Hubungan Kegiatan Penyuluhan dengan Tumbuh Kembang Balita

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Kegiatan Bina Keluarga Balita BKB dengan Pertumbuhan

5.1.1. Hubungan Kegiatan Penyuluhan dengan Tumbuh Kembang Balita

Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan yang terdapat dalam kegiatan Bina Keluarga Balita BKB di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat. Dalam kegiatan penyuluhan, disajikan 10 materi pokok kepada ibu yang mempunyai balita dengan teknis pelaksanaan 1 materi pokok dalam setiap bulannya, dimana 10 materi tersebut dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Oktober. Materi tersebut bertema tumbuh kembang anak diantaranya integrasi KB dengan BKB, konsep diri ibu dan peran ibu dalam pendidikan balita, proses tumbuh kembang anak, gerakan kasar, gerakan halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif, kecerdasan, menolong diri sendiri, dan tingka h laku sosial. Dari hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,007. Hal ini menunjukkan bahwa pada alpha 5, terdapat hubungan yang signifikan antara penyuluhan dengan status gizi balita berdasarkan berat badan menurut umur BBU di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Tahun 2009. Berdasarkan hasil analisa bivariat tersebut juga didapatkan bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi dengan BB normal 58 dan lebih banyak pada ibu balita yang menerima materi penyuluhan dengan lengkap 54. Dari hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,024. Hal ini menunjukkan bahwa pada alpha 5, terdapat Universitas Sumatera Utara hubungan yang signifikan antara penyuluhan dengan status gizi balita berdasarkan panjang badan menurut umur PBU atau tinggi badan menurut umur TBU di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Tahun 2009. Berdasarkan hasil analisa bivariat tersebut juga didapatkan bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi dengan tinggi badan normal 52 dan lebih banyak pada ibu balita yang menerima materi penyuluhan dengan lengkap 50. Dari hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,009. Hal ini menunjukkan bahwa pada alpha 5, terdapat hubungan yang signifikan antara penyuluhan dengan status gizi balita berdasarkan berat badan menurut panjang badan BBPB atau berat badan menurut tinggi badan BBTB di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Tahun 2009. Berdasarkan hasil analisa bivariat tersebut juga didapatkan bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi dengan kategori normal 58 dan lebih banyak pada ibu balita yang menerima materi penyuluhan dengan lengkap 52. Berdasarkan hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa ibu yang menerima materi penyuluhan lengkap mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh status gizi balitanya menjadi yang normal dibandingkan ibu yang menerima materi penyuluhan tidak lengkap. Hal ini disebakan ibu menerima penyuluhan dari kader mengenai pertumbuhan termasuk pengetahuan mengenai gizi dan cara-cara meningkatkan pertumbuhan anaknya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan status gizi yang normal. Pengetahuan yang didapat dapat meningkatkan tingkat pendidikan gizi ibu dalam meningkatkan status gizi balitanya. Universitas Sumatera Utara Hal ini sejalan dengan pendapat Berg 1985 bahwa bagian penting dari gizi adalah penerangan, tidak adanya daya beli merupakan suatu kendala constraint tetapi defisiensi gizi akan banyak berkurang bila orang mengetahui bagaimana menggunakan sumber yang ada dan Berg 1985 juga mengutip pendapat Williams, bahwa di Afrika Barat gizi salah bukanlah disebabkan oleh kemiskinan, tetapi oleh karena kekurangan pengetahuan akan kebutuhan gizi seseorang. Dari hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa pada alpha 5, terdapat hubungan yang signifikan antara penyuluhan dengan perkembangan balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Tahun 2009. Berdasarkan hasil analisa bivariat tersebut juga didapatkan bahwa sebagian besar balita memiliki perkembangan normal 58 dan lebih banyak pada ibu balita yang menerima materi penyuluhan dengan lengkap 56. Berdasarkan hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa ibu yang menerima materi penyuluhan lengkap mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh perkembangan balitanya menjadi yang normal dibandingkan ibu yang menerima materi penyuluhan tidak lengkap. Hal ini disebakan ibu telah lengkap menerima 10 materi BKB dari kader tentang perkembangan balita. Bila ibu mendapatkan pengetahuan yang baik pada balitanya dalam hal ini pengetahuan perkembangan maka pengetahuan tersebut diaplikasannya kepada balitanya sehingga tercapai perkembangan yang normal. Pengaruh orang tua sebagai guru pada anak memiliki porsi terbesar di lingkungannya, sehingga orang tua dalam mendidik dapat berorientasi pada anak pupil centered. Dalam mengajar anak tidak dengan Universitas Sumatera Utara komunikasi satu arah dengan kata lain orang tua dinyatakan orang yang paling tahu dan paling pandai Eko Putro, 2008. Bila ingin perkembangan anak tetap normal, maka ia harus mendapatkan pelajaran dari orang tua yang memiliki pengetahuan. Belajar dengan meniru atau mengamati suatu model orang tua atau anak tertua lebih cepat ketimbang belajar dengan coba dan ralat, tetapi dibatasi oleh kesalahan yang terdapat dalam model tersebut. Sebagai contoh, anak tidak dapat belajar berenang dengan baik kalau yang ditirunya adalah perenang yang jelek Hurlock, 1993. Berdasarkan analisi bivariat diperoleh juga balita dengan perkembangan tidak normal 6 dan lebih banyak pada balita yang menerima pengajaran bermain dengan APE yang tidak lengkap 4. Perkembangan yang tidak normal terjadi akibat frekuensi kehadiran ibu yang tidak rutin, beberapa ibu membawa anaknya ke BKB tidak setiap bulan sehingga balita tidak total mendapatkan rangsangan perkembangan, perkembangan balitanya juga tidak dapat dipantau secara teratur oleh kader BKB dan ibu juga tidak dapat menerima materi penyuluhan secara lengkap. Padahal, awal masa kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai pelbagai keterampilan Hurlock, 1999. Sehingga, apabila anak mengalami ketidaktepatan dalam mengerti sesuatu akibat kurangnya bimbingan dan tidak total mendapat rangsangan yang baik sesuai umurnya, maka dapat dipastikan perkembangan balita akan meragukan bahkan tidak normal.

5.1.2. Hubungan Kegiatan Bermain dengan Alat Permainan Edukatif APE dengan Tumbuh Kembang Balita