Hubungan Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) Dan Tumbuh Kembang Balita Di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Tahun 2009

(1)

HUBUNGAN KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA (BKB) DAN TUMBUH KEMBANG BALITA DI KELURAHAN SIMPANG TETAP

DARUL ICHSAN KECAMATAN DUMAI BARAT KOTA DUMAI TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000153 NOVITA SARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA (BKB) DAN TUMBUH KEMBANG BALITA DI KELURAHAN SIMPANG TETAP

DARUL ICHSAN KECAMATAN DUMAI BARAT KOTA DUMAI TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000153 NOVITA SARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judu l

HUBUNGAN KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA (BKB) DAN TUMBUH KEMBANG BALITA DI KELURAHAN SIMPANG TETAP

DARUL ICHSAN KECAMATAN DUMAI BARAT KOTA DUMAI TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

061000153 NOVITA SARI

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi

Pada Tanggal 09 Juni 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Ernawati Nasution, SKM., M.Kes) (Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si NIP. 197002121995012001 NIP. 196806161993032003

)

Penguji II Penguji III

(Dra. Jumirah, Apt., M.Kes) (Ferry, S.H., S.Si., AMG., DC. Nutri., M.Kes NIP. 195803151988112001 NIP. 196905241993031001

)

Medan, Juni 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(4)

ABSTRAK

Bina Keluarga Balita (BKB) adalah salah satu media pelayanan kesehatan yang memiliki berbagai jenis kegiatan yaitu penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Eduaktif (APE). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kegiatan BKB dengan tumbuh kembang balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai pada tahun 2009.

Penelitian analitik dengan desain cross sectional. Populasi dan sampel adalah seluruh balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan. Pengumpulan data meliputi data primer melalui wawancara dan data sekunder dari Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan. Data dianalisis dengan uji chi square pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kegiatan penyuluhan dengan status gizi BB/U (p=0,007), status gizi PB/U atau TB/U (p=0,024), status gizi BB/PB atau BB/TB (p=0,009) dan perkembangan (p=0,003). Hasil uji bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kegiatan bermain dengan APE dengan status gizi BB/U (p=0,082), status gizi PB/U atau TB/U (p=0,070) dan status gizi BB/PB atau BB/TB (p=0,457). Tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan bermain dengan APE dengan perkembangan balita (p=0,017).

Ibu balita selalu rutin membawa anaknya ke BKB setiap bulan agar menerima materi penyuluhan dan pengajaran APE yang lengkap dan BKB P3A meningkatkan kinerja BKB dan memperluas cakupan BKB ke wilayah yang belum terjangkau.


(5)

ABSTRACT

Bina Keluarga Balita (BKB) is one of health service media in which have a variety of activities, including of counseling and playing with Educative Game Tools (EGT). The aims of the research was determine the relationship of the BKB activities with the growth and development children under five in Simpang Tetap Darul Ichsan Village, West Dumai Sub-District, Dumai district in 2009.

The research was an analytical study using cross sectional design. Pupulations and samples of this research are all children under five in Simpang Tetap Darul Ichsan Village. Data in this research includes primary data collected by interviews and secondary data from Simpang Tetap Darul Ichsan Village. Data were analyzed using chi-square test at 95% confidence level.

Bivariate test results indicate a significant relationship beetwen the counseling activities with children under five nutrition status based on weight by age (p=0,007), toddler nutrition status based on height by age (p=0,024), children under five nutrition status based on weight by height (p=0,009), and children under five development (p=0,003). Bivariate test results indicate no significant relationship beetwen the playing with APE activities with children under five nutrition status based on weight by age (p=0,082), children under five nutrition status based on height by age (p=0,070), children under five nutrition status based on weight by height (p=0,457). But there is a significant relationship beetwen playing with APE activities with children under five development (p=0,017).

Mothers always routinely bring their children under five to BKB every month in order to receive a complete counseling materials and teaching APE and BKB P3A can improve BKB performance and expand the BKB scope to unchievable areas.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Novita Sari

Tempat/Tanggal Lahir : Dumai, 08 September 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang

Alamat Rumah : Jl. Dock Gg. Serai No.6 Kelurahan Simpang Tetap

Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 010 Dumai

2. Tahun 2000-2003 : SMP Negeri 4 Dumai 3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 1 Dumai 4. Tahun 2006-2010 : FKM USU Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya bagi Allah SWT.karena atas karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman. Adapun judul Skripsi ini adalah “Hubungan

Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) Dan Tumbuh Kembang Balita Di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Tahun 2009”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt., M.Kes, selaku Kepala Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ernawati Nasution, SKM., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan, diskusi, bimbingan, nasehat, dan pelajaran berharga selama proses penyelesaian Skripsi ini.


(8)

4. Ibu Dra. Jumirah, Apt., M.Kes dan Bapak Ferry, S.H., S.Si., AMG., DC. Nutri., M.Kes selaku dosen penguji penulis yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuan, saran, dan nasihat yang membangun bagi penulis dalm penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Staf Pengajar pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis hingga akhir studi dan pegawai administrasi di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.

6. Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik Penulis. 7. Ibu Hj. Jasmawar, selaku Lurah di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Ayahanda Nafli Munaf dan Ibunda Marsida tercinta terima kasih penulis

haturkan atas segala cinta dan kasih mereka yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do’anya demi kesuksesan penulis.

9. Ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga penulis; Abangku Muhammad Navaro, ST dan adikku Mohammad Azhar Sulaiman yang telah banyak memberi dukungan dan semangat kepada penulis untuk terus mengejar cita-cita.

10. Kepada kekasihku Haryadi Dwi Putera Hasman, S.Sos yang menjadi motivator dan penyemangat bagi penulis, terima kasih telah menemani penulis di kala suka maupun duka.

11. Ucapan terima kasih kepada Kepada kakanda Windi Wiguna, ST atas segala bantuan dan kebersamaannya kepada penulis.


(9)

12. My Best Friend (KpimPing) Sylvia Azhari SKM, Asri Budiningsih, Aysyahtun Hasanah Siregar, Neni Simanjuntak, Gabriella Stefani.

13. Teman-teman mahasiswa sejawat angkatan 2006, serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dilanjutkan oleh rekan-rekan mahasiswa lain.

Medan, Juni 2010 Penulis


(10)

DAFTAR ISI Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Bina Keluarga Balita (BKB) ... 7

2.1.1. Dasar Pembentukan BKB ... 7

2.1.2. Ciri Khusus Program BKB ... 7

2.1.3. Tujuan BKB ... 8

2.2. Kegiatan BKB ... 8

2.2.1. Penyuluhan BKB... 10

2.2.1.1. Pengertian Penyuluhan ... 10

2.2.1.2. Materi Penyuluhan BKB ... 11

2.2.1.3. Pengelolaan Penyuluhan BKB ... 11

2.2.2. Alat Permainan Edukatif (APE)... 13

2.2.3. Kartu Kembang Anak (KKA) ... 16

2.3. Pertumbuhan... 17

2.3.1. Konsep Pertumbuhan ... 17

2.3.2. Pemantauan Pertumbuhan ... 19

2.4. Perkembangan ... 22

2.4.1. Konsep Perkembangan ... 22

2.4.2. Pemantauan Perkembangan ... 22

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 25

2.6. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.4.1. Data Primer ... 27

3.4.2. Data Sekunder ... 27

3.5. Instrumen Penelitian ... 27

3.6 Definisi Operasional ... 28


(11)

3.7.1. Variabel Independen ... 29

3.7.2. Variabel Dependen ... 30

3.8. Teknik Pengolahan Data ... 32

3.9. Analisa Data ... 32

3.9.1. Analisa Univariat ... 32

3.9.2. Analisa Bivariat ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan ... 33

4.1.1 Geografis ... 33

4.1.1 Demografi ... 33

4.2. Gambaran Umum Responden ... 36

4.3. Karakteristik Balita ... 38

4.4. Gambaran Umum Bina Keluarga Balita (BKB) di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan ... 39

4.5. Analisis Univariat ... 40

4.5.1 Varibael Independen ... 40

4.5.2 Varibael Dependen... ... 41

4.6. Analisa Bivariat ... 43

BAB V PEMBAHASAN ... 50

5.1. Hubungan Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dengan Pertumbuhan... ... 50

5.1.1. Hubungan Kegiatan Penyuluhan dengan Tumbuh Kembang Balita ... 50

5.1.2. Hubungan Kegiatan Bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan Tumbuh Kembang Balita ... ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1. Kesimpulan ... 57

6.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN :

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian di BKB Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian di BKB Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan

Lampiran 3. Kuesioner penelitian Lampiran 4. Master Data


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Jenis Permainan APE Standar BKB ... 16

Tabel 2.2 Baku Antropometri Menurut Standar WHO 2005 ... 21

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan

Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 33

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan Simpang

Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 34

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Kelurahan Simpang

Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 34

Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 35

Tabel 4.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan

Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 35

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan

Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 36

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan

Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 36

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan

Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 37

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Kelurahan Simpang

Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 37

Tabel 4.10 Distribusi Balita Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan

Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 38

Tabel 4.11 Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan

Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 38

Tabel 4.12 Distribusi Kelengkapan Jumlah Materi Penyuluhan Yang

Diterima di BKB Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 40

Tabel 4.13 Distribusi Kelengkapan Cara Bermain dengan Alat Permainan

Edukatif (APE) yang Diterima di BKB Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 41

Tabel 4.14 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan menurut

Umur (BB/U) di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 41

Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Panjang Badan menurut

Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 42

Tabel 4.16 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan menurut

Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 .. 42

Tabel 4.17 Distribusi Balita Berdasarkan Perkembangan di Kelurahan

Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 ... 43

Tabel 4.18 Penyuluhan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan


(13)

Tabel 4.19 Bermain dengan APE dengan Status Gizi Balita Berdasarkan

Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ... 45

Tabel 4.20 Penyuluhan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan Panjang

Badan Menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ... 45

Tabel 4.21 Bermain dengan APE dengan Status Gizi Balita Berdasarkan

Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)... 46

Tabel 4.22 Penyuluhan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan

menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) ... 47

Tabel 4.23 Bermain dengan APE dengan Status Gizi Balita Berdasarkan

Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)... 48

Tabel 4.24 Penyuluhan dengan Perkembangan Balita ... 48


(14)

ABSTRAK

Bina Keluarga Balita (BKB) adalah salah satu media pelayanan kesehatan yang memiliki berbagai jenis kegiatan yaitu penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Eduaktif (APE). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kegiatan BKB dengan tumbuh kembang balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai pada tahun 2009.

Penelitian analitik dengan desain cross sectional. Populasi dan sampel adalah seluruh balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan. Pengumpulan data meliputi data primer melalui wawancara dan data sekunder dari Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan. Data dianalisis dengan uji chi square pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kegiatan penyuluhan dengan status gizi BB/U (p=0,007), status gizi PB/U atau TB/U (p=0,024), status gizi BB/PB atau BB/TB (p=0,009) dan perkembangan (p=0,003). Hasil uji bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kegiatan bermain dengan APE dengan status gizi BB/U (p=0,082), status gizi PB/U atau TB/U (p=0,070) dan status gizi BB/PB atau BB/TB (p=0,457). Tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan bermain dengan APE dengan perkembangan balita (p=0,017).

Ibu balita selalu rutin membawa anaknya ke BKB setiap bulan agar menerima materi penyuluhan dan pengajaran APE yang lengkap dan BKB P3A meningkatkan kinerja BKB dan memperluas cakupan BKB ke wilayah yang belum terjangkau.


(15)

ABSTRACT

Bina Keluarga Balita (BKB) is one of health service media in which have a variety of activities, including of counseling and playing with Educative Game Tools (EGT). The aims of the research was determine the relationship of the BKB activities with the growth and development children under five in Simpang Tetap Darul Ichsan Village, West Dumai Sub-District, Dumai district in 2009.

The research was an analytical study using cross sectional design. Pupulations and samples of this research are all children under five in Simpang Tetap Darul Ichsan Village. Data in this research includes primary data collected by interviews and secondary data from Simpang Tetap Darul Ichsan Village. Data were analyzed using chi-square test at 95% confidence level.

Bivariate test results indicate a significant relationship beetwen the counseling activities with children under five nutrition status based on weight by age (p=0,007), toddler nutrition status based on height by age (p=0,024), children under five nutrition status based on weight by height (p=0,009), and children under five development (p=0,003). Bivariate test results indicate no significant relationship beetwen the playing with APE activities with children under five nutrition status based on weight by age (p=0,082), children under five nutrition status based on height by age (p=0,070), children under five nutrition status based on weight by height (p=0,457). But there is a significant relationship beetwen playing with APE activities with children under five development (p=0,017).

Mothers always routinely bring their children under five to BKB every month in order to receive a complete counseling materials and teaching APE and BKB P3A can improve BKB performance and expand the BKB scope to unchievable areas.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan. Salah satu hal yang harus diperhatikan secara khusus adalah masalah pembinaan dan pengembangan sedini mungkin yaitu sejak masih dalam kandungan dan semasa balita.

Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan tumbuh kembang anak diselenggarakan secara holistik sebagai bagian integral dari upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan perlindungan ibu dan anak (BKKBN, 2002).

Bina Keluaraga Balita (BKB) adalah salah satu media pelayanan kesehatan yang memiliki berbagai jenis kegiatan yaitu penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Eduaktif (APE). Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tentang pentingnya proses tumbuh kembang balita serta meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia (Soetjiningsih, 1995).

Sebelum BKB berdiri, pemerintah lebih memperhatikan aspek pertumbuhan fisik balita, antara lain melalui berbagai usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, dan sebagainya. Oleh karena itu, BKB


(17)

didirikan untuk melengkapi program yang telah ada dengan perhatian pada pertumbuhan dan perkembangan balita (BKKBN, 1992).

Program BKB ini dimulai pada tahun anggaran 1981 dengan uji coba di 3 desa lokasi perbaikan kampung, yaitu Cirebon, Semarang dan Ujung Pandang. Dalam masa ini telah pula dilakukan hal-hal yang berkaitan dengan aspek manajemen program. Selanjutnya, BKB terus dikembangkan menjadi proyek percontohan di 27 propinsi secara bertahap. Sehingga pada tanggal 25-26 Januari 1990 melalui seminar nasional tentang pengembangan BKB, tercapai kesepakatan dan menetapkan sasaran jangkauan desa per propinsi untuk Pelita V, yang keseluruhannya berjumlah 17.573 desa di seluruh Indonesia (BKKBN, 1992).

Pelaksanaan Program BKB di kota Dumai telah dimulai sejak tahun 2002. Sedangkan di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan sendiri, BKB dimulai pada tahun 2007 hingga saat ini. Dalam rentang waktu tersebut BKB telah mampu menjalankan dua kegiatan antara lain penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE) pada balita. Penyuluhan BKB adalah pemberian materi pada setiap ibu yang mempunyai balita yang datang waktu pelaksanaan BKB tentang Integrasi KB dengan BKB, konsep diri ibu dan peran ibu dalam pendidikan balita, proses tumbuh kembang anak, gerakan kasar, gerakan halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif, kecerdasan, menolong diri sendiri, dan tingkah laku sosial. Sedangkan untuk kegiatan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE) dilakukan oleh balita pada setiap kelompok umur balita dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang didampingi oleh kader dan ibu anak balita. Dalam kegiatan


(18)

Permainan Edukatif (APE) yang telah diberikan dan distandarisasi oleh Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BKB P3A) Kota Dumai.

Pelayanan kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu membina dan mengembangkan anak khusunya semasa balita. Pemerintah mulai mengarahkan perhatian pada dua aspek yaitu aspek fisik dan pembinaan dimensi mental intelektual yang akhirnya membentuk pertumbuhan dan perkembangan yang sempurna (Soetjiningsih, 1995).

Pembinaan tumbuh kembang balita merupakan serangkaian kegiatan yang sifatnya berkelanjutan antara lain berupa peningkatan kesejahteraan anak pada pemenuhan kebutuhan dasar dan hak-hak anak seperti makanan, kesehatan, perlindungan, memperoleh kasih sayang, interaksi, rasa aman dan stimulasi serta kesempatan belajar (BKKBN, 2007). Pembinaan perkembangan anak yang dilaksanakan secara tepat dan terarah menjamin anak tumbuh kembang secara optimal sehingga menjadi manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, kreatif, produktif, bertanggungjawab dan berguna bagi bangsa dan negara.

Hal tersebut mengandung konsekuensi dalam pembinaan kesehatan bayi dan balita. Bayi dan balita yang telah selamat dari ancaman kematian perlu mendapat perhatian agar mereka dapat mencapai kualitas hidup yang baik. Dalam kehidupan manusia, masa balita disebut golden period atau masa keemasan dimana pada masa ini pertumbuhan fisik dan mental serta intelektual berkembang secara cepat. Pada masa ini pula terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berpikir dan berbicara


(19)

serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif, dan awal pertumbuhan moral (BKKBN, 2007).

Dari hasil penelitian Yunanda (2009) pada anak usia 36-59 bulan di Desa Tulaan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil diketahui persentase pertumbuhan anak yang berstatus gizi normal pada kelompok peserta BKB sebesar 83,33%, sedangkan pada kelompok bukan peserta BKB sebesar 76,67%. Pada persentase perkembangan anak yang normal diketahui pada kelompok peserta BKB sebesar 76,67%, sedangkan pada kelompok bukan peserta BKB sebesar 46,67%. Ternyata tidak terdapat perbedaan yang terlalu banyak pada pertumbuhan anak pada kelompok peserta dan bukan peserta BKB. Hal ini disebabkan oleh ibu yang menjadi responden setiap bulan memantau pertumbuhan anaknya ke posyandu. Sedangkan pada perkembangan anak mengalami perbedaan karena anak pada kelompok peserta BKB mendapatkan rangsangan perkembangan dari ibunya serta dipantau secara teratur oleh kader BKB. Sementara anak pada kelompok bukan peserta BKB tidak mendapatkan rangsangan perkembangan dan tidak memantau perkembangan anak.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa aspek yang terdapat dalam kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB), seperti penyuluhan dan bermain dengan APE (Alat Permainan Edukatif). Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti ingin mengetahui proses pelaksanaan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) sehingga dapat diketahui secara jauh kegiatan telah dapat diterima dan dimengerti masyarakat.


