5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 6.
Bapak Drs. Maskun, M.H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus
sebagai penguji utama dalam skripsi ini. 7.
Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini.
8. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., Dosen Pembimbing II dalam penulisan
skripsi ini. 9.
Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
10. Teman-teman angkatan 2010, kakak tingkat dan adik tingkat terima kasih
atas bantuan kalian semua. 11.
Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 9 Februari 2015 Penulis,
Ardyansyah
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan yang sangat penting pada saat ini. Kreativitas sendiri mempunyai dua ciri yaitu kreativitas aptitude dan non-aptitude.
Kreativitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru dalam suatu kehidupan, baik individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh
lingkungannya karena mereka mampu memenuhi kebutuhan lingkungan yang terus berubah dan mampu untuk bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.
Guilford dalam Utami Munandar menyatakan “ciri-ciri aptitude dari kreativitas berfikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan fleksibilitas, dan orisinalitas dalam
berfikir, dan ciri-ciri ini dioperasionalisasikan dalam tes berfikir divergen. Hasil prestasi kreatif ikut ditentukan oleh ciri-ciri non-aptitude
afektif” Utami Munandar, 2009:11. Ciri-ciri yang menyangkut sikap dan perasaan seseorang disebut ciri-ciri
afektif dari kreatifitas Utami Munandar, 1992:51. Dalam kamus pendidikan, pengertian pendidikan dapat diartikan sebagai berikut:
“Kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang untuk mengembangkan kemampuan dan sikap-sikap serta bentuk-bentuk tingkah laku yang
bernilai positif dalam masyarakat dimana dia hidup” Tholib Kasan, 2005:2.
Selanjutnya disebutkan bahwa “Proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan terpilih dan terkontrol khusus di lingkungan sekolah sehingga
mereka dapat memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal” Tholib Kasan, 2005:3.
Pendapat di atas memperlihatkan bahwa sekolah merupakan suatu tempat dimana lingkungan sudah diatur untuk memperoleh kodisi atau iklim pendidikan yang
kondusif yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Setiap guru mata pelajaran mempunyai cara untuk meningkatkan kondisi belajar yang tinggi. Guru
mengaplikasikan hasil dari mengikuti suatu pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru. Saat ini banyak sekali
model pembelajaran baru yang dapat mendukung proses pembelajaran di kelas, tentunya model itu mempunyai tatacara pelaksanaan yang berbeda antara satu dengan
yang lain. Salah satu dari model tersebut adalah group investigation, secara umum model
ini mengorganisasi kelas dalam beberapa kelompok yang dibentuk sendiri oleh siswa dengan anggota 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari
keseluruhan pokok bahasan yang akan diajarkan, dan kemudian menghasilkan laporan kelompok selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan laporan ke
seluruh kelas, untuk berbagi dan bertukar informasi Tukiran Taniredja et al, 2009:74.
Menurut Shran Sharan 1992 dalam Tukiran Taniredja “karakteristik unik investigasi kelompok ada pada integrasi dari empat fitur dasar yaitu investigasi,
interaksi, penaf siran, dan motivasi intrinsik” Tukiran Taniredja et al, 2009:75.
“Investigasi kelompok meningkatkan minat pribadi mereka untuk mencari informasi
yang mereka perlukan. Penyelidikan mereka mendatangkan motivasi kuat lain yang muncul dari interaksi meraka
dengan orang lain” Tukiran Taniredja, 2009:148-149.
Saat proses penelitian dilakukan, kurikulum 2013 digunakan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang diterapkan pada kelas X dan kelas XI. Kurikulum ini
diarahkan pada kemandirian siswa, serta kreativitas siswa yang benar-benar dipupuk agar siswa dapat berkembang, juga kejujuran, keberanian dalam mengungkapkan apa
yang dialami siswa juga dirangsang, kurikulum ini di cipta untuk menjawab kebutuhan global yang sekarang mengarah pada kreativitas dan kejujuran.
