Putusan Pengadilan TINJAUAN PUSTAKA

32 pendapat harus disertai pertimbangan alasannya KUHAP Pasal 182 ayat 2 sampai ayat 5. Jika dalam musyawarah tersebut tidak tercapai mufakat maka keputusan diambil dengan suara terbanyak, apabila tidak juga dapat diperoleh putusan yang dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa. Pelaksanaan putusan itu dicatat dalam buku himpunan putusan yang disediakan khusus untuk keperluan itu dan isi buku tersebut rahasia sifatnya. Ketentuan Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang No.4 tahun 2004 jo. Undang- Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa : “Segala putusan pengadilan selain harus membuat alasan dan dasar putusan tersebut, memuat pula Pasal tertentu peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hokum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili”. Putusan hakim merupakan pertanggungjawaban hakim dalam melaksanakan tugasnya untuk menerima, memeriksa dan memutuskan pekara yang diajukan kepadanya, dimana pertangungjawaban tersebut tidak hanya diajukan kepada hokum, dirinya sendiri atau kepada masyarakat luas, tetapi lebih penting lagi putusan itu harus dapat dipertangungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

E. Putusan Pengadilan

1. Putusan Pengadilan Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau lepas dari segala tuntutan 33 hukum dalam hal serta menuntut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini Pasal 1 Butir 11 KUHAP. Jenis putusan pengadilan tersebut diatur dalam Pasal 191 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP : 2. Putusan yang membebaskan terdakwa. 3. Putusan yang membenarkan tuduhan jaksa, tetapi perbuatan terdakwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum. 4. Putusan yang menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa. 2. Acara Pengambilan Keputusan. Pada Pasal 182 ayat 5 KUHAP diatur bahwa sedapat mungkin musyawarah majelis merupakan pemufakatan bulat, kecuali jika hal itu diusahakan sungguh- sungguh tidak dapat dicapai, maka ditempuh dua cara yaitu : 1. Putusan diambil dengan suara terbanyak. 2. Jika ketentuan tersebut huruf a tidak diperoleh, putusan yang dipilih adalah Hakim yang saling menguntungkan terdakwa. 3. Isi Keputusan Pengadilan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman disebutkan : “Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum”. Isi rumusan pengadilan tersebut harus memuat hal-hal yang seperti tertera pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 4 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yaitu : 34 a. Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan itu, juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu dari peraturan- peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. b. Tiap putusan pengadilan ditandatangani oleh ketua serta Hakim yang memutuskan dan panitera yang ikut bersidang. 35 DAFTAR PUSTAKA Abdul Hakim, 1994. Politik Hukum Indonesia, Jakarta: Yayasan. Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1996 Cotterrell, Roger. The Sociology of Law an Introduction, London: Butterworths, 1984. Huijbers, Theo, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1991: 24. Kusumaatmadja, Mochtar, 1986, Fungsi dan Perkem-bangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Bandung: Binacipta. Muladi Barda Nawawi Arif. 1992. Teori-teori dan Kebijakan Pidana.cet.3.Alumni.Bandung. P.A.F. Lamintang, dan C. Djisman Samosir, 1981. Delik-delik Khusus, Tarsito, Bandung Pound, Roscoe , Filsafat Hukum, Jakarta: Bhratara. 1989 Rahardjo, Satjipto, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru, 1983. Saleh, Roeslan,. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta. 1998. Saifudien, 2001. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bhakti Weber, Max dalam A.A.G. Peters dan Koesriani Siswosoebroto, Hukum dan Perkembangan Sosial Buku I, Jakarta: Sinar Harapan, 1988. Wirjono Prodjodikoro, 1996. Hukum Acara Pidana Indonesia. Bandung : Sumur Bandung Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Berdasarkan klasifikasi penelitian hukum baik yang bersifat normatif maupun yang bersifat empiris serta ciri-cirinya, maka pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan Yuridis Normatif Library Research

Pendekatan yuridis normatif dilakukan melalui studi kepustakaan, dengan cara mempelajari buku-buku, bahan-bahan bacaan literatur peraturan perundang- undangan yang menunjang dan berhubungan sebagai penelaahan hukum terhadap kaedah yang dianggap sesuai dengan penelitian hukum tertulis. Penelitian normatif terhadap hal-hal yang bersifat teoritis asas-asas hukum, dasar hukum dan konsep-konsep hukum. Pendekatan ini dilaksanakan dengan mempelajari norma atau kaidah hukum yaitu Undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya serta literatur-literatur yang berhubungan dengan tindak pidana penipuan.

2. Pendekatan Yuridis Empiris

Pendekatan yuridis empiris adalah menelaah hukum terhadap objek penelitian sebagai pola perilaku yang nyata dalam masyarakat yang ditujukan kepada penerapan hukum yang berkaitan dengan penyelesaian hukum yang dapat

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT ( Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Menggala Nomor 199/PID.B/2011/PN.MGL )

0 12 64

ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM PEREKRUTAN ANGGOTA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) (Studi Kasus Putusan Pengadilan No:687/Pid.B/2011/PN.TK.)

1 7 60

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN PENGANGKUTAN BAHAN BAKAR MINYAK (Studi Putusan Pengadilan Negeri Nomor 505/Pid.B/2012/PN.TK)

1 19 58

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGELAPAN SERTIFIKAT JUAL BELI TANAH (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri No 659/PIDB/2011)

0 9 55

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN TERHADAP CALON JEMAAH UMRAH (Studi Kasus Perkara Nomor: 758/Pid.B/2011/PN.TK)

2 8 45

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri No.06/PID.TPK/2011/PN.TK )

0 9 60

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PERBANKAN (Studi Putusan Nomor: 483/Pid.Sus./2013/PN.TK)

4 44 70

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI DANA TILANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (Studi Putusan Nomor: 32/Pid.TPK/2014/PN.TJK)

0 9 53

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN (Studi Kasus Perkara Nomor 137/Pid.B/2014/PN.BU)

0 4 53

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN DENGAN MENGGUNAKAN IDENTITAS PALSU SEBAGAI POLISI (Studi Putusan No. 1287Pid.B2014PN-Tjk) (Jurnal)

0 0 14