawab yang besar dalam memajukan pendidikan untuk meningkatkan taraf kualitas dan kematangan peserta didiknya. Seorang guru diberi kepercayaan untuk mengajar, mendidik, dan mengambil keputusan pada lembaga kependidikannya, harus relevan dengan kualitas atau sesuai dengan kemampuan mengajarnya pada bidang tertentu. Hal ini juga terdapat pada MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta, yang selalu berupaya meningkatkan mutu kualitas pendidikannya.

Tabel 3

Daftar Nama Guru dan Karyawan MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012

No. Nama Jabatan & Bidang Studi

Pendidikan

1. Anwar Rusli, S.Ag., M.M. Kepala Madrasah S2 2. Hj. Linah Sulasiah, S.Pd. Wakil Kepala Madrasah S1 3. KH. M. Naseh

Abdurrahim

Al-Qur‟an Hadits Sarjana

Muda

4. Drs. H. Endang Sodikin Sejarah & Geografi S1 5. Drs. Abdul Rofiq MZ Al-Qur‟an Hadits &

Aqidah Akhlak

S1

6. KH. Abdurrahman Abdullah

Nahwu Shorof Pesantren

7. KH. M. Thuhur Thohir SKI & Ushul Fiqh S1 8. KH. Achmad Luthfi, BA Fiqh S1 9. Ramdan Nurdin, S.Kom. TIK S1 10. KH. M. Nazir Ahmad, LC Bahasa Arab S1


(60)

60

11. Andriyani, S.Kom. TIK S1 12. Afiyfah Lu'ai, S.Sos. Sosiologi & Ekonomi S1 13. Zuhriyah, S.Pd. Biologi & Seni Budaya S1 14. Sahrowardi, S.Pd. Fisika S1 15. Nurmawati, S.Pd. Kimia S1 16. Hafidz Kurnia, S.Sos,I. Penjaskes S1 17. Muhammad Idrus, S.Pd. Bahasa Indonesia S1 18. Ina Sakinah, S.Pd. Matematika S1 19. M. Komaruddin, S.Pd. Bahasa Inggris S1 20. Dra. Rosnani PKn & Geografi S1

21. Hj. Siti Komariah Staf PUS SMEA 22. Asep Nur Kholis Staf Administrasi Aliyah

23. Mar‟ah Mas‟ud Pramubakti SD

6. Jumlah Siswa

Tabel 4

Jumlah Siswa/i MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012

No. Kelas

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. X 10 15 25

2. XI 11 15 26

3. XII 14 12 26


(61)

61

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan 1. Deskripsi Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanaan ini diawali dengan pembuatan soal pretest dan soal posttest. Peneliti membuat soal-soal tersebut dengan melihat pedoman buku Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas X, Mahir Berbahasa Indonesia untuk Kelas X, dan 99% Lulus UN SMA IPA 2011. Kemudian peneliti melakukan uji validasi pada siswa kelas XI di salah satu SMA di daerah Manggarai, Jakarta Selatan. Jika soal tersebut ada yang tidak valid maka soal tersebut diganti atau tidak digunakan. Setelah uji validasi diperoleh, peneliti melakukan pertemuan secara langsung dengan pihak sekolah MA As-Syafi‟iyah 01 pada tanggal 19 Juli 2011, yakni dengan Bapak Anwar Rusli,S.Ag., M.M. selaku kepala sekolah dan Bapak Muhammad Idrus, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia. Adapun hal-hal yang didiskusikan meliputi:

a. Peneliti meminta izin untuk penelitian di MA As-Syafi‟iyah kepada Bapak Anwar Rusli, S.Ag., M.M selaku Kepala Sekolah.

b. Peneliti memberikan susunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disertai dengan materi pembelajaran kepada guru Bahasa Indonesia.

c. Peneliti mengajukan metode atau teknik mengajar yang akan diterapkan dalam penelitian tersebut, yakni dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). d. Peneliti mengajukan alokasi waktu yang dibutuhkan sebanyak dua kali

pertemuan untuk satu siklus. Akan tetapi, jika dalam pembelajaran itu belum ada perbaikan sesuai dengan tujuan utama PTK atau dikatakan penelitian itu belum berhasil, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

e. Peneliti memberikan model evaluasi pembelajaran atau penilaian dengan berbagai bentuk instrumen, baik instrumen tes kemampuan maupun instrumen nontes selama pembelajaran berlangsung.


(62)

62

f. Peneliti bersama dengan kepala sekolah dan guru Bahasa Indonesia menyepakati waktu yang tepat untuk pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada minggu berikutnya sesuai dengan jadwal yang ada di sekolah tersebut.

g. Pihak sekolah memberi informasi tentang Standar Kelulusan Belajar Minimal (SKBM) Bahasa Indonesia di MA As-Syafi‟iyah sebesar 65. Hasil data yang diperoleh peneliti dari penelitian berupa hasil pretest

dan posttest siswa dari kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Hasil tersebut kemudian dianalisis melalui tiga tahap, yaitu pengidentifikasian data, pengelolaan data, dan penafsiran hasil data. Semua hasil data akan diolah baik dalam angka maupun dalam bentuk deskripsi yang merupakan skor atau penilaian akhir setelah dirata-ratakan secara umum.

Dengan demikian, berdasarkan pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka peneliti bersama dengan guru Bahasa Indonesia menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai objek penelitian itu. Adapun kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh peneliti pada tanggal 25-26 Juli 2011. Siswa/i kelas X berjumlah 25 orang, yang terdiri dari 10 laki-laki dan 15 perempuan.