Sekolah yang menjadi tempat untuk dilakukan penelitian ini adalah SMA Negeri 9 Bandar Lampung. SMA tersebut terpilih dengan alasan atau pertimbangan karena
secara umum siswa-siswinya mempunyai potensi yang bagus. SMAN 9 kelas X menggunakan kurikulum 2013 dan kelas XI, XII menggunakan KTSP. Proses
pembelajaran di SMAN 9 memakai Sistem Kredit Semester SKS, jadi siswa tiap semesternya mengambil beberapa SKS yang harus ditempuh, apabila dalam proses
akhir nilai siswa dinyatakan tidak memenuhi standar, maka di akhir Proses Belajar Mengajar PBM siswa harus mengambil remedial yang berguna untuk memperbaiki
nilainya. Proses pembelajaran yang ada di kelas-kelas hampir tidak ada lagi metode ceramah yang dilakukan oleh guru, jadi siswa belajar dengan kelompok diskusi,
sementara guru hanya bertindak sebagai pengontrol kelas. Melihat kondisi pembelajaran di SMAN 9 diharapkan bisa menjadi subjek penelitian yang memenuhi
harapan peneliti.
Model group investigation yang digunakan paa saat pembelajaran akan memunculkan kreativitas siswa, baik kreativitas aptitude berfikir kreatif dan kreativitas non-
aptitude afektif. Peneliti memilih Pembelajaran Sejarah karena pembelajaran ini dipandang mampu menimbulkan suatu bahasan masalah menarik yang dapat
meningkatkan dialog kelompok.
B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model group investigation memunculkan kreativitas aptitude siswa pada
Pembelajaran Sejarah. 2.
Model group investigation memunculkan kreativitas non-aptitude siswa pada Pembelajaran Sejarah.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi untuk melihat kreativitas non-aptitude
menggunakan model group investigation dalam pembelajaran sejarah siswa kelas X IIS 4 di SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 20142015.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar capaian kreativitas non-aptitude yang diperoleh menggunakan model
group investigation dalam pembelajaran sejarah siswa kelas X IIS 4 di SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 20142015?
C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah untuk mengetahui seberapa besar capaian kreativitas non-aptitude
yang diperoleh menggunakan model group investigation dalam pembelajaran sejarah siswa kelas X IIS 4 di SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 20142015.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah: Memberikan informasi kepada warga SMA Negeri 9 Bandar Lampung bahwa
ketercapaian kreativitas non-aptitude siswa yang diperoleh menggunakan model group investigation dalam pembelajaran sejarah siswa kelas X IIS 4 di SMA Negeri 9
Bandar Lampung tahun pelajaran 20142015. Menambah wawasan bagi para pembaca mengenai Pembelajaran Sejarah menggunakan model group investigation
serta aspek kreativitas non-aptitude siswa pada Pembelajaran Sejarah.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
a. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan, khususnya pendidikan sejarah.
b. Ruang Lingkup Subjek
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IIS 4 di SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun pelajaran 20142015.
c. Ruang Lingkup Objek
Objek penelitian ini adalah kreativitas non-aptitude siswa kelas X IIS 4 di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.
d. Ruang Lingkup Wilayah
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.
e. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan 18 Agustus 2014 sampai dengan 20 September 2014.
REFERENSI
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm. 11
Munandar, Utami.1992. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. Gramedia. Jakarta. Hlm. 51
Tholib Kasan. 2005. Dasar-dasar Pendidikan. Studia Press. Jakarta Timur. Hlm. 2 Ibid. Hlm. 3
Tukiran Taniredja et al.2013. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Alfabeta. Bandung. Hlm. 74
Ibid. Hlm. 75 Ibid. Hlm. 148-149
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini akan diuraikan beberapa konsep yang dapat dijadikan landasan teori untuk melakukan penelitian yang benar, adapun tinjauan pustaka dalam
penelitian ini meliputi:
1.Konsep Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan. Belajar juga selalu mengaitkan pemberi ilmu dan penerima ilmu,
serta mengalami perubahan pada dua belah pihak.Arthur T. Jersild dalam Syaiful Sagala menyatakan bahwa belajar adalah
“modification of behavior through experience and training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena
pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan. Dalam mengalami itu anak belajar terus menerus antara anak didik dengan lingkungannya
secara sadar dan sengaja” Syaiful Sagala, 2013:12.
Belajar menurut Morgan 1978 dalam Syaiful Sagala adalah “setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman” Syaiful Sagala, 2013:13. Menurut Gage 1984 dalam buku yang dikutip Syaiful Sagala yaitu:
Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Hendry E. Garret