Putusan Pengadilan TINJAUAN PUSTAKA

B. Putusan Pengadilan

1. Pengertian Putusan Pengadilan Putusan atau pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka disebut dengan putusan pengadilan, sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1 butir ke 11 KUHAP yang menyatakan bahwa: “Putusan pengadilan merupakan pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang tebuka yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang- undang ini.” Adapun dalam persidangan perkara pidana, sesudah pemeriksaan dinyatakan tertutup, hakim mengadakan musyawarah terakhir untuk mengambil keputusan. Apabila dipandang perlu, maka musyawarah tersebut diadakan setelah terdakwa, saksi, penasehat hukum dan hadirin meninggalkan ruang sidang. Selanjutnya dalam musyawarah tersebut, hakim ketua majelis mengajukan pertanyaan yang dimulai dari hakim termuda sampai hakim yang tertua. Sedangkan yang terakhir mengemukakan pendapatnya adalah hakim ketua majelis, dan semua pendapat harus disertai pertimbangan beserta alasannya. 21 Pengambilan putusan oleh hakim di pengadilan adalah didasarkan pada surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam sidang pengadilan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 191 KUHAP. Dengan demikian surat dakwaan dari penuntut umum merupakan dasar hukum acara pidana, karena dengan berdasarkan pada dakwaan itulah pemeriksaan sidang pengadilan itu dilakukan. Suatu 21 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Pasal 182 ayat 2. persidangan di pengadilan seorang hakim tidak dapat menjatuhkan pidana diluar batas-batas dakwaan. 22 Walaupun surat dakwaan merupakan dasar bagi hakim untuk menjatuhkan putusan, tetapi hakim tidak terikat pada surat dakwaan tersebut. Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. 23 2. Pelaksanaan Putusan PengadilanEksekusi Secara umum proses penegakan hukum pidana dalam sistem peradilan dilaksanakan secara bertahap, yang dimulai dari tahappenyidikan, tahap penuntutan, tahap pemeriksaan di sidang pengadilan serta tahap pelaksanaan putusan pengadilan. Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirim salinan surat keputusan kepadanya. 24 Pejabat yang diberi wewenang oleh undang- undang untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap adalah jaksa. 25 Ketentuan-ketentuan di atas menunjukan bahwa pelaksanaan putusan pengadilan ditegaskan oleh Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dengan menyebut “jaksa”. Hal ini tentunya berbeda dengan penuntutan seperti penahanan, dakwaan, tuntutan dan lain-lain yang disebut sebagai penuntutan umum. Pelaksanaan putusan pengadilan yang juga disebut eksekusi pada dasarnya hanya bersifat 22 Andi hamzah, Delik-delik Tertentu Dalam KUHP, 1983, hlm. 167. 23 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Pasal 183. 24 Ibid., Pasal 270. 25 Ibid., Pasal 1 butir 6 huruf a. administratif, hal ini didasarkan pada surat Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor KEP-120J.A121992 tentang administratif perkara tindak pidana, dimana juga disbeutkan bahwa eksekusi baru dapat dilaksanakan oleh jaksa apabila telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

C. Tindak Pidana Korupsi

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

1 140 155

Tindak Pidana Korupsi yang Dilakukan Oleh CV Pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Kota Binjai (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tipikor Nomor 05/Pid.Sus K/2011/PN Medan)

7 61 152

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

3 98 139

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN TERHADAP CALON JEMAAH UMRAH (Studi Kasus Perkara Nomor: 758/Pid.B/2011/PN.TK)

2 8 45

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri No.06/PID.TPK/2011/PN.TK )

0 9 60

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG DALAM PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN TANAH PLTU (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri No.22/PID.TPK/2012/PN.TK )

0 8 49

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI TENDER PERBAIKAN JALAN (Studi Putusan Nomor : 07/PID.TPK/2011/PN.TK)

0 4 49

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEGAWAI PDAM WAY RILAU BANDAR LAMPUNG YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN SOLAR (Studi Putusan Nomor: 21/PID/TPK/2012.PN.TK)

4 34 65

ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA YANG SAMA TERHADAP PARA PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN (Studi Putusan Pengadilan Nomor 51/Pid.Tpk/2013/PN.TK)

0 7 54