(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dengan tumbuh kembang balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat 2009.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dengan tumbuh kembang balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Tahun 2009.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kegiatan BKB {penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE)} di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat

2. Untuk mengetahui pertumbuhan balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat

3. Untuk mengetahui perkembangan balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat

4. Untuk mengetahui hubungan kegiatan penyuluhan dengan pertumbuhan dan perkembangan balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat


(21)

5. Untuk mengetahui hubungan kegiatan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan pertumbuhan dan perkembangan balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi pihak Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan sektor lain dalam menindak lanjuti kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) yang ada di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan, sehingga masyarakat benar-benar merasakan bahwa Bina Keluarga Balita (BKB) tersebut memberi manfaat yang besar bagi mereka.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.1.1 Dasar Pembentukan BKB

Program BKB dicanangkan Bapak Soeharto pada hari ibu tahun 1981. Program ini merupakan suatu program yang melengkapi program-program pengembangan sumber daya manusia yang telah dilaksanakan seperti misalnya program-program perbaikan kesehatan dan gizi ibu dan anak (BKKBN, 1992).

Pelaksanaan program BKB dimulai pada tahun anggaran 1985/1986. Hal ini berdasarkan pengarahan Ibu Negara pada tanggal 21 Juli 1984 melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Negara UPW dan Kepala BKKBN no 11 KEPMEN UPW/IX/84 dan no 170/HK010/E3/84 tentang kerjasama pelaksanaan pengembangan proyek BKB dalam keterpaduan dengan program KB dalam rangka mempercepat proses pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Keputusan Bersama ini menggariskan BKKBN sebagai penanggung operasional BKB (BKKBN, 2007a).

2.1.2 Ciri Khusus Program BKB

Program BKB memiliki beberapa ciri utama diantaranya sebagai berikut : a. Menitikberatkan pada pembinaan ibu dan anggota keluarga lainnya yang memiliki

balita

b. Membina tumbuh kembang anak

c. Menggunakan alat bantu seperti Alat Permainan Edukatif (APE), dongeng, nyanyian sebagai perangsang tumbuh kembang anak


(23)

d. Menekankan pada pembangunan manusia pada usia dini, baik fisik maupun mental

e. Tidak langsung ditujukan kepada balita

f. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya agar dapat mendidik dan mendidik balitanya (BKKBN, 2007a).

2.1.3 Tujuan BKB

BKB dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tenntang pentingnya :

- Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental dan sosial

- Pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya di Posyandu

b. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam

mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia (Soetjiningsih, 1995).

2.2 Kegiatan BKB

Kegiatan BKB dilakukan satu kali dalam sebulan. Penanggung jawab umum gerakan BKB adalah Lurah atau Kepala Desa. BKB direncanakan dan dikembangkan oleh kader, LKMD dan PKK serta Tim Pembina LKMD tingkat kecamatan. Penyelenggarannya dilakukan oleh kader terlatih berasal dari anggota masyarakat yang bersedia secara sukarela bertugas memberikan peyuluhan kepada sasaran


(24)

BKB dilaksanakan untuk membina ibu kelompok sasaran yang mempunyai anak Balita. Ibu sasaran ini, dibagi menjadi 5 kelompok menurut umur anaknya, yaitu :

1. Kelompok ibu dengan anak umur 0-1 tahun 2. Kelompok ibu dengan anak umur 1-2 tahun 3. Kelompok ibu dengan anak umur 2-3 tahun 4. Kelompok ibu dengan anak umur 3-4 tahun 5. Kelompok ibu dengan anak umur 4-5 tahun

Pembagian kelompok umur ini sesuai dengan tugas perkembangan anak, dimana tiap-tiap kelompok umur tersebut mempunyai tugas perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995).

BKB sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan BKB dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RT atau di tempat khusus yang dibangun oleh masayarakat.

Adapun kegiatan BKB dilakukan oleh kader yang terlatih dengan 3 kegiatan : 1. Penyuluhan

2. Bermain APE (Alat Permainan Edukatif) 3. Pencatatan hasil perkembangan ke dalam KKA

Kegiatan BKB adalah kegiatan pelayanan pada hari buka BKB yang dilakukan satu hari dalam sebulan. Untuk melaksanakan fungsinya dengan baik, sesuai dengan pedoman yang berlaku, maka jumlah kader setiap BKB minimal 10 orang yang dibagi dalam 5 kelompok umur. Setiap kelompok umur dibina kader inti


(25)

yang memberikan penyuluhan, kader piket yang mengasuh anak balita dan kader bantu yang membantu dan dapat menggantikan tugas kader inti atau kader piket demi kelancaran tugas (BKKBN, 2007a).

2.2.1 Penyuluhan BKB

Pertemuan penyuluhan BKB adalah forum pertemuan yang diselenggarakan oleh kader dan ibu peserta sebagai wadah penyampaian pesan dari kader kepada ibu peserta (BKKBN, 1992).

2.2.1.1 Pengertian Penyuluhan

Istilah penyuluhan seringkali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya merupakan upaya edukatif. Secara popular penyuluhan lebih menekankan "bagaimana", sedangkan penerangan lebih menitikberatkan pada "apa". Dalam uraian bcrikut ini penyuluhan diberikan arti lebih luas dan menyeluruh. la merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiaian yang dilakukan secara sistematik — terencana — terarah, dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, umuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial-ekonomi-budaya setempat (Suhardjo, 2003).

Dalam hal penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukaiif untuk menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antar provider dan masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan unluk memecahkan masalah yang dihadapinya (Suhardjo, 2003).


(26)

2.2.1.2 Materi Penyuluhan BKB

Isi materi pada kegiatan penyuluhan BKB berbeda pada setiap kelompok umur balita. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan anak yang berbeda masing-masing kelompok umur, sehingga cara stimulasi maupun media yang diperlukan untuk interaksi antara ibu dan anak pun berbeda.

Pada program BKB, secara garis besarnya materi penyuluhan diantaranya (BKKBN, 2007a):

- Materi I : Integrasi KB dengan BKB

- Materi II : Konsep diri ibu dan peran ibu dalam pendidikan balita - Materi III : Proses tumbuh kembang anak

- Materi IV : Gerakan kasar - Materi V : Gerakan halus - Materi VI : Komunikasi Pasif - Materi VII : Komunikasi Aktif - Materi VIII : Kecerdasan

- Materi IX : Menolong Diri Sendiri - Materi X : Tingkah laku sosial

2.2.1.3 Pengelolaan Penyuluhan BKB a. Perencanaan Penyuluhan

Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang dituangkan kedalam bentuk tindakan-tindakan perencanaan merupakan langkah awal dari suatu kegiatan. Tahap perencanaan itu ditata secara sistematis tentang kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan.


(27)

Perencanaan berarti pula bagaimana cara dan strategi dalam mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan segala sumber daya yang ada agar lebih efektif dan efisien dengan memperhatikan keadaan sosial budaya, psikis dan biologis dari sasaran penyuluhan.

Langkah-langkah dalam penyuluhan: 1. Mengenal masalah, masyarakat dan wilayah. 2. Menentukan prioritas.

3. Menentukan tujuan penyuluhan. 4. Menetukan sasaran.

5. Menentukan isi/materi penyuluhan

6. Menentukan metode penyuluhan yang akan digunakan. 7. Melihat alat-alat peraga/media yang dibutuhkan. 8. Menyusun rencana penilaian.

9. Menyusun rencana kerja/rencana pelaksanaan.

b. Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan kebuluhan sasaran dalam rangka meningkatkan pengetahuan ibu antara lain dalam hal :

- Kesehatan keluarga, sanitasi gizi, air susu ibu (ASI), imunisasi, KB dan pemanfaatan pelayanan yang tersedia

- Hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga (Soetjiningsih, 1995).


(28)

Kegiatan ini mengacu kepada perencanaan yang telah ditentukan.

c. Evaluasi Penyuluhan

Penilaian (evaluasi) adalah proses menentukan nilai aiau keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya yang digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari suatu kegiatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi:

1. Apakah dalam tujuan penyuluhan sudah jelas dijabarkan dan sesuai dengan tujuan program.

2. Apakah indikator/kriteria yang akan dipakai dalam penilaian. 3. Kegiatan penyuluhan yang mana yang akan dievaluasi. 4. Metode apa yang digunakan dalam evaluasi.

5. Instrumen apa yang digunakan dalam evaluasi. 6. Siapa yang melaksanakan evaluasi.

7. Sarana-sarana apa yang diperlukan untuk evaluasi.

8. Apakah ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga yang melaksanakan evaluasi.

9. Bagaimana cara untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi.

2.2.2 Alat Permainan Edukatif (APE)

APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk:

- Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak.


