Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

3 Bagi orang yang berada di Mekkah dan sekitarnya, kewajiban menghadap Ka’bah tidaklah menjadi masalah, karena mereka lebih mudah dalam melaksanakan kewajiban itu. Namun, hal ini menjadi persoalan bagi orang yang jauh dari Mekkah. Kewajiban seperti itu merupakan hal yang berat, karena mereka tidak pasti bisa mengarah ke Ka’bah secara tepat. 6 Umat Islam di Indonesia pada umumnya meyakini kiblat itu berada di sebelah Barat sehingga identik dengan arah Barat tempat terbenamnya matahari. Akibatnya, bagi mereka shalat itu harus menghadap ke Barat dimanapun mereka berada. Dengan demikian, masalah kiblat itu menjadi masalah sederhana yang dapat diketahui dengan diketahuinya arah terbit dan terbenamnya matahari. Ketika mereka masih berada di wilayah Indonesia, hal tesebut tidak menjadi persoalan, Akan tetapi, persoalannya akan menjadi lain apabila mereka berada di luar wilayah Indonesia seperti yang dialami oleh kaum muslimin Suriname Amerika Latin yang berasal dari pulau Jawa. Mereka tetap mengadap ke Barat dalam shalatnya, padahal semestinya harus menghadap ke Timur. 7 Penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. Pertama kali mereka menentukan arah kiblatnya ke Barat dengan alasan Saudi Arabia te mpat dimana Ka’bah berada terdapat di sebelah Barat Indonesia. Hal ini dilakukan dengan perkiraan saja tanpa perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sama persis dengan tempat matahari terbenam. Dengan demikian arah kiblat itu identik 6 Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press, 2008, h. 126. 7 Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, h. 123. 4 dengan arah Barat. Selanjutnya, berdasarkan letak geografis Saudi Arabiah terletak di sebelah Barat agak miring ke Utara Barat Laut maka arah kiblatnya ke arah tersebut. Oleh karena itu ada sebagian umat Islam yang tetap memiringkan arah kiblatnya agak ke Utara walaupun ia shalat di masjid yang sudah benar menghadap kiblat. 8 Setelah mengenal ilmu falak, mereka menentukan arah kiblatnya berdasarkan bayang-bayang sebuang tongkat dengan berpedoman pada posisi matahari persis pada titik zenith Ka’bah. 9 Setelah kompas ditemukan, umat Islam menggunakan alat tersebut untuk menentukan arah kiblat, namun cara ini kurang akurat. Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan dan pengukuran setelah t erlebih dahulu diketahui koordinat Ka’bah dan tempat yang bersangkutan. Sistem ini menggunakan dua cara, yaitu ilmu ukur bidang datar dan ilmu ukur bola Spherical Trigonometri dan ternyata hasilnya lebih akurat. Dalam perkembangan terakhir, sistem yang digunakan dalam menentukan arah kiblat adalah menggunakan pesawat theodolit setelah diketahui terlebih dahulu data arah kiblat hasil perhitungan ilmu ukur bola. 10 Mengetahui secara pasti tentang cara menentukan arah kiblat tersebut sangat perlu agar kita merasa yakin telah menghadap kiblat dalam melaksanakan ibadah yang diwajibkan. Untuk mendapatkan keyakinan akan kiblat yang benar tersebut, maka kita perlu menentukan atau menghitung dengan teliti 8 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, Jakarta: 19941995, h. 48. 9 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah di Indonesia: Upaya penyatuan Mazhab Hisab, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003, h. 36. 10 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, Jakarta: 19941995, h. 50-58. 5 kesempurnaan arahnya. Sebab bergeser sedikit saja dari arah yang sebenarnya, maka ia berarti tidak lagi menghadap ke Masjid al-Haram. 11 Dalam pembangunan masjid dan mushalla keakuratan arah kiblat sangat perlu diperhatikan. Hal yang paling penting dalam persiapan pembangunan mushalla atau masjid adalah letak mihrab. Di sebelah mana dan ke arah mana ruang mihrab itu berada selalu menjadi perhatian utama ke arah mana mihrab itu menghadap, kelak menjadi patokan orang-orang sekitar untuk mengenali kiblat shalat. 