127
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah 1.
Lingko lodok adalah peninggalan leluhur orang Manggarai yang merupakan adaptasi dari bentuk rumah adat Manggarai yang berbentuk
bundarbulat, dan dalam kepercayaan orang Manggarai, segala sesuatu yang berbentuk bundar melambangkan persatuan dan kesatuan, tidak
saling membedakan serta harmonis. Selain itu semua kegiatan yang dilakukan pada moso bermuara kepada lodok sebagai sumber kehidupan
orang Manggarai dan ritus-ritus, nilai serta makna yang terkandung dalam lingko lodok merupakan unsur budaya yang terkandung dalam
lingko lodok yang merupakan pedoman hidup orang Manggarai. 2.
Lingko lodok mengandung unsur matematika seperti sistem pengukuran tradisional, seperti jari tangan, pagat, dan depa. Selain itu ada juga unsur
membilang yang berhubungan dengan besaran yang akan diterima oleh manyarakat serta mengandung unsur geomerti yang terlihat dari adanya
kesamaan lingko lodok dan lingkaran, yaitu lodok sebagai titik sentralpusat sebuah lahan yang akan dijadikan lingko lodok, adanya
langang-langang yang menjadi batas antar moso, moso yang berbentuk segitiga atau juring, langang dan cicing menjadi sisi-sisi pada moso,
langang waga yang melalui dan berpotongan pada lodok, lingko salang cue yang berbentuk setengah atau seperempat dari lingko sembong, kayu
teno yang ujungnya dipotong menyerupai gasing, serta petak-petak yang ada dalam moso yang berbentuk segitiga dan segiempat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh dan pengalaman selama penelitian, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya peningkatan penelaah secara mendalam untuk
mengungkap adanya matematika dalam budaya yang tumbuh di Indonesia.
2. Mencermati etnomatematika sebagai jembatan ke matematika formal,
lingko lodok bisa dijadikan sebagai alat atau media pembelajaran oleh guru untuk siswa di Manggarai agar pembelajaran matematika lebih
bervariasi dan siswa bisa mengetahui budayanya sendiri. 3.
Tatanan budaya orang Manggarai kiranya harus tetap dihidupkan salah satunya lingko lodok ini agar lingko lodok tetap bisa dilestarikan. Selain
itu, pengetahuan atau sejarah asli tentang lingko lodok ini kiranya terus diturunkan kepada anak cucu orang Manggarai agar sejarahnya tidak
hilang. 4.
Semua masyarakat baik pemerintah daerah setempat maupun kaum muda diharapkan bisa terus menjaga kelestarian persawahan lingko
lodok agar lahan persawahan lingko lodok tidak dialihfungsikan. 5.
Peneliti yang ingin melakukan penelitian berupa hasil-hasil budaya Manggarai diharapkan untuk melakukan penggalian data lebih
mendalam agar data yang diperoleh bisa lebih bervariasi.
129
DAFTAR PUSTAKA
Bakker, J. W. M. 1984. Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar.Yogyakarta: Kanisius.
Berlinghoff, William P dan Q. Gouvea. 2004. Math Through The Ages: A Gentle History for Teacher And Others.
Chemiller, Marc. 2002. Ethnomusicology, Ethnomathematics. The Logic Underlying Orally Transmitted Artisticpractices. In G. Assayag., H.G.
Feichtinger, J.F. Rodrigues, Mathematics and Music, 161-162. NY: Springer. Dagur, Anthony Bagul. 1990. Kebudayaan Manggarai Sebagai Salah Satu
Khasanah Kebudayaan Nasional. Surabaya: Ubhara Press. Deki, Kanisius Teobaldus. 2011. Tradidi Lisan orang Manggarai-Membidik
persaudaraan dalam Binagkai Sastra. Jakarta: Parrehesia Institute. Didi Haryono. 2014. Suatu Tinjauan Epistemologi dan Filosofis: Filsafat
Matematika. Bandung: Alfabeta. Edy Tandililing. 2013. Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah Dengan
Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Di Sekolah. Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 9 November 2013. Yogyakarta.
Ghony M. Djuanaidi Fauzan Almanshur. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif .Ed. Revisi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hemo, Doroteus. 1987. Sejarah Daerah Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ruteng.
I Putu Wisna Ariawan. 2014. Geometri Bidang. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jacob Sumarjo. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. KoO, Fransiskus Xaverius Do. 1984. Jiwa Sesuai Paham Manggarai Asli dan
Pergeseran Pengaruh Pandangan Kristiani. Skripsi. Maumere: STFK Ledalero. Lexy J. Moleong. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen
pendidikan dan Kebudayaan Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Janggur, Petrus. 2010. Butir-butir Adat Manggarai. Ruteng: Yayasan Siri Bongkok. Ndia, Yustina Maria. 2012. Kajian Semiotik Pernikahan Adat Budaya Flores
Kabupaten Manggarai Barat Nuda Tenggara Timur. Skripsi. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahas dan Seni. Yogyakarta: Univ. Negeri Yogyakarta. Nggoro, Adi M. 2006. Budaya Manggarai: Selayang Pandang. Flores: Nusa Indah.
Pixten, R. 1994. Ethnomathematics And Its Practice: For The Learning Of Mathematics. 23-25.
Rahmat Nuri. 1985. Geografi Budaya Dalam Wilayah Pembangunan Daerah NTT. Jakarta: Departemen P dan K Proyek Investarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah. Rossa, M. Orey, D. C. 2001. Ethnomathematics: The Cultural Aspects of
Mathematics. Revista Latinoamericana de Ethnomathemqatica.
Subagyo, P. Ari dan Sudartomo Macharyus. 2009. Peneroka Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Verheijen, Jilis, A.J., 1977. Manggarai Text 2. Stensilan. Regio SVD Ruteng _________________1991. Manggarai dan Wujud Tertinggi. Jakarta: LIPI-RUL.
LAMPIRAN
A. Profil Narasumber