(29)

- Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, mennggunakan kalimat yang benar.

- Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna, dll.

- Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat (Soetjiningsih, 1995).

Kegiatan yang dilaksanakan dalam bermain APE adalah :

1. Kegiatan bermain APE secara teratur dilaksanakan di BKB oleh balita dengan bimbangan kader.

2. Kader juga menjelaskan kepada ibu yang mempunyai balita dalam hal

penggunaan APE agar dapat diaplikasikan di rumah.

Syarat yang harus dipenuhi APE adalah sebagai berikut : 1. Aman.

Alat permainan anak balita, tidak boleh terlalu kecil, catnya tidak boleh mengandung racun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak ada bagian-bagian yang mudah pecah. Karena pada umur tersebut anak mengenal benda di sekitarnya dengan memegang, mencengkeram, memasukkan kedalam mulutnya. 2. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak.

Bila ukurannya terlalu besar akan sukar dijangkau anak, sebaliknya kalau terlalu kecil akan berbahaya karena dapat dengan mudah tertelan oleh anak. Sedangkan kalau APE terlalu berat, maka anak akan sulit memindah-mindahkannya serta akan membahayakan bila APE tersebut jatuh dan rnengenai anak.


(30)

6. Disainnya harus jelas.

APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan warna tertentu, serta jelas maksud dan tujuannya.

4. APE harus mempunyai fungsi uniuk mengcmbangkan berbagai aspek perkembangan anak, seperti motorik, bahasa. kecerdasan dan sosialisasi.

5. Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tetapi jangan terlalu sulit sehingga membuat anak frustasi, atau terlalu mudah sehingga membuat anak cepat bosan.

6. Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun bentuknya. Bila bersuara, suaranya harus jelas.

7. APE harus mudah diterima oleh semua kebudayaan karena bentuknya sangat umum

8. APE harus tidak mudah rusak. Kalau ada bagian-bagian yang rusak harus mudah diganti. Pemeliharaannya mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat, harganya terjangkau oleh masyarakat luas (Soetjiningsih,1995).


(31)

Tabel 2.1 Daftar Jenis Permainan APE Standar BKB 0-1

tahun

1-2 tahun

2-3 tahun

3-4 tahun

4-5 tahun 1. Jenis Tangga

a. Kubus b. Silinder 2. Jenis Menara

a. Lingkaran b. Segitiga c. Segienam 3. Papan Pasak 4. Balok Ukur 5. Lotto Warna 6. Kotak Bentuk 7. Kotak Pola 8. Puzzle

9. Mainan Gantung 10. Balok Pembangunan 11. Pakul Paku

Sumber : Materi Pelatihan Kader BKB 2007a

2.2.3 Kartu Kembang Anak (KKA)

Satoto telah menegmbangkan Kartu Kembang Anak (KKA), yang berfungsi ganda yaitu sebagai alat penanda dan sekaligus sebagai alat komunikasi dalam membahas perkembangan anak, dari dan untuk ibu strut keluarga dalam masyarakat. Namun yang paling utama adalah untuk memfasilitasi interaksi antara ibu (beserta keluarga seluruhnya) dengan anak (Soetjiningsih, 1995).

Kartu tersebut dapat dipergunakan dalam setiap kesempatan interaksi ibu dan anak. Juga dalam keluarga dan pertemuan ibu-ibu, sebagai wahana belajar bersama. Sehingga penggunaan KKA di kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) bersama KMS di Posyandu, dapat untuk memantau tumbuh kembang anak.


(32)

2.3 Pertumbuhan

2.3.1 Konsep Pertumbuhan

Kata pertumbuhan sering kali dikaitkan dengan kata perkembangan sehingga ada istilah tumbuh kembang. Kata pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan secara bergantian atau bersamaan. Ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bagian dari perkembangan. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat berlipatgandanya sel dan bertambah banyaknya jumlah zat antarsel (Aritonang, 1996). Sebagai contoh, seorang anak tumbuh dari kecil menjadi besar. Ukuran kecil dan besar ini dapai dicontohkan dengan perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat atau dengan perubahan tinggi badan dari pendek menjadi lebih tinggi. Sedangkan perkembangan diartikan sebagai bertambahnya fungsi tubuh yaitu pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab. Sebagai contoh seorang anak berkembang dari hanya mampu berbaring menjadi mampu berjalan, atau dari tidak dapat berbicara menjadi mampu berbicara (Depkes Rl, 2002).

Kalau tiap organ tubuh diukur beratnya, maka kemajuan atau pola pertumbuhan akan berbeda-beda. Ada organ yang menunjukkan permulaan pertumbuhan sangat dini dan ada pula yang mulainya sangat terlambat. Demikian pula ada yang mempunyai pola yang sangat cepat, sehingga dalam waktu yang pendek telah mencapai bentuk organ biasa, sedangkan yang lain pola pertumbuhannya sangat perlahan, sehingga mencapai bentuknya yang dewasa pada umur yang sudah lanjut (Sediaoetama, 2004).


(33)

Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kubutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh (Depkes Rl, 2002).

Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi seimbanng atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang. Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan scorang anak akan terganggu, misalnya anak tersebut akan kurus, pendek atau gemuk (Depkes Rl, 2002).

Kalau seorang anak sejak lahir diukur berat badannya secara periodik misalnya setiap tiga bulan sekali, maka akan terrdapat suatu gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut. Studi serial dengan waktu yang berturut-turut dari satu subyek tertentu, disebut studi longitudinal, dimana pada satu saat tertentu dipelajari sejumlah individu yang disebut suatu populasi. Ternyata bahwa pola pertumbuhan seseorang sejak lahir sampai meninggal, tidak merupakan suatu kurva garis lurus, tetapi terdiri atas beberapa bagian yang menunjukkan kecepatan tumbuh yang cepat, diseingi oleh kecepatan tumbuh lambat.

Pertumbuhan scorang anak praktis dianggap berhenti setelah mencapai umur dewasa, karena sudah sangat lambat, sehingga dapai diabaikan. Disini tubuh sudah tidak banyak lagi menambah bahan baru kepada sel atau jaringan, tetapi hanya menggantikan bahan-bahan yang telah rusak atau terpakai. Pada seorang dewasa yang


(34)

mudah difahami bahwa untukfase pertumbuhna diperlukan banyak bahan baru dalam zat-zat gizi tersebut (Sediaoetama, 2004).

Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat terjadi pula dalam waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan, sakit diare dan infeksi saluran pernafasan, atau karena kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu lama dapat terlihat pada hambatan penambahan tinggi badan (Depkes Rl, 2002).

Pertumbuhan sebagai indikator perkembangan status gizi, dimana indikator yang baik terjadi apabila tanda dapat memberikan indikasi yang sensitif atas perubahan suatu keadaan. Pertumbuhan merupakan salah satu produk dari keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi (status gizi). Oleh karena itu pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, maka pertumbuhan merupakan indikator yang baik dari perkembangan status gizi anak (Depkes RI, 2002).

2.3.2. Pemantauan Pertumbuhan

Istilah status gizi dalam kaitannya dengan pemantauan pertumbuhan lebih ditujukan untuk menilai perkembangan status gizi anak. Perkembangan status gizi dalam pemantauan pertumbuhan memiliki pengertian yang relatif (tidak kaku). Pengertian relatif disini berarti perkembangan status gizi memiliki sifat luwes tidak didasarkan pada kategori-kategori yang kaku misalnya gizi Iebih atau gizi kurang, gemuk atau kurus, tinggi atau pendek. Oleh karena itu interpretasi terhadap perkembangan status gizi yang didasarkan pada hasil pemantauan pertumbuhan,


(35)

hanya menyimpulkan bahwa gizi anak tetap baik, membaik atau memburuk (Depkes RI, 2002).

Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk digunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan Balita. Dalam upaya memonitor kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS adalah kartu yan memuat suatu grafik pertumbuhan BB menurut Umur, yang menunjukkan batas-batas pertumbuhan BB anak Balita (Aritonang, 1996).

Anak sehat digambarkan dengan jalur berat badan yang berwarna hijau. Anak yang sedang diteliti dicatat umurnya dan ditimbang berat badannya. Data yang didapat ditempatkan pada jalur KMS. Bila jatuh dijalur hijau berarti berat badan anak tersebut baik dan anak ada dalam kondisi kesehatan gizi yang baik. Pada pemeriksaan yang berturut-turut hasilnya menunjukkan suatu grafik suatu pertumbuhan anak tersebut. Anak sehat akan memperlihatkan grafik pertumbuhan anak terletak pada jalur hijau. Kalau garis grafik menurun ke luar jalur hijau berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan pertumbuhan anak tersebut. Ini merupakan petunjuk pula adanya gangguan kesehatan anak tadi. Harus diteliti Iebih lanjut, mengapa kurva menurun dan keluar dari jalur hijau (Sediaoetama, 2004).