12 Walaupun telah ada teori untuk menentukan arah kiblat yang akurat seperti yang telah disebutkan di atas, namun kenyataannya praktek yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat berbeda dengan teori yang telah di tetapkan. Sampai saat ini masyarakat masih tetap menggunakan cara-cara yang tradisional seperti hanya dengan menentukan arah Barat dan memiringkan sedikit ke arah Utara yang hanya di lakukan dengan perkiraan semata ataupun hanya berpatokan kepada masjid atau mushalla terdekat tanpa ada perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu. Menurut data yang ditulis dalam buku penentuan arah kiblat Departemen Agama sebagai mana dikutip oleh Maskufa dalam bukunya yang berjudul Ilmu Falak, seharusnya arah kiblat kota Payakumbuh kalau diukur dari Barat ke Utara adalah 24º18 ’ jika masyarakat kota Payakumbuh berpatokan pada ukuran yang telah ditetapkan oleh Departemen Agama tersebut, maka pasti arah kiblat di kota Payakumbuh semuanya akan serasi. Namun penulis menemukan ada banyak variasi arah kiblat yang ada di kota Payakumbuh. 11 Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, Bandung: PT Refika Aditama, 2007, h.71. 12 Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,” Laporan Penelitian, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, h.15. 6 Perbedaan antara teori penentuan arah kiblat yang telah penulis pelajari selama kuliah dengan praktik yang terjadi di masyarakat membuat penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut. Penulis merasa hal ini sangatlah penting untuk dikaji dan diteliti agar memperoleh jawaban yang jelas mengenai permasalahan tersebut, maka penulis membuat penelitian ini dengan judul “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini sehingga masalah yang akan diangkat jelas, maka penulis membatasi masalahnya hanya pada arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara Sumatera Barat yang terdiri dari 25 kelurahan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah pokok yang menjadi objek kajian dalam skripsi ini sebagai berikut: a. Bagaimana cara masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushalla ketika awal pembangunannya? b. Bagaimana tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara? 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Mengetahui cara masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushalla ketika awal pembangunannya. b. Mengetahui tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti sendiri semoga melalui penelitian ini bisa memperkaya khazanah keilmuan intelektualitas di bidang Ilmu Falak, khususnya yang terkait dengan penentuan arah kiblat. b. Bagi kalangan akademisi, dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi ilmiah guna melakukan pengkajian lebih lanjut dan mendalam tentang akurasi arah kiblat. c. Bagi kalangan praktisi dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi kepada segenap pihak yang berkompeten untuk dijadikan bahan evaluasi terhadap penentuan arah kiblat yang kedudukannya sangat vital bagi pelaksanaan peribadatan umat Islam, terutama ibadah shalat. d. Bagi masyarakat luas semoga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat 8 mengenai cara penentuan arah kiblat agar shalat yang di dirikan lebih mencapai kesempurnaannya.

D. Review Studi Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang arah kiblat. Berikut skripsi yang penulis temukan: Afni Desiana Dalimunthe 206044103780 Akurasi Arah Kiblat Masjid di Wilayah Kecamatan Pamulang. Mahasiswa program studi Ahwal Syakhshiyah, konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1432 H 2011 M. Dalam skripsi ini dibahas tentang akurasi arah kiblat masjid di 8 kelurahan pada Kecamatan Pamulang. Bedanya dengan penelitian penulis yaitu, selain wilayah yang berbeda, penelitian penulis tidak hanya mengukur tingkat keakuratan masjid saja, namun juga mengukur keakuratan kiblat mushalla yang ada di 25 kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara. Almahsuri 107044202402 Akurasi Arah Kiblat Mushalla Sekolah Menengah Atas SMA di Kota Tangerang. Mahasiswa program studi Ahwal Syakhshiyah, konsentrasi administrasi keperdataan Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1432 H 2011 M. Skripsi ini menjelaskan tentang akurasi arah kiblat mushalla di Sekolah Menengah Atas SMA dengan asumsi bahwa seharusnya pengetahuan tentang ilmu falak untuk menentukan arah kiblat di ajarkan sedini mungkin dalam lembaga pendidikan. Bedanya dengan penelitian penulis yakni penulis memfokuskan pada tingkat ke