(63)

63

Gambar 4

Gedung Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi’iyah 01 Jakarta

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan Pertama

Kegiatan penelitian pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 25 Juli 2011, pada jam pelajaran ke-3 dan ke-4 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.

1) Pelaksanaan Tindakan (Planning)

Pelaksanaan penelitian diawali dengan memaparkan kepada siswa maksud adanya penelitian. Penelitian tersebut berkaitan dengan kemampuan pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Tujuannya agar para siswa lebih siap dan terkondisi dalam mengikuti pembelajaran atau prosedur dari penelitian tersebut yang juga sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Adapun perencanaan tindakan pembelajaran untuk pertemuan pertama sebagai berikut:


(64)

64

a) Guru membuka pelajaran dengan berdoa. b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

c) Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan cerpen untuk menggali pengetahuan awal siswa.

d) Guru memberikan pretest.

e) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 orang.

f) Guru membahas cerpen pretest dan soal pretest.

g) Siswa diminta mengidentifikasi unsur intrinsik pada cerpen

pretest.

h) Guru dan siswa menyimpulkan dan memberikan penilaian terhadap pembelajaran tersebut.

i) Pertemuan pertama ditutup dengan pemberian kuis tentang materi yang telah dipelajari.

2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Guru memulai kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan membaca doa sebagai pembuka pelajaran, mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran agar tujuan tercapai dengan baik, dan memeriksa daftar hadir siswa. Langkah awal sebelum masuk ke materi pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran dan metode yang digunakan serta memberikan pretest tentang pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.

Pembelajaran dimulai dengan guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan cerpen, tujuannya untuk menggali pengetahuan awal siswa. Sebagian besar siswa menjawab cerpen adalah bagian dari prosa. Ada juga yang menjawab cerpen terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Semua apersepsi mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan cerpen sudah baik dan guru mulai membagi siswa dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang.


(1)

(2)

(3)

178 Lampiran 28

FOTO KEGIATAN


(4)

179 Lampiran 29

RENCANA PENETAPAN

STANDAR KELULUSAN BELAJAR MINIMAL (SKBM) TAHUN PELAJARAN 2011/2012

No Mata Pelajaran Standar Kelulusan Keterangan 1 Pendidikan Agama Islam

1. Setiap siswa yang telah memenuhi SKBM dianggap tuntas/lulus

a. Al-Qur’a Hadits 70

b. Aqidah Akhlak 70

c. Fiqih 70

2. Setiap siswa yang belum memenuhi SKBM harus mengikuti remedial (maksimal 2 x) dan nilai hasil remedial tidak boleh melebihi nilai SKBM

d. SKI 70

2 Pkn 70

3 Bahasa Arab 70

4 Bahasa Indonesia 65

5 Bahasa Inggris 65

6 Matematika 65

7 Seni Budaya 70

8 Penjaskesor 70

9 Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Sejarah 65

b. Geografi 65

c. Ekonomi 65

d. Sosiologi 65

10 Ilmu Pengetahuan Alam


(5)

180

b. Kimia 65

c. Biologi 65

11 TI dan K 70

12 Muatan Lokal

a. Nahwu Shorof 70

b. Ushul Fiqh 70

Jakarta, 13 Juli 2011 Kepala Madrasah,


(6)

181

BIOGRAFI PENULIS

DURRAH NAFISAH, lahir di Jakarta, 16 Juni 1989. Menuntaskan pendidikan dasar di SDN 03 Pagi, Bukit Duri. Kemudian ia menuntut ilmu di SMP Negeri 33, Manggarai, Jakarta Selatan. Setelah itu, ia melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah di SMA Negeri 37 Jakarta. Ia meneruskan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, masuk pada tahun 2007. Ia mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Perempuan yang berasal dari suku Betawi ini tinggal di daerah Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Ia memiliki hobi membaca, menyanyi, dan berbisnis. Dengan hobi berbisnisnya ini, ia menjadi salah satu distributor Boneka Horta untuk wilayah DKI Jakarta. Selain sebagai mahasiswa, penulis juga merupakan anggota Initiatives of Change (IofC) Indonesia dan telah mengikuti Youth Camp pada tahun 2010.

Motto hidupnya adalah berusaha untuk selalu bersyukur dan yakin bahwa Allah SWT selalu memberikan jalan yang terbaik bagi hambaNya yang mau berusaha. Karena dengan bersyukur maka nikmat yang Allah SWT berikan akan bertambah. InsyaAllah. 


Dokumen yang terkait

Upaya peningkatan penguasaan konsep reaksi reduksi-oksidasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe stad: student teams achievement division

1 17 82

Upaya meningkatkan pemahaman konsep trigonometri siswa kelas X MA At-Tasyri Tangerang melalui model pembelajaran kooperatif metode course review horay

18 122 322

Peningkatan pemahaman wacana argumentasi melalui penerapan strategi PQ4R (penelitian tindakan pada siswa kelas XI SMA Islam Al-Mukhlisin)

1 18 89

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

0 8 223

Minat belajar sosiologi kooperatif dengan metode student team achievement division (STAD) kelas XI di MA Pembangunan UIN Jakarta

0 6 187

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Peningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasi melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif teknik student team Achievement division (STAD) : penelitian tindakan kelas pada siswa X SMA Yasih Bogor

1 27 140

Peningkatan pemahaman unsur interinsik pada cerpen melaui metode kooperatif tipe student teams achievement division (stad) (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X MA As-Syafi'iyah 01 Jkarta semester Ganjil, Tahun ajaran 2011/2012)

0 37 181

Peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

1 28 108

Pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (stad) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipa kelas iv materi perubahan lingkungan di mis islamiyah Londut tahun pelajaran 2017/2018 - Repository UIN Sumatera U

0 0 143