Dengan melihat KMS si ibu atau mereka yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya akan segera mengetahui kondisi kesehatan anak tersebut. Kalau kurva pertumbuhannya masih tetap di dalam jalur hijau, anak tersebut ada dalam kondisi kesehaian gizi baik, dan bila menurun ke jalur kuning, anak memerlukan perhatian yang lebih banyak dan sebaiknya dikonsultasikan kepada seorang dokter


(36)

bawah garis merah, berarti anak tersebut sudah masuk ke dalam kondisi kesehatan yang buruk dan perlu penanganan kesehatan yang serius (Sediaoetama, 2004).

Untuk menilai pertumbuhan fisik anak lainnya sering digunakan ukuran-ukuran antropometri. Penilaian antropometri pada umumnya dapat dibedakan menjadi berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks antropometri berat badan menurut tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Hal ini disebabkan berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks berat badan menurut tinggi badan merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa, 2002).

Untuk menginterpretasikan ukuran-ukuran antropometri tersebut dibutuhkan ambang batas. Batasan-batasan status gizi dan indeks antropometri dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2. Baku Antropometri Menurut Standar WHO 2005

Indikator Status Gizi Keterangan

Berat Badan menurut Umur (BB/U)

BB normal BB kurang BB sangat kurang

≥ - 2 SD sampai 3 SD < - 2 SD sampai - 3 SD < - 3 SD

Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi

Badan menurut Umur (TB/U)

Normal Pendek Sangat Pendek

≥ - 2 SD sampai 3 SD < - 2 SD sampai -3 SD < - 3 SD

Berat Badan menurut Tinggi Badan

(BB/TB) Sangat gemuk Gemuk Risiko gemuk Normal Kurus Sangat kurus

> 3 SD

> 2 SD sampai 3 SD > 1 SD sampai 2 SD

≥ - 2 SD sampai 1 SD < - 2 SD sampai -3 SD < - 3 SD


(37)

2.4 Perkembangan

2.4.1 Konsep Perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, inteektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).

Perkembangan yang dialami anak dan merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya yang berlaku secara umum (Depkes RI, 2000).

2.4.2Pemantauan Perkembangan

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan rnerupakan landasan perkembangan berikutnya Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini (Depkes Rl, 2001). Untuk memantau perkembangan anak balita, terdapat 7 aspek yang dipantau tingkat perkembangannya, antara lain (Ozsa, 2007):

1. Perkembangan kemampuan gerak kasar.


(38)

tubuh, dan perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Disebut gerak kasar karena gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Contoh; gerakan membalik dari telungkup menjadi telentang atau sebaliknya, gerakan berjalan, berlari dan sebagainya.

2. Perkembangan kemampuan gerak halus.

Dikatakan gerakan halus karena hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Contoh; gerakan mengambil sesuatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan, memasukan benda ke dalam lubang, menari, menggambar dan gerakan lainnya.

3. Perkembangan kemampuan komunikasi pasif.

Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk mengerti isyarat dan pembicaraan orang lain. Contoh; menengok kearah sumber suara, mengerti kalimat sederhana, senang mendengarkan cerita, mengerti dan dapat melaksanakan perintah dari yang sederhana hingga yang lebih sukar.

4. Perkembangan kemampuan komunikasi aktif

Perkembangan kemampuan komunikasi aktif yaitu kemampuan untuk menyatakan perasaan dan keinginannya melalui tangisan, gerakan tubuh, maupun dengan kata-kata. Sebagai makhluk sosial, anak akan selalu berada diantara atau bersama orang lain. Agar dicapai saling pengetian maka diperlukan suatu komunikasi, dimana bahasa merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaannya.


(39)

Baik komunikasi pasif maupun yang aktif, keduanya perlu dikembangkan yaitu dengan cara melatih anak secara bertahap agar mau dan mampu berkomunikasi seperti berbicara, mengucapkan kalimat-kalimat, menyanyi dan ungkapan verbal (lisan) lainnya.

5. Perkembangan kecerdasan.

Pada anak Balita, kemampuan berpikir mula-mula berkembang melalui kelima inderanya. Ia melihat warna-warna, mendengar suara atau bunyi-bunyi, mengenal rasa dan seterusnya. Daya pikir dan pengertian mula-mula terbatas pada apa yang nyata yang dapat dilihat dan dipegang atau dimainkan. Kemudian berbagai konsep atau pengertian akan dimiliki, seperti konsep tentang benda, warna, manusia, bentuk, dll. Semua konsep ini kemudian memungkinkan anak melakukan pemikiran-pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, yang lebih abstrak dan majemuk.

6. Perkembangan menolong diri sendiri.

Seorang anak pada awal kehidupannya mula-mula masih bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya. Dengan makin mampunya dia melakukan gerakan motorik dan bicara, anak terdoromg untuk melakukan sendiri berbagai hal. Orang tua harus melatih usaha mandiri anak ini, mula-mula dalam hal menolong kebutuhun anak sehari-hari, misalnya makan, minum, buang air kecil dan besar, berpakaian, dll. Kemudian kemampuannya ditingkatkan dalam hal kebersihan, kesehatan dan kerapihan.

7. Perkembangan tingkah laku sosial.


(40)

ibunya, kemudian orang-orang serumah. Dengan bertambahnya usia anak, luas pergaulan juga perlu dikembangkan. Anak perlu berkawan, perlu diujar tentang aturan-aturan, disiplin, sopan santun, dan lain-lain.

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Dari beberapa kegiatan BKB yang dilakukan diduga memiliki hubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan balita.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Ha : Ada hubungan antara kegiatan BKB {penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE)} dengan pertumbuhan dan perkembangan balita. - Ho : Tidak ada hubungan antara kegiatan BKB {penyuluhan dan bermain dengan

Alat Permainan Edukatif (APE)} dengan pertumbuhan dan perkembangan balita.

Kegiatan BKB : - Penyuluhan

- Bermain dengan Alat

Permainan Edukatif (APE)

- Pertumbuhan


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu untuk mengetahui hubungan kegiatan BKB dengan tumbuh kembang balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat tahun 2009.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat. Penelitian ini dilakukan mulai November 2009 sampai dengan Maret 2010. Adapun alasan dipilihnya lokasi ini adalah karena BKB di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan adalah BKB terbaik di seluruh kota Dumai dan masih terdapatnya anak yang kurus.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang terdaftar di BKB Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan. Dari data yang diperoleh pada bulan September 2009, jumlah balita adalah 50 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, dimana semua populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 50 balita. Responden adalah ibu yang mempunyai balita.


(42)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yang dikumpulkan adalah data identitas sampel/karakteristik sampel diantaranya :

1. Data identitas kegitan BKB diperoleh dengan cara wawancara kepada ibu yang mempunyai balita, dengan menggunakan kuesioner.

2. Data identitas balita yang meliputi : umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan yang diperoleh dari hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan balita. Pertumbuhan balita diperoleh dengan memakai metode Antropometri yang meliputi pengukuran BB/U, TB/U, dan BB/TB. Perkembangan balita diperoleh dengan cara wawancara kepada ibu yang mempunyai balita, dengan menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan dan dibantu oleh seorang sarjana psikologi (S.Psi).

3.4.1 Data Sekunder

Data sekunder adalah data tentang kehadiran ibu yang mempunyai balita, yang didapatkan dari Kartu Kembang Anak (KKA) balita dan gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari Kantor Lurah Simpang Tetap Darul Ichsan.

3.5. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner kegiatan BKB dan status gizi balita

2. Program pengolahan data WHO Anthro 2005 untuk mengolah data status gizi balita

3. Alat timbang dan alat ukur tinggi badan. Pengukuran dilakukan terhadap berat badan balita dengan cara menimbang menggunakan timbangan dacin berkapasitas


(43)

25 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Pengukuran tinggi badan balita yang sudah dapat berdiri menggunakan mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm. Sedangkan untuk balita yang belum dapat berdiri menggunakan alat pengukur panjang bayi.

3.6. Definisi Operasional

1. Kegiatan BKB adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di BKB, meliputi : penyuluhan dan bermain dengan APE.

2. Penyuluhan BKB adalah materi yang diterima setiap ibu yang mempunyai balita yang datang waktu pelaksanaan BKB, tentang:

1. Integrasi KB dengan BKB

2. Konsep diri ibu dan peran ibu dalam pendidikan balita 3. Proses tumbuh kembang anak

4. Gerakan kasar 5. Gerakan halus 6. Komunikasi pasif 7. Komunikasi aktif 8. Kecerdasan

9. Menolong diri sendiri 10.Tingkah laku sosial

3. Bermain APE adalah pelajaran tentang cara bermain APE yang diterima balita yang datang waktu pelaksanaan BKB.

4. Balita adalah anak yang berumur 12 bulan sampai dengan 59 bulan.


(44)

3.7. Aspek Pengukuran 3.7.1. Variabel Independen

1. Kegiatan BKB

Menilai kegiatan BKB berdasarkan jawaban dari kuesioner kegiatan BKB (BKKBN, 2007a) :

a. Penyuluhan

- Lengkap : apabila ibu yang mempunyai balita telah menerima 10 materi penyuluhan

- Tidak lengkap : apabila ibu yang mempunyai balita menerima kurang dari 10 materi penyuluhan

b. Bermain APE 1. Umur 1-2 tahun

- Lengkap, apabila balita telah mendapat pengajaran tentang cara bermain permainan tangga kubus, tangga silinder, menara lingkaran, menara segitiga, menara segienam, papan sasak, kotak bentuk, dan mainan gantung.

- Tidak lengkap, apabila balita tidak mendapat pengajaran tentang cara bermain APE yang sesuai dengan umur balita.

2. Umur 2-3 tahun

- Lengkap, apabila balita telah mendapat pengajaran tentang cara bermain permainan tangga kubus, tangga silinder, menara lingkaran, menara segitiga, menara segienam, papan sasak, kotak bentuk, mainan gantung, balok pembangun, dan pakul paku.


(45)

- Tidak lengkap, apabila balita tidak mendapat pengajaran tentang cara bermain APE yang sesuai dengan umur balita.

3. Umur 3-4 tahun

- Lengkap, apabila balita telah mendapat pengajaran tentang cara bermain permainan tangga kubus, tangga silinder, menara lingkaran, menara segitiga, menara segienam, papan sasak, balok ukur, lotto warna, kotak pola, puzzle, dan balok pembangun.

- Tidak lengkap, apabila balita tidak mendapat pengajaran tentang cara bermain APE yang sesuai dengan umur balita.

4. Umur 4-5 tahun

- Lengkap, apabila balita telah mendapat pengajaran tentang cara bermain permainan tangga kubus, tangga silinder, menara lingkaran, menara segitiga, menara segienam, papan sasak, balok ukur, lotto warna, kotak pola, puzzle, dan balok pembangun.

- Tidak lengkap, apabila balita tidak mendapat pengajaran tentang cara bermain APE yang sesuai dengan umur balita.

3.7.2. Variabel Dependen

1. Pertumbuhan

Data penimbangan berat badan (BB) dan pengukuran tinggi badan (TB), kemudian dinilai status gizi dengan indikator sebagai berikut (Depkes RI, 2008) : Berat badan per umur (BB/U):


(46)

- BB sangat kurang < - 3 SD

Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi badan per umur (TB/U):

- Normal ≥ - 2 SD sampai 3 SD

- Pendek < - 2 SD sampai -3 SD

- Sangat pendek < - 3 SD

Berat badan per Panjang Badan (BB/PB) atau Berat badan per tinggi badan (BB/TB) : - Sangat gemuk > 3 SD

- Gemuk > 2 SD sampai 3 SD

- Risiko gemuk > 1 SD sampai 2 SD

- Normal ≥ - 2 SD sampai 1 SD

- Kurus < - 2 SD sampau -3 SD

- Sangat kurus < - 3 SD 2. Perkembangan

Menilai perkembangan motorik anak usia 0 bulan sampai 60 bulan berdasarkan hasil observasi dan jawaban dari Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KSPS) sesuai umur anak usia 3 sampai 60 bulan, terdiri dari 10 pertanyaan. Apabila jawaban sesuai dengan KSPS diberi skor 1, bila jawaban tidak diberi skor 0, sehingga total skor menjadi 10, dikategorikan menjadi (DepKes RI, 2000) :

- Normal : apabila nilai yang diperoleh 9 atau 10 - Meragukan : apabila nilai yang diperoleh 7 atau 8 - Tidak normal : apabila nilai yang diperoleh kurang dari 7


(47)

3.8. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut: (i) Editing (pemeriksaan data) bertujuan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan wawancara kembali terhadap responden. (ii) Coding (pemberian kode) yaitu data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual. (iii) Tabulating yaitu memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.

3.9. Analisa Data 3.9.1 Analisa Univariat

Variabel penyuluhan dan bermain dengan APE berupa data numerik (skor hasil pengisian kuesioner) akan diubah menjadi data kategorik (lengkap dan tidak lengkap). Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi. Pengolahan data akan dilakukan dengan bantuan software SPSS.

3.9.2 Analisa Bivariat

Variabel penyuluhan dan bermain dengan APE berupa data kualitatif akan dianalisa dengan analisis bivariat menggunakan uji chi square dengan rumus:

X2 = E (O – E)2

Untuk memudahkan analisis digunakan bantuan software SPSS pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan 4.1.1. Geografis

Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau dengan luas wilayah 200 Ha. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pangkalan Sesai

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ratu Sima

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Rimba Sekampung - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Purnama

4.1.2. Demografi

Jumlah penduduk di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan adalah sebanyak 8057 jiwa yang terdiri dari 4129 jiwa laki-laki dan 3928 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3910 KK.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah %

1 0-5 1076 13,33

2 6-15 1493 18,53

3 16-21 1733 21,51

4 22-59 3505 43,54

5 ≥60 250 3,09

Jumlah 8057 100,00


(49)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 22-59 tahun sebanyak 3505 orang (43,54%) dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur ≥ 60 tahun sebanyak 250 orang (3,09%).

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Agama Jumlah %

1 Islam 6123 76,00

2 Kristen 1184 14,70

3 Khatolik 430 5,34

4 Hindu 128 1,59

5 Budha 192 2,38

Jumlah 8057 100,00

Sumber : Profil Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa agama yang paling banyak dianut penduduk Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan adalah Islam yaitu sebanyak 6123 orang (76,00%) dan paling sedikit adalah Hindu yaitu sebanyak 128 orang (1,59%).

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Suku Jumlah %

1 Aceh 362 4,49

2 Batak 763 9,47

3 Nias 209 2,59

4 Melayu 2802 34,78

5 Minang 1149 14,26

6 Kubu 498 6,18

7 Sunda 313 3,88

8 Jawa 1099 13,64

9 Madura 36 0,45

10 Bali 27 0,34

11 Banjar 477 5,92


(50)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan yang paling banyak adalah suku Melayu yaitu sebanyak 2802 orang (34,78%) dan yang paling sedikit adalah suku Bali yaitu sebanyak 27 orang (0,34%).

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1. Belum / Tidak Sekolah 3161 39,23

2. SD/Sederajat 252 3,13

3. SMP/Sederajat 465 5,77

4. SMA/Sederajat 3965 49,21

5. Diploma 214 2,66

Jumlah 8057 100,00

Sumber : Profil Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan yang paling banyak adalah tamatan SMA/Sederajat yaitu sebanyak 3965 orang (49,21%) dan yang paling sedikit adalah tamatan Diploma yaitu sebanyak 214 orang (2,66%).

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Pekerjaan Utama Jumlah %

1. PNS/TNI/POLRI 920 11,42

2. Buruh/karyawan 96 1,19

3. Wiraswasta 539 6,69

4. Pegawai swasta 6467 80,27

5. Pekerja tidak tetap 51 0,63

Jumlah 8057 100,00

Sumber : Profil Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan penduduk Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan yang paling banyak adalah Pegawai swasta yaitu sebanyak 6467


(51)

orang (80,27%) dan yang paling sedikit adalah Pekerja tidak tetap yaitu sebanyak 51 orang (0,63%).

4.2. Gambaran Umum Responden

Responden sebanyak 50 orang dari 50 orang ibu yang mempunyai balita yang dianggap layak dan dapat memberikan tanggapan dan informasi kepada peneliti.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah %

1 < 25 4 8,00

2 25-30 19 38,00

3 > 30 27 54,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur ibu yang paling banyak adalah > 30 tahun sebanyak 27 orang (54,00%) dan yang paling sedikit adalah < 25 tahun sebanyak 4 orang (8,00%).

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Pendidikan Jumlah %

1 SD 11 22,00

2 SLTP 6 12,00

3 SLTA 33 66,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dengan pendidikan SLTA yaitu sebanyak 33 orang (66,00%) dan yang paling sedikit dengan pendidikan SLTP yaitu sebanyak 6 orang (12,00%).


(52)

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Pekerjaan Jumlah %

1 Ibu rumah tangga 44 88,00

2 Pembantu rumah tangga 3 6,00

3 Pengusaha kecil dan menengah

2 4,00

4 Pengrajin industri rumah tangga

1 2,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai Ibu rumah tangga yaitu sebanyak 44 orang (88,00%) dan yang paling sedikit sebagai Pengrajin industri rumah tangga yaitu sebanyak 1 orang (2,00%).

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Agama Jumlah %

1 Islam 49 98,00

2 Kristen 1 2,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden beragama Islam yaitu sebanyak 49 orang (98,00%) dan yang paling sedikit beragama Kristen yaitu sebanyak 1 orang (2,00%).


(53)

4.3. Karakteristik Balita

Dari 50 balita yang mengikuti kegiatan BKB di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan, terdapat balita dengan kelompok umur dan jenis kelamin yang berbeda, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Balita Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah %

1 1-2 10 20,00

2 2-3 14 28,00

3 3-4 15 30,00

4 4-5 11 22,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur balita yang paling banyak adalah kelompok umur 2-3 tahun sebanyak 14 orang (28,00%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 0-1 tahun sebanyak 6 orang (12,00%).

Tabel 4.11 Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-laki 24 48,00

2 Perempuan 26 52,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar balita perempuan yaitu sebanyak 26 orang (52.00%) dan laki-laki sebanyak 24 orang (48.00%).


(54)

4.4. Gambaran Umum Bina Keluarga Balita (BKB) di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan

Pelaksanaan Program BKB di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan dimulai pada tahun 2007. Pada tahun 2008 BKB di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan mendapatkan predikat BKB terbaik di seluruh kota Dumai, yang dinilai dari pengetahuan kader BKB. Kegiatan BKB dilakukan satu kali dalam sebulan di pos pelayanan terpadu yang terletak di salah satu rumah penduduk. Kegiatan yang dilakukan antara lain penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE) pada balita. Penyuluhan BKB adalah pemberian materi pada setiap ibu yang mempunyai balita yang datang waktu pelaksanaan BKB tentang Integrasi KB dengan BKB, konsep diri ibu dan peran ibu dalam pendidikan balita, proses tumbuh kembang anak, gerakan kasar, gerakan halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif, kecerdasan, menolong diri sendiri, dan tingkah laku sosial. Sedangkan untuk kegiatan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE) dilakukan oleh balita pada setiap kelompok umur balita dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang didampingi oleh kader dan ibu anak balita. Dalam kegiatan bermain Alat Permainan Edukatif (APE) tersebut, balita menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang telah diberikan dan distandarisasi oleh Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BKB P3A) Kota Dumai.

Untuk melaksanakan fungsinya dengan baik, sesuai dengan pedoman yang berlaku, maka jumlah kader setiap BKB minimal 10 orang yang dibagi dalam 5 kelompok umur antara lain 1-2, 2-3, 3-4 dan 4-5 tahun. Setiap kelompok umur dibina kader inti yang memberikan penyuluhan, kader piket yang mengasuh anak balita dan


(55)

kader bantu yang membantu dan dapat menggantikan tugas kader inti atau kader piket demi kelancaran tugas (BKKBN, 2007a). Penentuan kader berasal dari anggota masyarakat yang bersedia secara sukarela bertugas memberikan peyuluhan kepada sasaran gerakan BKB.

4.5. Analisis Univariat 4.5.1. Variabel Independen

a. Kelengkapan Penerimaan Materi Penyuluhan

Dari 50 orang ibu yang diwawancarai pada bulan Desember 2009 dapat digambarkan bahwa materi yang telah diterima adalah :

Tabel 4.12 Distribusi Kelengkapan Jumlah Materi Penyuluhan Yang Diterima di BKB Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Penyuluhan Jumlah Kelengkapan

Jumlah Materi (%)

1 Lengkap 41 82,00

2 Tidak lengkap 9 18,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita menerima materi penyuluhan dengan lengkap sebanyak 41 orang (82,00%), sedangkan yang menerima tidak lengkap sebanyak 9 orang (18,00%).

b. Bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE)

Dari 50 orang ibu yang diwawancarai pada bulan Desember 2009, dapat digambarkan balita yang telah lengkap mendapat pengajaran tentang cara bermain dengan APE di BKB Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan sesuai kelompok umur balita yang dapat dilihat dari tabel berikut:


(56)

Tabel 4.13 Distribusi Kelengkapan Cara Bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE) yang Diterima di BKB Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Bermain dengan APE Jumlah Kelengkapan Cara

Bermain (%)

1 Lengkap 38 76,00

2 Tidak lengkap 12 24,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar balita menerima pengajaran bermain dengan APE yang lengkap, yaitu sebanyak 38 orang (76,00%), sedangkan yang menerima tidak lengkap sebanyak 12 orang (24,00%).

4.5.2. Variabel Dependen

a. Pertumbuhan

Dari 50 balita yang ditimbang berat badan serta diukur tinggi badannya pada bulan Desember 2009, dapat digambarkan keadaan status gizinya, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan menurut Umur (BB/U) di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Status Gizi Menurut BB/U

Jumlah Status Gizi Balita (%)

1 BB normal 29 58,00

2 BB kurang 14 28,00

3 BB sangat kurang 7 14,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki BB normal yaitu sebanyak 29 orang (58,00%) dan yang terkecil yaitu balita memiliki BB sangat kurang yaitu sebanyak 7 orang (14,00%).


(57)

Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Status Gizi

Menurut PB/U atau TB/U

Jumlah Status Gizi Balita (%)

1 Normal 26 52,00

2 Pendek 13 26,00

3 Sangat pendek 11 22,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi dengan tinggi badan normal yaitu sebanyak 26 orang (52,00%) dan yang terkecil yaitu balita memiliki status gizi dengan tinggi badan sangat pendek yaitu sebanyak 11 orang (22,00%).

Tabel 4.16 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009 No Status Gizi

Menurut BB/PB atau BB/TB

Jumlah Status Gizi Balita (%)

1 Sangat gemuk 1 2,00

2 Risiko gemuk 3 6,00

3 Normal 29 58,00

4 Kurus 11 22,00

5 Sangat kurus 6 12,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi dengan kategori normal yaitu sebanyak 29 orang (58,00%) dan yang terkecil yaitu balita memiliki status gizi dengan kategori sangat gemuk yaitu sebanyak 1 orang (2,00%).


(58)

b. Perkembangan

Perkembangan balita adalah bertambahnya fungsi tubuh yang dinilai dengan kuesioner pra skrining perkembangan, yang dapat dikategorikan menjadi 3 kategori, yang dapat dilihat secara jelas dalam Tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.17 Distribusi Balita Berdasarkan Perkembangan di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Tahun 2009

No Perkembangan Jumlah Perkembangan (%)

1 Normal 29 58,00

2 Meragukan 18 36,00

3 Tidak Normal 3 6,00

Jumlah 50 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan balita yang paling banyak berada pada kategori normal adalah sebanyak 29 orang (58,00%) dan yang terkecil yaitu perkembangan balita dengan kategori tidak normal sebanyak 3 orang (6,00%).

4.6. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square antara variabel Independen [penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE)] dengan variabel dependen (pertumbuhan dan perkembangan balita), diantaranya:

1. Penyuluhan dengan Status Gizi Balita Menurut Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

2. Bermain dengan APE dengan Status Gizi Balita Menurut Berat Badan Menurut Umur (BB/U)


(59)

3. Penyuluhan dengan Status Gizi Balita Menurut Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

4. Bermain dengan APE dengan Status Gizi Balita Menurut Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

5. Penyuluhan dengan Status Gizi Balita Menurut Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

6. Bermain dengan APE dengan Status Gizi Balita Menurut Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) 7. Penyuluhan dengan Perkembangan Balita

8. Bermain dengan APE dengan Perkembangan Balita

Tabel 4.18 Penyuluhan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Penyuluhan

Status Gizi Jumlah p

value

BB Normal BB Kurang BB Sangat

Kurang

n % n % n % n %

Lengkap 27 54,00 11 22,00 3 6,00 41 82,00 0,007

Tidak Lengkap 2 4,00 3 6,00 4 8,00 9 18,00

Jumlah 29 58,00 14 28,00 7 14,00 50 100,00

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi dengan BB normal 29 orang (58,00%) dan lebih banyak pada ibu balita yang menerima materi penyuluhan dengan lengkap 27 orang (54,00%). Sedangkan balita dengan BB sangat kurang 7 orang (14,00%) lebih banyak pada ibu balita yang menerima materi penyuluhan tidak lengkap 4 orang (8,00%). Hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan ada hubungan signifikan antara penyuluhan dengan status gizi balita berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) (p=0,007) .


(60)

Tabel 4.19 Bermain dengan APE dengan Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Bermain dengan APE

Status Gizi Jumlah p

value

BB Normal BB Kurang BB Sangat

Kurang

n % n % n % n %

Lengkap 24 48,00 11 22,00 3 6,00 38 76,00 0,012

Tidak Lengkap 5 10,00 3 6,00 4 8,00 12 24,00

Jumlah 29 58,00 14 28,00 7 14,00 50 100,00

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi dengan BB normal 29 orang (58,00%) dan lebih banyak pada balita yang menerima pengajaran bermain dengan APE yang lengkap 24 orang (48,00%). Sedangkan balita dengan BB sangat kurang 7 orang (14,00%) lebih banyak pada balita yang menerima pengajaran bermain dengan APE yang tidak lengkap 4 orang (8,00%). Hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara bermain dengan APE dengan status gizi balita berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) (p=0,082) .

Tabel 4.20 Penyuluhan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Penyuluhan

Status Gizi Jumlah p

value

Normal Pendek Sangat

Pendek

n % n % n % n %

Lengkap 25 50,00 9 18,00 7 14,00 41 82,00 0,024

Tidak Lengkap 1 2,00 4 8,00 4 8,00 9 18,00

Jumlah 26 52,00 13 26,00 11 22,00 50 100,00

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi dengan tinggi badan normal 26 orang (52,00%) dan lebih banyak pada ibu balita yang menerima materi penyuluhan dengan lengkap 25 orang (50,00%). Sedangkan


(1)

3. Penyuluhan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Penyuluhan

Status Gizi

Jumlah

Normal Pendek Sangat Pendek

Lengkap 25 9 7 41

Tidak Lengkap 1 4 4 9

Jumlah 26 13 11 50

O1 = 25 O2 = 9 O3 = 7

O4 = 1 O5 = 4 O6 = 4

E1 = 26 x 41 = 21,32 E 2 = 13 x 41 = 10,66 E 3 = 11 x 41

50 50 50

= 9,02

E4 = 26 x 9 = 4,68 E 5 = 13 x 9 = 2,34 E 6 = 11 x 9

50 50 50

= 1,98

X2 H=

E (O – E)2

X2H= (25 – 4,68)2 + (9 – 10,66)2 + (7 –9,02)2 + (1 –4,68)2 + (4 – 2,34)2 + (4 – 1,98)

4,68 10,66 9,02 4,68 2,34 1,98

2

= 88,2270 + 0,2584 + 0,4523 + 2,8936 + 1,1776 + 2,0608 = 95,0697

Titik Kritis : X2C = Xα;(dk) = Xα;((2-1)(3-1) = X0,05;(2) = 5,991

Ternyata : X2H (95,0697) > X2C (5,991) artinya Ha diterima.

Kesimpulan : Terbukti secara signifikan pada taraf nyata 5%, ada hubungan signifikan antara penyuluhan dengan status gizi balita berdasarkan panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U).


(2)

4. Bermain dengan APE dengan Status Gizi Balita Berdasarkan Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Bermain dengan APE

Status Gizi

Jumlah BB Normal BB Kurang BB Sangat Kurang

Lengkap 23 9 6 38

Tidak Lengkap 3 4 5 12

Jumlah 26 13 11 50

O1 = 23 O2 = 9 O3 = 6

O4 = 3 O5 = 4 O6 = 5

E1 = 26 x 38 = 19,76 E 2 = 13 x 38 = 9,88 E 3 = 11 x 38

50 50 50

= 8,36

E4 = 26 x 12 = 6,24 E 5 = 13 x 12 = 3,12 E 6 = 11 x 12

50 50 50

= 2,64

X2 H=

E (O – E)2

X2H= (23 – 19,76)2 + (9 – 9,884)2 + (6 –8,36)2 + (3 –6,24)2 + (4 – 3,12)2 + (4 – 2,64)

19,76 9,88 8,36 6,24 3,12 2,64

2

= 0,5312 + 0,0790+ 0,6662 + 1,6823 + 0,2482 + 0,7006 = 3,9075

Titik Kritis : X2C = Xα;(dk) = Xα;((2-1)(3-1) =X0,05;(2) = 5,991

Ternyata : X2H (3,9075) < X2C (5,991) artinya Ha ditolak.

Kesimpulan : Terbukti secara signifikan pada taraf nyata 5%, tidak ada hubungan signifikan antara bermain dengan APE dengan status gizi balita berdasarkan panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U).


(3)

5. Penyuluhan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Penyuluhan

Status Gizi

Jumlah

Risiko gemuk Normal Kurus Sangat Kurus

Lengkap 3 26 10 2 41

Tidak Lengkap 1 3 1 4 9

Jumlah 4 29 11 6 50

O1 = 3 O2 = 26 O3 = 10 O4 = 2

O5 = 1 O6 = 3 O7 = 1 O8 = 4

E1 = 4 x 41 = 3,28 E 2 = 29 x 41 = 23,78 E 3 = 11 x 41

50 50 50

= 9,02

E4 = 6 x 41 = 4,92 E 5 = 4 x 9 = 0,72 E 6 = 29 x 9

50 50 50

= 5,22

E7 = 11 x 9 = 1,98 E 8 = 6 x 9

50 50 = 1,08

X2 H=

E (O – E)2

X2H= (3 – 3,28)2 + (26 – 23,78)2 + (10 –9,02)2 + (2 –4,92)2 + (1 – 0,72)2 + (3 – 5,22)

3,28 23,78 9,02 4,92 0,72 5,22

2

= (1 – 1,98)2 + (4 – 1,08)

1,98 1,08

2

= 0,0239 + 0,2072 + 0,1064 +1,7330 + 0,1088 + 0,9441 + 0,4850 + 7,8948 = 11,5032

Titik Kritis : X2C = Xα;(dk) = Xα;((2-1)(4-1) =X0,05;(3) = 7,815

Ternyata : X2H (11,5032) > X2C (7,815) artinya Ha diterima.

Kesimpulan : Terbukti secara signifikan pada taraf nyata 5%, ada hubungan signifikan antara penyuluhan dengan status gizi balita berdasarkan Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


(4)

6. Bermain dengan APE dengan Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Bermain dengan APE

Status Gizi

Jumlah

Risiko gemuk Normal Kurus Sangat Kurus

Lengkap 3 23 9 3 38

Tidak Lengkap 1 6 2 3 12

Jumlah 4 29 11 6 50

O1 = 3 O2 = 23 O3 = 9 O4 = 3

O5 = 1 O6 = 6 O7 = 2 O8 = 3

E1 = 4 x 38 = 3,04 E 2 = 29 x 38 = 22,04 E 3 = 11 x 38

50 50 50

= 8,36

E4 = 6 x 38 = 4,56 E 5 = 4 x 12 = 0,96 E 6 = 29 x 12

50 50 50

= 6,96

E7 = 11 x 12 = 2,64 E 8 = 6 x 12

50 50 = 1,44

X2 H=

E (O – E)2

X2H= (3 – 3,04)2 + (23 – 22,04)2 + (9 –8,36)2 + (3 –4,56)2 + (1 – 0,96)2 + (6 – 6,96)

3,04 22,04 8,36 4,56 0,96 6,96

2

= (2 – 2,64)2 + (3 – 1,44)

2,64 1,44

2

= 0,0005 + 0,0418 + 0,0489 + 0,5336 + 0,0016 + 0,1324 + 0,1551 + 1,69 = 2,6039

Titik Kritis : X2C = Xα;(dk) = Xα;((2-1)(4-1) =X0,05;(3) = 7,815

Ternyata : X2H (2,6039) < X2C (7,815) artinya Ha ditolak.

Kesimpulan : Terbukti secara signifikan pada taraf nyata 5%, tidak ada hubungan signifikan antara bermain dengan APE dengan status gizi balita berdasarkan Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).


(5)

7. Penyuluhan dengan Perkembangan Balita

Penyuluhan

Perkembangan

Jumlah Normal Meragukan Tidak Normal

Lengkap 28 12 1 41

Tidak Lengkap 1 6 2 9

Jumlah 29 18 3 50

O1 = 28 O2 = 12 O3 = 1

O4 = 1 O5 = 6 O6 = 2

E1 = 29 x 41 = 23,78 E 2 = 18 x 41 = 14,76 E 3 = 3 x 41

50 50 50

= 2,46

E4 = 29 x 9 = 5,22 E 5 = 18 x 9 = 3,24 E 6 = 3 x 9

50 50 50

= 0,54

X2 H=

E (O – E)2

X2H= (28 – 23,78)2 + (12 – 14,76)2 + (1 –2,46)2 + (1 –5,22)2 + (6 – 3,24)2 + (2 – 0,54)

23,78 14,76 2,46 5,22 3,24 0,54

2

= 0,7488 + 0,5160 + 0,8665 + 3,4115 + 2,3511 + 3,9474 = 11,8413

Titik Kritis : X2C = Xα;(dk) = Xα;((2-1)(3-1) =X0,05;(2) = 5,991

Ternyata : X2H (11,8413) > X2C (5,991) artinya Ha diterima.

Kesimpulan : Terbukti secara signifikan pada taraf nyata 5%, ada hubungan signifikan antara penyuluhan dengan perkembangan balita.


(6)

8. Bermain dengan APE dengan Perkembangan Balita

Bermain dengan APE

Perkembangan

Jumlah Normal Meragukan Tidak Normal

Lengkap 26 11 1 38

Tidak Lengkap 3 7 2 12

Jumlah 29 18 3 50

O1 = 26 O2 = 11 O3 = 1

O4 = 3 O5 = 7 O6 = 2

E1 = 29 x 38 = 22,04 E 2 = 18 x 38 = 13,68 E 3 = 3 x 38

50 50 50

= 2,28

E4 = 29 x 12 = 6,96 E 5 = 18 x 12 = 4,32 E 6 = 3 x 12

50 50 50

= 0,72

X2 H=

E (O – E)2

X2H= (26 – 22,04)2 + (11 – 13,68)2 + (1 –2,28)2 + (3 –6,96)2 + (7 – 4,32)2 + (2 – 0,72)

22,04 13,68 2,28 6,96 4,32 0,72

2

= 0,7115 + 0,5250 + 0,7185 + 2,2531 + 1,6625 + 2,2755 = 8,1461

Titik Kritis : X2C = Xα;(dk) = Xα;((2-1)(3-1) =X0,05;(2) = 5,991

Ternyata : X2H (8,1461) > X2C (5,991) artinya Ha diterima.

Kesimpulan : Terbukti secara signifikan pada taraf nyata 5%, ada hubungan signifikan antara bermain dengan APE dengan perkembangan balita.